PROLOG

107 4 4
                                    

"Maura, bangun!!!" Seru seorang pria sambil menggoyangkan tubuh saudara kembarnya yang ternyata masih berada di alam mimpi.

"Iya Ir." Jawab gadis yang bernama Maura sambil membuka mata.

"Ir? Gue Mario kali." Sahut pria yang bernama Mario itu tak terima sembari menarik lengan gadis itu untuk bangun dari ranjang. "Pasti lo mimpi dia lagi ya?" tebaknya.

"Iya nih, dia datang lagi." Maura mengucek matanya yang masih sulit untuk dibuka.

"Lo semalam mikirin dia mesti, dah sono mandi, lo ikut kagak?" Seru Mario sembari beranjak dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

"Iya iya gue mandi!" Ujar Maura sambil beranjak ke kamar mandi.

~0~

Mobil sedan hitam itu baru saja berhenti di depan halte. Seorang pria dengan kacamata hitamnya baru saja keluar dari mobil sedannya. Pria itu menghampiri seorang gadis yang tengah duduk sendiri disana. Namun, gadis itu terus mengerutkan dahinya bingung.

"Lo Feby kan?" Pria itu bertanya sambil duduk di samping gadis itu.

"Iya, siapa ya?" Sahut gadis yang bernama Feby sambil menatap ke arah pria itu. Feby mencoba mengingat dimana ia mengenal pria itu tapi dia tak kunjung menemukannya.

"Gue Gabriel, temannya Mario." Pria yang ternyata bernama Gabriel itu membuka kacamata hitamnya. "Lo lupa?" Tambahnya.

"Oalah iya, gue ingat sekarang." Feby baru saja teringat dengan Gabriel.

"Baru juga kemarin kita ketemu." Gabriel heran karena Feby sudah lupa.

"Gue emang gak bisa hafal muka orang dengan cepat." Jelas Feby pada Gabriel.

"Oalah gitu, lo mau kemana?" Gabriel bertanya pada Feby.

"Mini market."

"Belanja? Mau gue antar?"

"Nggak, mau kerja." Feby menjelaskan pada Gabriel. "Nggak usah, ntar ngerepotin."

"Gak papa, gue lagi santai kok." Gabriel tersenyum sambil menarik lengan Feby dan membukakan pintu mobil penumpang untuknya.

"Ishh! Maksa banget deh lu." Feby sedikit kesal tapi nurut dan tetap masuk ke mobil Gabriel.

"Haha gue gak mau ada penolakan." Gabriel tertawa sambil menutup pintu. Dia berlari ke arah pintu kemudi dan masuk ke mobil.

~0~

Di hari sabtu seperti ini, gadis yang satu ini lebih memilih untuk rebahan di depan tv. Tiba-tiba, pintu rumahnya ada yang mengetuk. Dia segera bergegas bangun dan berjalan keluar membukakan pintu.

"Ozy?" Gadis itu heran kenapa Ozy pagi-pagi ke rumahnya. "Tumben lo? Ada apa?" Sambungnya.

"Amilaaa!!!" Teriak Ozy dengan muka sedih pada gadis yang ternyata bernama Amila.

"Bau-bau habis di tolak nih." Amila tau betul gelagat sahabatnya satu ini. "Duduk dulu deh!" Amila membuka pintu lebar-lebar dan duduk di sofa ruang tamu. Ozy berjalan mengikutinya dan ikut duduk.

"Gimana gimana?" Amila langsung bertanya pada Ozy apa yang membuat dirinya bisa ke rumah sepagi ini.

"Dia nolak gue." Hanya itu yang bisa Ozy ucapkan.

"Gak usah sedih kali zy!" Amila menepuk bahu Ozy pelan. "Masih banyak cewek di dunia ini yang lebih baik dari dia." Tambahnya.

"Siapa?"

"Gue." Amila menunjuk dirinya sendiri tanpa dosa.

"Ogah gue sama lo!" Ozy memalingkan wajahnya dari Amila.

"Dih, gini-gini lo slalu dateng kan ke gue?" Amila tak terima.

"Terpaksa! Gak ada yang lain."

"Tuh kan cuma gue yang ada buat lo." Amila tertawa puas. "Udah gak usah nangis! Cowok gak boleh cengeng!"

"Gue gak nangis!"

"Trus?"

"Perih aja mata gue." Ozy terus mengelak.

"Sama aja kali zy!" Amila memutar bola matanya sambil menghela nafas berat.

~0~

Gadis cantik satu ini, pagi-pagi sudah berada di dapur. Kali ini dia tengah membuat kue. Tanpa dia sadari, tiba-tiba datang seorang pria dengan muka jahil nya. Pria itu langsung memeluk gadis itu dari belakang.

"Selamat pagi adiknya mas yang cantik!" Bisik pria itu ke telinga adiknya.

"Jijik gue mas!" Gadis itu bergidik geli mendengar mas nya yang sok manis.

"Yaelah Raisa mah jadi adek kagak sweet." Pria itu melepas pelukannya pada Raisa dan memperhatikan adiknya yang sibuk membuat kue. "Mau bikin buat siapa? Mario?" Pria itu berkata dengan santainya.

"Mas Dayat!!!" Teriak Raisa kesal karena mas nya satu ini ngeselin bukan main. "Awas sekali lagi mas sebut nama dia!" Raisa menatap Dayat dengan tatapan yang begitu ganas.

"Iya ampun dek ampun!" Dayat selalu takut dengan tatapan adiknya satu ini. Dia pun memilih pergi sebelum Raisa semakin mengamuk.

~0~

Berbeda dengan Dayat dan Raisa yang slalu berantem. Gadis satu ini dan kakaknya slalu saja akur dan manis.

"Mas Cakka, bangun!!!" Teriak seorang gadis sambil menarik mas nya untuk bangun.

"Apa sih Milka sayang?" Cakka duduk sambil mengucek matanya. Tak lupa dia slalu tersenyum untuk Milka di pagi hari.

"Katanya mas, mau nemenin Milka jalan-jalan." Keluh Milka pada Cakka dengan cemberut.

"Gak usah cemberut gitu dong sayang, yaudah mas mandi dulu." Cakka tersenyum melihat tingkah Milka yang begitu menggemaskan. Padahal tahun ini Milka sudah menginjak 20 tahun tapi masih saja seperti anak kecil tingkahnya.

"Okay, Milka tunggu di bawah." Milka berjalan keluar meninggalkan Cakka di kamar. "Jangan lama-lama!" Tambahnya sambil menoleh ke arah Cakka saat baru tiba di ambang pintu.

"Iya iya." Cakka tersenyum dan segera menuju ke kamar mandi sebelum Milka ngamuk.

~0~

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang