e n a m

2.9K 345 39
                                    

e n a m / f.t

Pernahkah kalian merindukan seseorang? Sangat merindukanya sampai-sampai seluruh tubuh kalian terasa sakit dengan setiap tarikan nafas yang kalian ambil.

Kurang lebih itulah yang dirasakan Yuki sekarang.

Yuki sangat merindukan Zayn. Ia ingin melihat pria itu sekali lagi. Melihat senyumnya yang selalu mempesona dalam setiap kondisi. Melihat bagaimana jakun Zayn bergerak naik turun saat menelan air. Melihat rambutnya yang tertiup angin saat mereka duduk di halaman rumah Yuki menikmati langit malam. Melihat kilauan di mata Zayn saat pria itu menceritakan isi pikirannya yang dalam dan filosofis.

Yuki rindu Zayn dan semua hal yang pernah terjadi diantara mereka. Yuki tau hal ini seharusnya tidak boleh terjadi. Keputusan yang telah ia ambil tidak akan pernah bisa dirubah kembali. Yuki sudah memilih untuk tidak egois, meskipun itu berarti tidak pernah bersama Zayn.

Yuki menarik nafas dalam-dalam. Beberapa hari ini pikirannya terbebani dengan banyak hal,

Yuki tidak bisa berhenti memikirkan Harry dan masa lalu yang di miliki laki-laki keriting itu. Ada sesuatu di dalam kisah hidupnya yang janggal. Sesuatu yang menarik Yuki seperti magnet untuk terus mencari informasi. Lucunya, semakin Yuki berharap ia mendapat pengelihatan tentang masa lalu Harry, semakin pengelihatan itu tak pernah datang.

Selain karena merindukan Zayn dan penasaran setengah mati tentang kehidupan Harry, Yuki ternyata masih harus bergelut dengan masalah baru,

Satu minggu yang lalu, okaasan menghubungi Yuki dan mengabarkan bahwa mereka memiliki masalah finansial. Okaasan memang mengatakan kalau Yuki tidak perlu khawatir karena kedua orang tuanya akan berusaha semaksimal mungkin. Namun, untuk saat ini Yuki terpaksa tidak mendapat uang saku dengan jumlah besar. Dan hal ini benar-benar merepotkan karena okaasan bahkan tidak yakin kalau kondisi keuangan mereka akan baik di bulan depan.

Sebenarnya Yuki sudah menimbang-nimbang untuk menerima tawaran wanita bernama Sara yang ia temui hampir satu bulan yang lalu di mini market. Namun membayangkan wajah seram dan tatapan liar yang di miliki wanita itu membuat Yuki sulit untuk menentukan keputusanya.

Yuki menggoyangkan kakinya. Jemarinya mengenggam besi rantai yang menjaga agar ayunan yang di dudukinya tidak jatuh ke tanah. Sedari tadi Yuki memang berada di salah satu taman yang tak jauh dari rumah Madam Sara. Pikiranya sudah bulat saat ia meninggalkan rumah beberapa jam yang lalu. Namun sesampainya ia di taman ini, Yuki mengurungkan niat dan kembali memberikan dirinya sendiri untuk berpikir.

Aku butuh uang, batin Yuki. Makanku tidak sedikit dan aku juga bukan orang yang pandai berhemat. Lagi pula tinggal membaca garis tangan saja tidak sulit 'kan?

Perlahan Yuki melompat turun dari ayunan dan memantapkan pijakan kakinya di permukaan tanah yang berumput. Tekadnya sudah bulat. Lagi pula Yuki yakin bekerja untuk Madam Sara tak akan seburuk itu.

* . * . * . * . *

Begitu Yuki sampai di depan pintu rumah Madam Sara, ia cepat-cepat menarik kesimpulan yang telah dibuatnya. Ornamen ular naga khas Cina dengan warna merah dan emas terukir di atas pintu kayu berwarna hitam legam. Beberapa kertas dengan tulisan-tulisan yang tak di mengerti Yuki menghiasi langit-langit teras depan. Dominasi warna hitam dan penerangan remang-remang di rumah itu memberikan sensasi dingin yang membuat bulu kuduk Yuki seketika berdiri.

Dan ini baru halaman depanya, batin Yuki sarkartis.

