Aku, Kau dan Takdir
Buah pena : Lutviana Tiffany
Mengenai perpisahan yang kau sebut dengan takdir
Aku tak pernah berpikir kalau ini akan menjadi akhir
Tapi mungkin kau benar
Kepergianmu yang tak pernah lagi kembali membuatku sadar
Takdir yang kau maksud ialah kau dan aku, bukan kita
Bukan lagi jadi satu kata dalam makna cinta
Mungkin memang itulah yang kau sebut takdir
Walaupun aku enggan menyebutnya sama
Memang ini akhir yang pilu
Kau pergi menemui pelabuhan barumu
Pelabuhan yang kau ikat dengan akad
Aku tak mengapa, tapi mengapa luka ini terus menganga?
Setiap kumenunggu, merenung
Aku tersadar akan bayang luka
Tuhan adil, ini memang sudah dianggap takdir
Akhir yang mengenaskan bagiku, membahagiakan bagimu
Takdir, takdir macam apa?
Aku yang kecewa, aku yang menderita
Tapi kau tersenyum bahagia, seolah tak terjadi apa-apa
Marah? Tentu saja
Berbagai makian kulontarkan pada Sang Kuasa
Tapi itu memang tak benar
Aku sadar, ada seseorang yang menungguku di depan sana
Yang Tuhan siapkan untuk menggantimu yang telah lalu
Aku mulai berdamai dengan masa lalu itu
Dan, kini kusebut akhir itu sebagai takdir
Kau dan aku, memang bukan kita
Dan itulah kenyataanya
Purwokerto, 14 November 2018
#TakdirAdalah
#Event_Kerajaan_Puisi
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sang Hati
Thơ caBukan bualan juga bukan hayalan Kenyataan berasal dari kehidupan Merangkai kata demi kata menjadi sebuah pelampiasan Luka, cinta kekesalan hingga kekecewaan Terkadang, rasa tak dapat diluapkan dengan ucapan Namun rasa dapat teruntai lewat kata dalam...
