e m p a t

2.9K 349 13
                                    

e m p a t / f.t

Jemari Yuki tak bisa berhenti mengetukkan pulpen dalam genggamanya keatas meja dengan tempo cepat. Perasaan Yuki sama sekali tidak tenang. Bahkan buku Biologi yang terbuka dihadapanya sama sekali tak membuat Yuki tertarik. Ini sangat aneh karena Yuki sangat suka pelajaran Biologi.

Sebenarnya Yuki tau jelas apa yang membuatnya merasa tidak tenang. Ralat, sangat tidak tenang. Tapi Yuki menolak untuk mengakuinya. Sangat naif, Yukiko Evans, batinya, sampai kapan kau mau jadi seperti ini?

Kilasan gambar dan suara hantaman yang cukup keras kembali singgah ke benak gadis itu, membuatnya otomatis menjedutkan kepala keatas meja dan mengumpat pelan berkali-kali.

Yuki tidak tau harus menyalahkan siapa saat sebuah kilasan kejadian tentang Harry muncul dikepalanya ketika ia berada di toilet tiga jam yang lalu.

Saat itu Yuki yang sedang menatap pantulan dirinya di cermin kontan langsung menggenggam apapun yang ada didekatnya erat-erat saat ia merasa lututnya lemas seketika dan nafasnya memburu.

Sedetik kemudian mata Yuki membelalak lebar dan sebuah kilasan kejadian muncul dihadapanya bagaikan film.

Hal pertama yang ia lihat adalah Harry yang sedang berjalan dengan satu tangan dimasukkan kedalam saku sementara yang satunya lagi mengenggam tali ranselnya erat-erat. Yuki bisa melihat lenganya yang dimasukkan di dalam saku terlihat kemerahan, seakan baru saja dipukul menggunakan rol dengan keras. Dan dugaan Yuki terbukti benar karena beberapa jam yang lalu ia sempat mendengar gosip tentang Harry yang mendapat hukuman karena membuat masalah. Meskipun Yuki tidak tau masalah apa tepatnya.

Kemudian Yuki bisa melihat Harry hendak menyebrang jalan yang terletak tepat di depan gerbang sekolah mereka. Laki-laki itu sudah berada ditengah jalan saat sebuah sepeda motor melaju dengan kencang kearahnya. Seketika itu juga, Harry cepat-cepat menghindar ke sisi lain jalan tanpa sadar kalau dari sisi itu terdapat sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.

Dan kejadian selanjutnya bisa ditebak, suara hantaman, teriakan, sirine dan darah memenuhi benak Yuki. Gadis itu langsung ambruk dengan keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya dan perasaan mual tak tertahankan. Berkali-kali Yuki membasuh wajahnya dan mengucapkan kalimat-kalimat penenang untuk dirinya sendiri. Tapi itu pun tak dapat membantu sama sekali.

"Tidak." gumam Yuki pelan. "Itu takdir Harry. Dan kalau takdir Harry memang harus seperti itu, itu adalah masalahnya. Aku tidak perlu ikut campur." Yuki lalu menghela nafas keras sebelum menutup bukunya dan memasukkanya ke dalam tas.

"Yuki, kau kenapa?" pertanyaan Miranda membuat Yuki sedikit terlonjak kaget namun gadis itu langsung berusaha bersikap sesantai mungkin.

"Ah, kau sudah kembali dari rapat kesiswaan itu?" Yuki berusaha mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana? Seru tidak?"

Miranda mengangguk dengan semangat, kuncir kudanya bergoyang naik turun. "Tapi yah, si pembuat onar kembali membuat masalah. Ia sukses di hadiahi sebuah pukulan dengan rol kayu panjang di lengan." Miranda terkikik pelan. "Rasakan itu, pengacau."

Yuki menaikkan sebelah alis, "Harry maksudmu?"

"Siapa lagi kalau bukan dia?" Miranda memutar mata. "Aku bingung kenapa Harry tidak dikeluarkan dari organisasi sekolah kita. Padahal dia kan hanya pendamping Keiko-" ucapan Miranda langsung terhenti, Ia menatap Yuki dengan ekspresi seakan ia baru saja melontarkan hal yang sangat rahasia pada orang banyak. "Maksudku, dia hanya anggota tidak penting." sambung Miranda cepat.

Yuki sendiri hanya mengangguk dan memasang ekspresi polos seolah ia tak menangkap gelagat mencurigakan Miranda. Sementara batin Yuki sendiri tanpa bisa dicegah berteriak, Keiko? Siapa itu Keiko? Dan kenapa Miranda terlihat sangat membenci Harry?

Rasa pusing langsung menyerang kepala Yuki, ada terlalu banyak benang yang harus disambungkan. Ia lalu memijat pelipisnya tepat saat bel pulang berbunyi.

Yuki langsung meraih ranselnya dan mengucapkan selamat tinggal pada Miranda. Gadis itu lalu berjalan keluar kelas dan langsung mengambil langkah lebar kearah gerbang. Yuki sendiri berkali-kali memerintahkan kakinya untuk berjalan dengan tempo lambat, namun seakan ada yang menggerakanya, Yuki tidak bisa berhenti.

Jantung Yuki langsung berdetak dua kali lebih cepat saat ia tiba di depan gerbang dan pandanganya menangkap Harry yang berjalan menunduk memunggunginya. Dari sisi kanan, Yuki bisa melihat sebuah sepeda motor melaju kencang kearah Harry bersamaan dengan sebuah truk besar yang melaju dengan kecepatan lebih tinggi dari sepeda motor di sisi lainya.

Meskipun Harry berjalan lambat-lambat, namun Yuki bisa melihat dengan jelas kalau kurang dari sepuluh langkah lagi Harry akan mencapai tepi jalan dan begitu ia melangkahkan kakinya untuk menyebrang, maut pun tak akan terelakkan.

Dan sebelum otak Yuki memproses apa yang akan dilakukan, refleks gadis itu sudah mengambil alih. "Harry, awas!" teriak Yuki sekeras yang ia bisa sampai-sampai tenggorokan gadis itu serasa terbakar.

Sedetik kemudian suara hantaman yang cukup keras memekkan telinga semua orang yang ada di depan gerbang sekolah. Teriakkan dan tarikan nafas kaget memenuhi atmosfer disekitar Yuki. Namun gadis itu tersenyum kecil.

Berjarak sepuluh langkah darinya, berdiri sosok Harry Styles dengan sorot bingung. Sehat, tak terluka sedikit pun.

a/n

HALOOO jadi gmn tanggapan kalian soal fortune teller sampai sekarang?:3 oiya kalau mau tanya tanya soal the oracle, ooze atau fortune teller bisa tanya ke ask.fm aku elsaacing hehehe kritik saran komentar di tunggu:3

elsa.

fortune teller ★彡 h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang