d u a / ft.
Yukiko Evans memang bisa meramal. Namun itu bukan berarti Yuki bisa menebak jawaban soal Fisika yang tingkat kesulitanya setara dengan lomba tingkat nasional.
Dengan langkah gontai Yuki melangkahkan kakinya diantara barisan-barisan buku tua yang sedikit berdebu, mencari-cari buku yang mungkin dapat memudahkanya mengerjakan soal Fisika gila yang diberikan Mr. Smith--guru fisikanya.
Setelah mendapatkan buku dengan judul "Lima Menit Pintar Fisika" yang meskipun menurut Yuki terdengar benar-benar tidak masuk akal, ia menaruh buku itu diatas meja dan mulai berusaha mengerjakan tugasnya.
Sepuluh menit kemudian, Yuki mendengus kesal dan menutup bukunya. Ia lalu menggerutu sendiri sambil menatap soal dihadapanya dengan tatapan kosong. Dalam hati Yuki memohon agar ia bisa punya kemampuan baru; meramal jawaban.
Samar-samar Yuki bisa mencium bau parfum mint yang menyegarkan dari balik tubuhnya. Awalnya Yuki mengira itu Miranda. Namun bukanya suara khas Miranda yang terdengar malah suara serak rendah khas laki-laki.
"Wah, Fisika ya?" ucap suara itu kontan membuat Yuki langsung membalikkan badan.
Di belakangnya berdiri seorang laki-laki keriting yang pandanganya terpaku pada soal-soal di buku tulis Yuki. Hampir saja Yuki menahan nafas kaget karena ia tau jelas siapa laki-laki ini. Terakhir kali Yuki melihatnya, ia sedang duduk di bangku taman, membaca buku dalam diam dengan kaca mata berbingkai hitam yang terlihat pas di wajahnya. Kali ini, laki-laki itu berdiri dengan alis menyatu dan tangan di masukkan kedalam saku celana, kaca mata berbingkai itu tidak terlihat di manapun.
Tapi meskipun Yuki mengenal laki-laki ini, ia memutuskan untuk berpura-pura tidak mengenalnya sama sekali.
Yuki lalu menatap laki-laki itu--Harry--dan mengangguk sopan. "Aku tidak pernah mengerti apapun tentang Fisika." aku Yuki.
"Wah, sangat di sayangkan." balas Harry sambil mangut-mangut. "Padahal yang ini gampang sekali." sambungnya sambil menunjuk soal nomor tiga di buku Yuki.
Apanya yang gampang, rambutku rasanya mau rontok semua, batin Yuki.
Tanpa diminta Harry lalu mengambil tempat di sebelah Yuki, "Akan aku terangkan jadi kau perhatikan baik-baik."
"Eh?" Yuki mengerjap perlahan. Ia berani bertaruh ekspresinya terlihat seperti orang bodoh sekarang.
Harry tidak menghiraukan Yuki. Ia malah meraih pensil dan mulai mengerjakan soal itu sambil menerangkanya perlahan pada Yuki. Sementara Yuki hanya bisa bergantian menatap Harry dan buku catatanya dengan rahang yang terjatuh, tak menyangka kalau si keriting pembuat onar itu jenius.
"Kau murid baru, ya?" tanya Harry setelah mereka berdua selesai membahas semua soal yang Yuki tidak mengerti.
Yuki mengangguk tanpa bersuara. Kepalanya terasa berdenyut namun ia menghiraukanya.
"Pasti bukan orang Inggris asli." tebak Harry spontan sambil menyeringai.
Lagi-lagi Yuki mengangguk. "Jepang. Ibuku orang Jepang." balasnya pendek.
"Keren, Jadi kau blasteran?" tanya Harry lagi, membuat Yuki merasa seakan sedang di introgasi.
"Semacam itulah." Yuki mengangkat bahu.
Harry lalu mengetukkan jemarinya keatas meja perlahan sebelum kembali buka suara dengan ekspresi menimbang-nimbang. "Kau mengingatkanku pada Annabeth Chase di serial Percy Jackson. Dia juga blasteran. Yah, meskipun dalam artian berbeda." Harry terlihat tenggelam dalam pikiranya sendiri, "Ah, tidak. Kau lebih mirip Piper, anak Aphrodite. Soalnya kau terlihat pendiam namun menyembunyikan banyak hal." sambung Harry dan menambahkan seulas senyum jahil di akhir kalimat.
Untuk sesaat Yuki hanya bisa bergeming. Tidak, Yuki bukan speechless karena ia baru saja mendengar fakta kalau Harry suka membaca buku fantasi. Yuki juga tidak kaget karena Harry mengobservasi dirinya dipertemuan pertama dengan sangat baik. Ia lebih kaget karena apa yang Harry sukai sama dengan orang itu. Percy jackson, serial kesukaan Zayn.
Dalam hitungan detik rasa nyeri yang familiar mulai menjalar ke seluruh tubuh Yuki dan berkumpul tepat di dada. Yuki menarik nafas dalam-dalam, semuanya terjadi begitu saja setiap ia mengingat Zayn. Mengingat semua kisah manis mereka yang berakhir sia-sia. Tragis, lebih tepatnya.
"Jadi, blasteran, bagaimana pendapatmu tentang sekolah ini?" pertanyaan Harry mengeluarkan Yuki dari lamunanya, membuyarkan rasa sakit yang tadinya menumpuk di dada Yuki. Dalam hati, Yuki berterimakasih pada Harry.
Yuki berdecak. "Aku punya nama, kau tau."
Kali ini Harry tertawa kecil dan Yuki bisa melihat dengan jelas lesung pipi yang dimiliki laki-laki itu. "Oke, blasteran. Siapa namamu?"
"Yukiko Evans," Yuki tersenyum kecil untuk pertama kalinya. "tapi kau bisa memanggilku Yuki."
Harry mengangguk sebelum menyodorkan tanganya dan menyeringai, "Baiklah nona Yuki, aku Harry. Harry Styles."
a/n
HAI INI PERTEMUAN PERTAMA MEREKA HIHIHI gimana menurut kalian? ngebosenin ga? kritik saran komentar selalu di tunggu:'3elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
fortune teller ★彡 h.s
Short Storythe next journey of Yukiko Evans and her special ability to see the future; a sequel from the oracle. © 2014 by elcessa All Rights Reserved #5 on short story on 2014