"Kita makan apa untuk nanti malam, dad?"
Suara riang Haechan terdengar nyaring di jalanan Kota Seoul pagi hari. Johnny memasang pose berpikir, terlihat menimbang-nimbang sementara Haechan menatapnya antusias. Lima jemari mungil bocah itu bertautan dengan surai brunette sang ayah, menggoyangkan ringan kakinya yang terjuntai di bahu Johnny.
Dan reaksi orang-orang yang berselisih jalan dengan mereka hampir seragam; terkikik gemas atau tersenyum takjub. Bahkan, beberapa gadis SMA tampak heboh hingga mengambil beberapa foto pasangan ayah-anak Seo itu lewat ponsel.
Hal yang wajar, sebenarnya. Karena mereka pastilah berpikir bahwa pemandangan manis di mana si mungil Seo Haechan menduduki bahu Johnny Seo dengan dagu yang bertumpu pada pucuk kepala sang ayah, terlalu sayang untuk dilewatkan.
"Bagaimana dengan spaghetti, Haechan-ah? Kau suka 'kan?"
Johnny bertanya seraya mengangkat sebelah tangan untuk mengusak rambut Haechan. Respons yang didapatkannya kemudian adalah sorakan girang sang anak, juga kaki-kaki kecil yang diayunkan kuat hingga menghantam dada Johnny.
"Mauuuuu!" Haechan tersenyum hingga kedua mata bulatnya menyipit. Dua orang manula yang berselisih jalan dengan mereka otomatis tersenyum melihatnya.
"Oke! Menu malam ini adalah spaghetti spesial untuk matahari mungil daddy! Dan karena kita hampir terlambat, tuan matahari, jet ini akan terbang lebih cepat! Pegangan yang erat!"
Usai berkata begitu, Johnny merubah langkah santainya menjadi berlari, membuat Haechan tergelak dan mencengkeram rambutnya kuat-kuat. Bocah berumur lima tahun itu meniru bunyi deru mobil sepanjang perjalanan, yang juga turut disuarakan oleh Johnny.
Lalu, ketika mencapai suatu distrik pertokoan, Johnny melambatkan langkah. Haechan pun tidak menggumamkan suara 'bruum' lagi, sorot mata beruangnya tertuju pada etalase sebuah toko mainan.
Dan di sana, terdapat robot gundam besar yang diinginkannya. Persis seperti yang dimiliki Jaemin, hanya saja yang ini berwarna merah metalik sedangkan kepunyaan Jaemin adalah biru.
Johnny tentu saja tahu ke mana arah pandangan sang anak tertuju. Ia turut melirik robot yang terpampang di etalase, terlihat menyolok di antara jajaran robot lain yang lebih kecil ukurannya.
Dan melihat label harga yang terpasang di sana, senyumnya pun terkembang.
"Kau mau robot yang itu, Haechannie?"
Haechan mengangguk. Bibirnya mengerucut dan sorot mata berbinarnya tidak lepas dari robot merah di etalase.
Melihat pantulan dirinya dan Haechan lewat kaca, senyum Johnny melebar. "Sepulang sekolah nanti, daddy akan belikan untukmu."
Otomatis, Haechan pun kembali bersorak gembira. Ia memeluk kepala Johnny yang menjadi tumpuan tubuhnya, memgusakkan wajah pada helaian brunette milik sang ayah. "Daddy memang yang terbaik! Aku sayang daddy!"
Dan pasangan ayah-anak itu lantas saling melempar tawa. Melanjutkan perjalanan mereka ke sekolah yang sempat terhenti.
Hingga kemudian, Johnny memekik tertahan saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Astaga, kita sudah benar-benar terlambat, Haechan-ah!"
Kemudian situasi pun berakhir dengan Johnny yang melesat kencang membelah distrik pertokoan tersebut, merasa panik karena jam masuk sekolah Haechan sudah terlewat dua puluh menit, sementara sang putra yang tidak tahu apa-apa kembali menirukan suara deru mesin mobil.
.
.
.
"Sekali lagi saya minta maaf, sonsaengnim, semua ini gara-gara saya."
![](https://img.wattpad.com/cover/166007660-288-k322068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Sun, and His Loyal Sunflower
FanfictionSeo Johnny tidak pernah tahu, bahwa jemari kecil bayi ringkih dan tidak berdaya yang menggenggamnya kala itu, akan menjadi tumpuannya untuk menjalani hidup kemudian. Dia, sang matahari yang merengkuhnya dalam kehangatan dan harapan, ketika Johnny te...