Yuki lalu memberanikan diri untuk mengetuk pintu beberapa kali sebelum perlahan pintu itu di buka dari dalam diiringi dengan bunyi gesekan lantai yang berdecit dan bau aneh yang langsung menguar dari dalam rumah.

Sosok wanita yang Yuki kenal dengan nama Madam Sara berdiri di depan pintu. Matanya menatap tepat ke manik mata Yuki. Sudut bibirnya terangkat perlahan. "Aku sudah menduga kau akan datang."

Suara wanita itu terdengar parau, jauh berbeda dengan saat pertama kali mereka bertemu. Kali ini suaranya terkesan lebih menyeramkan.

Yuki menelan ludah gugup. "Tawaranmu." ucapnya. "Aku ambil tawaran itu."

Senyum di wajah Madam Sara semakin lebar. " Oh, tentu saja kau akan menerimanya, darling. Kau tidak mungkin menolak."

Kerutan samar kontan muncul di kening Yuki saat mendengar ucapan Madam Sara. Namun gadis itu memilih untuk bungkam

"Kalau begitu masuklah, Yuki." Madam Sara pun melangkahkan kakinya kedalam rumah. Sementara Yuki sendiri berusaha sangat keras untuk menggerakkan kakinya saat mendengar Madam Sara mengucapkan namanya. Yuki yakin ia belum pernah memberi tahu wanita itu namanya sama sekali.

Madam Sara lalu menuntun Yuki kesebuah ruangan yang mungkin bisa dibilang ruang tamu. Entahlah, dekorasinya terlalu aneh untuk dicerna oleh otak Yuki yang malang. Ruangan itu pun di dominasi dengan warna hitam dan merah. Selera Madam Sara benar-benar tidak bisa dimengerti.

Yuki kemudian duduk di sofa dan menatap Madam Sara yang kini sibuk menuangkan secangkir teh untuk Yuki.

Yuki berdehem pelan, "Jadi sebaiknya kita mulai dari mana?"

"Santai saja, Yukiko." Madam Sara menyeringai sementara Yuki kembali bergidik ngeri saat mendengar wanita itu mengucapkan namanya. "Kita bisa mulai dengan kau yang sebaiknya mulai memanggilku dengan kata Sara."

"Baiklah." Yuki menghela napas. "Yah, Sara."

"Bagus. Kalau begitu aku akan mengambil surat perjanjian untuk kau tanda tangani setelah itu kita bisa mengobrol lebih lanjut." terang Madam Sara sebelum perlahan bangkit dan berlalu menuju pintu kecil di sudut ruangan.

Madam Sara sudah setengah jalan saat rasa penasaran di kepala Yuki tak bisa dibendungnya lagi. Ada terlalu banyak pertanyaan berkecamuk di benaknya. Paling tidak, ia harus mengeluarkan salah satunya.

"Oh iya, Sara?" panggil Yuki ragu.

Madam Sara menatap Yuki dengan alis dinaikkan, mengisyaratkan gadis itu untuk melanjutkan perkataanya.

Yuki menelan ludah sebelum melanjutkan, "Ku dengar dulu pernah ada seorang anak perempuan yang bekerja disini. Apa dia seusiaku?"

Madam Sara mengangguk dan tersenyum senang. "Tentu saja, darling. Kalau dia masih bekerja padaku pasti usianya sama denganmu."

"Kalau boleh aku tau, siapa namanya?" tanya Yuki lagi. Suara-suara dalam pikirannya sedari tadi tak bisa berhenti menyebutkan sebuah nama. Nama yang Yuki yakin akan cocok dengan nama yang akan diucapkan Madam Sara.

"Keiko." balas wanita itu membuat Yuki langsung menahan napas. "Namanya Nagisa Keiko. Dan aku yakin dulu aku selalu melihatnya bersama dengan laki-laki keriting yang sekarang selalu bersamamu."

a/n
MAAFKAN KETIDAKADAAN YUKI-HARRY MOMENT DISINI HAAA tapi di next chapter ada kok hehe:3 jadi tanggapan kalian gimana? aku bsk ujian kimia hiks:( eca cedang galau juga:( hiks
seperti biasa kritik saran selalu di tunggu!

elsa.

fortune teller ★彡 h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang