Seorang pelayan membebat tubuhnya dengan perban usai mengoleskan salep. Loqestilla mengernyit ketika bebatan yang cukup erat menggesek luka yang masih basah.
Usai si pelayan menyelesaikan pekerjaannya, Loqestilla hanya memberi ucapan terima kasih.
Si pelayan mengangguk, tanpa tersenyum atau bersuara, dia pergi begitu saja.
Loqestilla pun mengenakan baju tidur berwarna putih gading. Lalu duduk di sofa dekat jendela, sambil menunggu pelayan tadi datang membawakan makanan dan juga meracikkan obat.
"Tempat yang indah."
Ada senyum kecil ketika Loqestilla melihat suasana taman dari balik jendela. Di taman itu, ada kebun mawar membentang. Terlihat mawar burgundi, red and white, pale peach, dan bahkan mawar lavender yang mekar berjejalan. Berbagai jenis anggrek terangkai berdempetan. Bunga cosmos menghampar seperti karpet mewah.
"Tidak ada mawar balerina. Sayang sekali."
Senyum itu pun perlahan pudar.
"Anda tampak kecewa karena di taman saya tidak ada mawar balerina."
Loqestilla menoleh, dan ia tersenyum melihat siapa yang datang. "Selamat pagi, Milord. Maaf jika keluhan saya terdengar lancang."
Orang yang baru datang itu, Neuri, memasukkan kedua tangannya ke masing-masing saku celana. Seraya tersenyum miring, dia berkata, "tidak masalah. Mungkin lain kali saya akan menanam mawar balerina. Sebagai variasi."
Tawa kecil menghias bibir Loqestilla.
"Hari ini, sebaiknya Anda sarapan bersama saya di ruang makan. Anda tampak sehat untuk sekadar berjalan di dalam rumah."
"Baik, Milord."
Neuri tersenyum miring lagi, dan hal itu membuat Loqestilla memperhatikan lebih dalam. Sebab ketika tersenyum, bekas luka di wajah Neuri tertarik ke atas dan membentuk pemandangan mengerikan.
Sebenarnya, di bawah mata kanan yang cemerlang itu, ada luka bakar yang mengurat sampai telinga. Saat pemiliknya tersenyum, luka tersebut berkerut.
Untung saja, meskipun sedikit cacat, Neuri masih tetap terlihat rupawan. Loqestilla yakin, beberapa gadis bahkan menyukai pria yang seperti itu. Sebab tampak jantan dan liar, tidak jarang memicu imajinasi yang di luar nalar.
.
oOo
.
Meskipun hanya makan berdua, tetapi Neuri tetap mengajak tamunya menikmati hidangan di meja utama. Sebuah meja persegi panjang dengan vas berisikan mawar lavender yang baru dipetik tadi pagi, permukaannya terlihat berkilau dan licin. Pertanda sudah digosok sedemikian lama oleh pelayan.
"Bagaimana tidur Anda semalam, Miss Loqestilla?"
"Saya tidur nyenyak, My Lord. Terima kasih telah bersedia meminjamkan kamar dengan kasur yang begitu nyaman."
"Ya."
Kemudian cecapan dilanjutkan. Tidak ada lagi kata yang terlontar. Hanya suara lentingan sendok dan garpu yang menemani.
Neuri tidak berusaha mencari bahan obrolan, Loqestilla pun demikian. Keduanya pasif dan lebih khusyuk menikmati hidangan. Lagi pula, siapa yang tidak tertarik dengan ayam kalkun bakar yang diberi rempah dan beraroma menggoda. Bahkan ketika Loqestilla baru memasuki ruang makan, ia sudah meneguk ludah.
Baru setelah Neuri meneguk air di dalam gelas kaca, beberapa kalimat mulai disuarakan kembali.
"Hari ini saya ada jadwal ke kuil. Mungkin esok hari baru kembali ke estat ini. Miss Loqestilla tidak keberatan jika saya tinggal, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Disaster
Hombres Lobo[Werewolf Story] . Dia adalah seorang atsune, sebutan untuk siluman rubah merah dari desa Campanella. Menjadi yang terakhir dari rasnya, hidupnya hanya digunakan untuk menjelajah dunia. Hingga akhirnya dia menetap di sebuah desa yang dipimpin oleh s...