fortune teller ★彡 h.s

s a t u

"Bukankah ini sandwich paling enak yang pernah kau cicipi?" Miranda Alessandra mengecap gigitan sandwich yang baru saja di kunyahnya berkali-kali. Perpaduan rasa antara daging segar dan sayur-mayur memenuhi indra pengecapnya, membuatnya memejamkan mata dalam kenikmatan sesaat.

Disebelahnya, Yukiko Evans mengunyah sandwich dalam genggamanya lambat-lambat. Miranda benar saat ia mengatakan sandwich ini merupakan sandwich paling enak yang pernah ia cicipi.

Samar-samar senyum tipis tersungging di wajah Yuki. Hari ini merupakan hari keduanya menyandang predikat sebagai murid baru dan semuanya berjalan sempurna. Tidak ada keributan atau respon tidak menyenangkan yang ditujukan padanya.

Beruntungnya Yuki, ia tidak mendapatkan pengelihatan lain yang membuat tubuhnya lemas seperti terakhir kali. Untuk sementara waktu, Yuki bisa bernafas lega.

"Terlalu menikmati perpaduan sempurna sandwich kesukaanku, ya?" goda Miranda sebelum menjilat bibirnya dengan gaya di lebih-lebihkan.

Yuki tertawa kecil. "Iya. Kau benar, ini sandwich terenak yang pernah ku cicipi."

Seulas senyum bangga tercetak di wajah Miranda. "Tentu saja, pilihan Miranda Andrea tak pernah salah!" kikiknya. "Kalau begitu ayo ku tunjukan tempat favoritku."sambung Miranda bersemangat. Ia lalu menarik tangan Yuki kearah tempat duduk dari kayu tua yang terletak di taman belakang sekolah.

"Disini sangat nyaman." cetus Miranda. "Apalagi di musim gugur, suasananya menyenangkan." sambung gadis dengan rambut blonde ikal itu. Yuki mengangguk dalam diam, menyetujui ucapan Miranda barusan.

Perlahan Yuki mengedarkan pandanganya ke sekeliling. Pohon-pohon rindang dan berbagai macam bunga warna-warni yang dilihat Yuki membuatnya merasa hangat. Bahkan Yuki terkejut ia bisa merasakan sesuatu.

Karena jujur saja, semenjak Zayn dan dirinya bertengkar rasanya hidup Yuki sangat hambar. Kalau pun Yuki merasakan sesuatu paling-paling hanya rasa pahit setiap kali ia sadar kalau yang mengerjainya di sekolah adalah Zayn dan Rere.

Yuki merasa bangga dengan keputusanya sendiri untuk pindah dari London. Meskipun ia tinggal sendiri di kota ini, tapi buat Yuki tak masalah. Lagi pula Okaasan memperbolehkan dengan senang hati. Kalau kata Okaasan, Yuki harus belajar untuk hidup mandiri.

Pandangan Yuki tiba-tiba menangkap sesosok anak laki-laki dengan seragam yang sama denganya sedang duduk di bawah pohon dengan buku lumayan tebal di pangkuanya. Kaca mata berbingkai hitam terpasang sempurna di wajahnya. Untuk sesaat Yuki tidak bisa mengalihkan pandanganya. Garis rahang yang tegas, rambut ikal berantakan, ekspresi wajah yang serius, ditambah lagi laki-laki itu sedang membaca. She find it hot on a guy.

Namun sedetik kemudian nafas Yuki langsung tercekat begitu ia menyadari suatu hal yang fatal. Laki-laki itu persis dengan sosok yang ia lihat dalam pengelihatanya. Laki-laki pemabuk dengan tampang kusut yang adu tinju dengan satu sosok lainya.

Ragu-ragu Yuki menggoyangkan tangan Miranda sambil bertanya pelan, "Siapa dia?"

Miranda melirik kearah yang di pandang Yuki dan tersenyum aneh. "Mempesona bukan? Duduk manis seperti itu, membaca buku, benar-benar terlihat seperti anak baik." balas Miranda dengan nada seolah-olah ia sedang berbicara pada dirinya sendiri.

Yuki mengangguk dan kembali menatap laki-laki itu dengan pandangan menyelidik sampai Miranda buka suara kembali, "Namanya Harry Styles." ucapnya pelan. "Dan hati-hati Yuki, dia mungkin terlihat all good and stuff, tapi sebenarnya dia pembuat masalah kelas kakap." terang Miranda sebelum mengalihkan pandanganya dari Harry dan kembali sibuk dengan sandwichnya.

"Aku tau." tukas Yuki pelan. Matanya terus menerus menatap sosok berambut keriting itu dengan saksama.

Akhirnya kita bertemu, batin Yuki. Halo pria pembuat masalah yang semena-mena muncul di pengelihatanku.

a/n
aku tau ini pendek bgt tp kan ini short story jadi per chapter bakal ga terlalu panjang. dan maaf kalau kurang seru namanya juga masih awal hehe^^ aku bakal berusaha terus kok hehe kritik saran komentar semuanya di tunggu^^

elsa.