Jatuh Cinta

13.2K 491 43
                                    

Remaja abg laki-laki yang baru saja menginjak kelas dua belas itu masih tertidur lelap di atas ranjang mewahnya tanpa niat bangun dari tempat ternyamannya saat ini. Meski matanya tertutup akan tetapi telinganya ia masih bisa mendengar suara apapun termasuk suara langkah kaki yang sudah berada di depan pintu kamarnya.

"Den Riki, bangun Den. Waktunya berangkat sekolah." teriak Mbok Marni memanggil Riki setiap pagi karena Riki selalu bangun kesiangan. "Den Riki bangun!"

Riki yang masih berbaring di atas ranjang itu hanya menggeliat serta meregangkan tubuhnya seraya melirik pintu kamarnya yang terus diketuk oleh asisten rumah tangganya, Mbok Marni. Wajah tampan lucunya itu merenggut seraya beranjak dari ranjangnya dan menghampiri pintu kamarnya untuk membuka pintunya.

Klek!

Mbok Marni yang terus mengetuk pintu itu berhenti seraya mendongak menatap anak majikannya yang baru saja bangun tidur dengan rambut yang acak-acakannya. Meski bangun tidur akan tetapi ketampanan Riki terpancar secara alami membuat para pembantu rumah tersebut terpesona.

"Mbok, aku sudah bangun. Jadi, berhenti mengetuk pintunya. Nanti kalo pintunya rusak gimana coba? Bisa-bisa nanti Papi marah sama aku, tau." ujarnya dengan intonasi suara yang begitu menggemaskan. Mbok Marni tersenyum dan hanya mengangguk pelan mengiyakan.

"Iya, Den. Mbok cuma mau bangunin Den Riki aja sesuai perintah Papi Den Riki."

Riki mengangguk pelan dan kembali menatap Mbok Marni. "Papi belum berangkat kerja ya Mbok?"

Mbok Marni yang sedari tadi tersenyum pada Riki dalam sekejap melunturkan senyum tuanya seraya menggeleng pelan. "Pak Faruq sudah berangkat sejam yang lalu, Den." ucapan Mbok Marni membuat Riki bermuram durja seraya mengangguk pelan.

"Yaudah deh, Mbok. Aku mau mandi dulu."

"Iya, Den. Sarapan sudah Mbok siapkan di meja makan." ucap Mbok Marni yang diangguki Riki pelan. Setelah mengatakan itu, Mbok Marni undur diri ingin bekerja lagi dan Riki pun mandi secapat kilat dan segera berangkat sekolah seperti biasanya. Meski dalam hati ada rasa kosong karena kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi, Riki mencoba bersyukur dan menjalani hidupnya sebagaimana mestinya dan mengalir seperti air.

Selama ini Riki belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karena saat melahirkan Riki dulu, Riki terlahir prematur karena Vania, ibu Riki mengalami kontraksi saat usia kandungannya belum genap 8 bulan. Dan syukur alhamdulillah Riki bisa hidup selamat sampai sekarang meski Vania meninggal dunia saat melahirkan Riki.

Papi Riki juga setelah meninggalnya sang istri hanya sibuk bekerja dan bekerja sehingga membuat waktu luangnya bersama Riki terkikis oleh kesibukannya. Meski Faruq tidak ada waktu untuk anak tunggalnya akan tetapi Faruq selalu memberi kebutuhan yang Riki inginkan walaupun selama ini Riki tidak menginginkan hal yang aneh-aneh. Sehingga Faruq terus saja memberikan les dan mata pelajaran untuk Riki di rumah setelah pulang sekolah dan semakin hari Faruq selalu otoriter dan main tangan karena putra tunggalnya selalu yang terbawah dalam belajar karena kelak Riki akan mewarisi kekayaannya. Jadi, Faruq berinisiatif membuat Riki pintar sejak kecil dan selalu tidak berhasil.

Faruq hampir menyerah karena Riki susah sekali menyerap dalam pelajaran dan selalu menganggapnya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Namun, Faruq yang terlalu cinta pada mendiang Vania karena bagaimanapun Riki adalah buah hatinya dengan Vania, istri yang dicintainya sampai sekarang.

Sehingga selama belasan tahun Faruq menduda dan tanpa berniat mencari pengganti. Sehingga Faruq akan berusaha untuk Riki, putra tunggalnya supaya nanti Riki dewasa bisa mengelola perusahaannya dengan baik. Bagaimanapun Riki harus bisa berusaha mandiri karena Faruq belum tentu akan terus bersama Riki. Pengorbanan untuk Riki begitu besar karena sebagai seorang Papi untuk Riki, Faruq ingin melihat putra tunggalnya berhasil.

Sweet Charm My Student [Series #3] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang