Hujan datang di malam bulan hampir mencapai purnama.
Derasnya tidak begitu menyakitkan.
Biasanya datang tanpa angin, tetapi kali ini dia membawa embusan paling merusak.
Warnanya merah, seperti apel ranum yang siap menghiasi meja kaum priyayi.
Perusak berwarna merah adalah yang paling mengerikan, karena selain tidak kenal takut, warna itu juga akan menghidangkan lengketnya darah.
Dari dalam hutan, angin merah itu datang. Tergolek tidak berdaya, meminta empati.
Hanya ada dua kemungkinan ketika seseorang mengulurkan tangan; tersayat angin yang kejam, atau memusnahkannya dengan dekapan.
.
oOo
.
Neuri Turkadam Lycaon. Warga desa mengenalnya sebagai Earl muda berusia 35 tahun. Gelarnya adalah Earl of Lunadhia, penguasa tanah Lunadhia yang dikelilingi hutan hujan. Pantas jika masyarakatnya sendiri menjuluki Lunadhia sebagai Tanah Basah. Bahkan sang Earl mendapat julukan yang sama; Earl dari Tanah Basah atau Earl dari Tanah Hujan.
Membawa payung berwarna hitam tanpa renda, Neuri berjalan melewati lintasan setapak di dalam hutan. Hari sudah sangat petang, dan dia berniat kembali ke estatnya yang jauh dari desa setempat.
Sepatu boots yang seharusnya hitam mengilat telah basah dan kotor berlumpur. Percikan itu juga merembet sampai ujung celana. Namun, Neuri tidak tampak acuh dengan keadaannya sendiri.
Hingga di langkah ke sekian, hidung yang mampu mengendus dengan baik itu mencium aroma tidak asing.
Bauh darah. Darah yang tersiram air hujan. Tetapi juga ... ada aroma lainnya.
"Mawar balerina?"
Neuri mengikuti aroma yang sebenarnya samar karena teredam hujan. Ia berjalan tidak mengikuti jalan lurus menuju estatnya, tetapi masuk ke wilayah hutan yang sedikit lebih lebat oleh semak serta pepohonan kecil di antara julangan pinus, mahoni, maupun blackwood.
Memincingkan mata, Neuri melihat warna merah bersandar menyamping di salah satu batang pinus. Ketika dihampiri, ternyata itu sesosok manusia. Warna merah yang dilihatnya tadi adalah rambut yang menjuntai kusut.
Kemonomimi? Batin Neuri bertanya.
Manusia di hadapanya berjenis kelamin perempuan, bertelinga binatang. Neuri pun menduga-duga, kemonomimi jenis apakah gerangan. Mungkin anjing, atau serigala? Ia masih memikirkannya.
"Tolong ... tolong saya."
Dahi Neuri terlihat mengernyit. Meskipun tahu bahwa ada yang terluka di depannya, tak lantas ia memberi pertolongan. Dipandanginya dengan saksama, lalu sebentuk pikiran berkelebatan dalam kepala.
Mengapa kemonomimi bisa sampai ke wilayahnya?
Mengapa kemonomimi tersebut terluka parah?
Seperti apa kejadian yang melatarbelakangi luka di tubuh tersebut?
Haruskah dibantu? Haruskah dibunuh?
"Tuan ... nama saya Loqestilla. Tolong bantu saya."
Neuri tersentak. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan rumit dalam benak, dan berusaha mengutamakan kemanusiaan, ia akhirnya menurunkan payungnya. Hendak memeriksa tubuh yang berlumuran darah itu.
Namun, kembali Neuri mengernyit. Ketika diperiksa, punggung kemonomimi itu tertancap tiga anak panah yang terpotong sayapnya.
Pantas saja tidak terlihat dari depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Disaster
Lobisomem[Werewolf Story] . Dia adalah seorang atsune, sebutan untuk siluman rubah merah dari desa Campanella. Menjadi yang terakhir dari rasnya, hidupnya hanya digunakan untuk menjelajah dunia. Hingga akhirnya dia menetap di sebuah desa yang dipimpin oleh s...