5. Cantik tak cukup

4.9K 409 14
                                    

....................

Sekali lagi Dominica menghela nafas menatap ayam mozzarella yang sudah dia buat sepenuh hati. Bahkan berkorban menerima asap masakan yang menerpa wajahnya. Atau terbatuk-batuk karena semburan tepung sore tadi. Alhasil wajahnya semakin putih bak kue mochi.

Malam ini dirinya termenung terduduk lesu di konter dapur masih menatap hasil masakannya. Lalu sebuah tangan mencolek-colek kasar bahunya. "Non, sayang ayamnya dilihatin terus."

"Aduhh, si mbok gak berubah dari dulu kerjanya colek kasar bahu Ica mulu. Hmmm." Gadis itu mencebik sebal dengan nada merajuk.

"Habis, non Ica dari dulu gemasnya tidak ada lunturnya. Mbok kan sayang sekali sama non Ica." Ucap Mbok Inah yang memang sudah bekerja lama di kediaman itu.

Senyum cantik perlahan muncul dari bibirnya. Setelah sang mama meninggalkannya saat SMA dulu. Mbok Inah layaknya menjadi pengganti ibunya. Sikapnya yang periang, bersemangat dan kuat menjadi sandaran kasih dan perisai untuknya. Saat sedih melanda melihat kehadiran pembantu yang sedikit lebih muda dari ibunya itu membuat perlahan sedih itu kembali hilang.

"Ica juga sayang sama, mbok Inah yang...." Ica sedikit terkekeh karena dapat menerka selanjutnya.

Mbok Inah berlenggok bagai pragawati, "Montok kayak Angsa bongsor."

"Hahahaha... Tebakan Ica salah... Katanya kayak Gigi Hamid." Ucap Ica bahkan ikut memanggil artis terkenal itu dengan ucapan salah sesuai dengan Mbok Nah yang selalu menyebutnya.

Mbok Nah mengernyit, "Si non ini gak gaul, bukan Gigi Hamid... Tapi Gigi Hadid." Balas wanita berduster batik itu bahkan dengan gaya mulut berlebihan mungkin saja lidahnya bisa terkilir jika mengucapkannya.

Ica turun dari kursi konter dapur mewah itu memandang takjub Mbok Inah." Wah... Si Mbok ada kemajuan." Gadis yang mengenakan midi skirt itu bertepuk tangan sudah seperti kagum karena mendapat piala.

Wanita itu mengibas rambut kuncir kudanya. "Mbok sudah tinggal di kota. Harus gaul dong."

Sekali lagi gadis itu terkekeh lalu kembali duduk. Merenung meratapi hasil masakannya lagi. Si mbok kembali mendekati nonanya yang sudah dianggap putrinya sendiri. Wajah lucunya kembali berubah menjadi lembut dan keibuan berusaha duduk di kursi konter yang tinggi tak sesuai dengan tubuh pendeknya. Berbeda dengan tubuh langsing dan tinggi Dominica

Setelah mengatur tinggi kursi. Wanita itu mengelus pelan rambut hitam panjang Ica. "Tuan, pulang malam lagi ya?"

Perlahan raut itu kembali sedih sambil berujar lirih. "Kok aku merasa... Setelah kita menikah, Sofyan berubah. Mungkinkah karena pernikahan ini... Tiba-tiba?" Gadis itu berpaling menatap Mbok Inah.

"Mungkin karena Tuan Sofyan sibuk. Bukannya kata non, tuan juga sembari bekeja di perusahaan. Lalu kata non tuan akan segera mengajak non pindah ke rumahnya. Atau... Mungkin membuat rumah baru. Ada kok pria yang dingin atau cuek tapi sebenarnya cinta, mungkin tuan juga sedikit kaget dengan keadaan sekarang. Tapi mengingat non dan tuan selalu bersama dari kecil pastilah perasaan cinta itu ada. Menggelitik, membuat geli yang perlahan diluapkan di waktu yang tenang." Si Mbok tersenyum jahil.

"Mbok ternyata punya pemikiran luas. Tapi... Aku kemarin bertemu Intan. Katanya cantik saja tidak cukup. Aku harus dewasa. Oleh karena itu aku belajar darinya. Berarti aku harus berusaha lagi ya, mbok. Ya... Aku harus tetap percaya. Perkataan Mbok tadi membuatku bersemangat." Ica berbicara menatap lukisan antik wanita dan pria yang sedang berpelukan di atas awan.

Lalu dia kembali mengernyit. "Mbok... Mbok..."

Terdengar suara cecapan. Ica melihat ke bawah lalu melotot. Ayam Mozarella itu sudah lenyap. Ica menoleh dengan cepat melihat mbok Inah yang melahap dengan cepat bagai orang kelaparan menyantap ayam mozarella itu. Mengangkat kaki bagai makan di warteg.

Ica mengembungkan pipinya. "Mboookkkkk! Aku juga lapaaarrrr!"

Dan berakhir dua wanita berbeda usia itu saling berebut makanan di dapur yang tak tampak sunyi lagi.

......................................

Sinar mentari langsung menusuk wajah lelapnya membuat silau. "Ica... Bangun, ayo sarapan." Ucap suara serak dan lembut itu.

Perlahan mata cantiknya terbuka melihat pria yang dicintainya sudah berdiri di depannya. Matanya terbuka lebar. Bangun dengan posisi duduk mengucek-ngucek matanya sekali lagi. "Sayang, ini kamu?"

Pria itu terkekeh, "Iya ini aku Sofyan Hadikusuma, suami kamu. Kita menikah empat hari yang lalu."

Senyum cantik khas bangun tidurnya muncul. Dia langsung menengadah ke langit-langit kamar mengatupkan kedua tangan dengan sikap berdoa. "Oh Tuhan, terima kasih... Akhirnya di hari keempat ini. Aku bisa melihat suamiku di pagi hari. Aku... Aku akan banyak beramal."

*versi lengkap da di ebook dan novel soon thun depan*

Cinta Akan Membawamu Kembali (CAMK)(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang