Stasiun Tugu, Jogyakarta,
12 September 2018Kata orang, hidup itu tentang pergi dan ditinggalkan. Aku tak tahu mana hal yang terburuk dari dua kondisi diatas. Sampai ketika aku dihadapkan pada dua kondisi tersebut.
~I choose me, and I know that selfish, love you're a dream, and I can't thank you enough, But I give a little piece of me away, every wakin' day that I'm with you~
Mataku memejam saat kudengar pengeras suara di stasiun kereta api memutarkan lagu berjudul Midnight train yang dipopulerkan oleh Sam Smith. Kuresapi dalam-dalam setiap penggalan dari lirik tersebut. Lirik yang rasanya begitu pas untuk keadaanku kini. Liriknya berisi tentang seseorang yang memilih pergi meninggalkan kekasihnya.
Ku genggam sisi bangku yang kududuki dengan erat, perlahan ku merasakan suara bising yang kian menghening. Aku tak peduli, aku ingin merasa sendiri untuk detik ini saja.
~Love you so much that I have to let you go, I'll miss your touch and the secrets we both know, But it would be wrong for me to stay, And I'll just give you hope~
Aku membayangkan seolah-olah ia yang berbicara langsung kepadaku melalui penggalan lirik tersebut. Tidak, aku tak berniat untuk kembali ke masa lalu atau untuk sekedar mengenangnya. Bagaimana pun juga, ini keputusan kita bersama. Ia memutuskan untuk pergi, dan aku yang mencoba untuk rela ditinggalkan.
Ironi memang, disaat aku bisa saja menggenggam dan menahannya untuk tetap berada disampingku, namun yang kulakukan adalah membiarkannya pergi.
Percayalah, tak ada yang lebih menyakitkan ketika kita tak bisa memperjuangkan untuk apa yang ingin kita miliki.
Dan kemudian waktu menunjukkan pukul 12 malam, aku bergegas beranjak dari kursiku dan sedikit berlari menuju kereta yang akan beranjak saat ini juga. Aku tersenyum ketika menyadari bahwa pria yang kunantikan telah berada didalam kereta tersebut bersama pria lain yang bisa membuatnya tertawa. Ia terlihat begitu bahagia, jauh lebih bahagia ketimbang ketika bersama ku.
Ya, dia pria yang kucintai lebih memilih untuk bersama dengan pria lain daripada diriku yang notabene seorang wanita. Miris, aku kalah telak bahkan sebelum berjuang.
Aku tersenyum sambil melambaikan tangan saat kusadari bahwa ia melihat keberadaan ku dan melayangkan senyum, senyum perpisahan, senyum tanda kepergian, senyum yang akan selalu ku ingat entah sampai kapan.
Aku tetap mematung di tempatku berdiri, menyaksikan dirinya yang beranjak bersama belahan jiwanya yang lain. Sampai ketika ada kereta lain yang berhenti setelahnya, dengan perlahan aku mendekat kearah kereta tersebut, mencari-cari tempat duduk yang telah dipesan untukku.
Ya, aku pun memilih pergi, terlalu banyak kenangan yang tak ingin lagi kuingat dikota ini, dan aku tak sanggup jika harus terus terjebak pada dimensi yang berkaitan tentangnya.
Kata orang, hidup itu tentang pergi dan ditinggalkan. Entahlah, tapi bagiku, hidup itu tentang melepas dan merelakan. Karena terkadang, ada suatu hal yang tak dapat kita genggam, sekeras apapun kita berjuang.
~So I pick up the pieces, I get on the midnight train, I got my reasons, but darlin' I can't explain, I'll always love you, But tonight's the night I choose to walk away~
Sam Smith - Midnight train
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada Rasa
Short StoryKetika musik melukiskan kisah hidup seseorang. Kumpulan cerpen yang terinspirasi dari lirik lagu.