Hari sial

77 12 19
                                    

Setelah hampir satu jam Nadin baru sampai ke sekolahnya. Menurutnya hari ini hari sialnya gara-gara mimpi dan bangun kesiangan dia harus terpaksa naik angkot dan berujung mangkal bersama sopir angkot menunggu penumpang lainnya. Di tambah pak sopir yang tidak peka melihat Nadin yang sudah telat tapi masih saja lama sekali mangkalnya. Kini Nadin di depan gerbang sekolahnya yang tinggi dan Nadin harus memanjat untuk bisa masuk. Nadin sudah memantapkan hatinya untuk memanjat jadi dia sudah mulai menggerakkan kaki dan tangannya dengan lihai di gerbang sekolah. Tepat saat Nadin akan berpindah posisi ketika sudah sampai di ujung gerbang dia terpleset.

Sreekkkkkk

Rok abu-abunya tersangkut dan akhirnya sobek membuat Nadin meluncur dengan bebas ke bawah. Dia sudah pasrah jatuh dari pagar yang tingginya kurang lebih 5 M itu matanya tertutup dan tidak membiarkan hidungnya bernafas agar ketika jatuh tidak terlalu sakit. Hampir 3 menit dia tidak merasakan sakit, perlahan Nadin membuka matanya dan terdapat wajah tampan yang mirip dengan yang di lihatnya di mimpi.

"Kai," ucap Nadin

Brukkk

"Awwhhhhh," Nadin mengerang kesakitan. Bukan apa-apa laki-laki yang menolongnya itu malah menjatuhkan dirinya. Segera mungkin Nadin bangun kini penampilannya sudah seperti bungkus terasi rok abu-abu sobek dan baju putihnya yang kotor tapi belum sempat Nadin mengeluarkan kemarahannya tiba-tiba dia sudah ada di pundak laki-laki yang barusan menolong sekaligus menjatuhkannya. Lagi dan lagi ada sebuah senyum yang tersembunyi yang mungkin hanya dia dan tuhan yang tau apa itu maksudnya.

"Turunin gue jijik banget sih masak gue harus nyium pantat lo kalo mau gendong yang bener dong gue juga masih bisa jalan sendiri," Nadin memberontak minta di turunkan tapi tidak ada respon.

"Woy sempak dugong turunin gue tuli ya lo," Nadin kembali berteriak. Sepertinya kebaikan masih berpihak kepadanya suasana sangat sepi sehingga tidak menimbulkan gosip baru yang akan membuat Nadin gila. Nadin kesal karena tidak ada respon.

"Mampus lo," ucap Nadin sesudah menggigit pantat laki-laki itu dan senang melihat laki-laki itu merasa kesakitan tapi lagi tidak ada respon hingga Nadin lelah dan memilih untuk diam.

"Gak sopan banget ngasih pantat di muka gue kayak bagus aja tu pantat mana bau lagi," omel Nadin ketika sudah di turunkan dan sekarang mereka ada di kantin

"KAIIIII!!!!!!!!" Nadin berteriak marah ingin sekali rasanya Nadin menggigit dan mencongkel mata laki-laki di depannya yang sepertinya sudah biasa berjualan kacang.

"Gue bukan Kai."

"Ehh," Nadin mengamati kembali wajah di depannya dengan seksama yang ternyata memang bukan Kai langsung saja Nadin memalingkan wajahnya karena malu.

"Gue John Romano, lo kuper ya sampe gak tahu gue pake gigit-gigit pantat gue terus PD banget teriak-teriak salah sebut nama juga ya ampun gue gak nyangka ada ya cewek model kayak gini bukan type gue banget," John kembali bersuara

"Enak aja gue gak kuper ya tolong di kondisikan tu mulut cowok kok nyinyirnya melebihi ember borot lagian lo siapa kembarannya Carty Caruso.?? hah ganteng juga nggak enek gue liat muka lo," balas Nadin tak terima. John mendekatkan wajahnya ke arah Nadin

"Kayaknya gue perlu ngenalin diri biar lo gak kurang ajar lagi sama gue.
Kenalin gue John Romano anak pemilik sekolah ini jadi jangan sekali-sekali lo kurang ajar lagi sama gue karena lo bakal jatuh cinta sama gue," ucap John di ikuti kerlingan nakal di matanya.

"Jijik gue," Nadin yang sudah tidak tahan segera pergi dari kantin dan berjalan menuju ke kelasnya. Satu lagi nasib baik masih berpihak kepada Nadin karena bel istirahat sudah berbunyi membuatnya ikut berbaur dengan murid-murid yang lain sehingga tidak ada guru yang tau jika salah satu muridnya ada yang terlambat.

Pseudo shadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang