1. PERTAMA KALI

16 4 1
                                    

"Agita Gladisya Fera, benar?" Tanya Bu Tantri, selaku staf tata usaha SMA Bina Bangsa. "Iya benar, Bu. Itu nama lengkap saya" jawab Agita. "Oke, sekarang kamu isi data lengkap kamu di sini ya. Ibu sedang buru-buru, ada keperluan. Kalau sudah selesai mengisinya, simpan saja di meja yang itu." Perintah Bu Tantri sambil menunjuk pada meja berwarna coklat yang terletak dekat sebuah lemari. Agita mengangguk tanda mengerti. "Oh iya, Ibu hampir lupa. Kamu masuk kelas 11 IPA 5. Semoga kamu nyaman di sekolah baru mu ya, nak". Agita mengangguk lagi. "Iya bu, terimakasih" balas Agita dengan senyum yang tipis. Dalam hatinya bergumam, "semoga".

***

Setelah Agita sampai di anak tangga paling atas, ia belok ke kiri, menyusuri koridor untuk mencari kelasnya.

Sambil membaca papan nama kelas yang terletak di atas pintu, ia mendongakkan kepalanya serta menunjuknya, "IPA 3, IPA 4, IPA 5! Oke!". Agita berhasil menemukan kelasnya. Ralat. Kelas barunya.

Keringat dingin terasa di tangannya, ia sedikit gugup untuk mengetuk pintu kelas tersebut.

Tukkk tukkk tukkk.

"Ya, silahkan masuk!". Terdengar suara lelaki dari dalam, sepertinya itu seorang guru yang sedang mengajar.

Agita membuka pintu. Ia mulai melangkah perlahan ke dalam kelas sambil melihat suasananya.

Suasana kelas yang asalnya kondusif kini berubah menjadi agak berisik. Tentu saja, pikiran murid-murid dipenuhi pertanyaan. Siapa dia? Ditambah lagi, penampilan Agita yang cukup menarik. Rambut lurus berwarna hitam berkilau yang tergerai sepunggung, warna kulit tubuhnya yang putih, serta senyum dengan lesung pipi nya yang terkesan sangat manis. Dari awal dia melangkah masuk ke kelas, senyumnya tidak berhenti mengembang. Walau tipis, tetap saja manis.

"Murid baru, ya?" Tanya guru itu dengan ramah. Agita mengangguk, masih tersenyum. "Silahkan perkenalkan diri kamu" perintah guru itu.

Agita berdeham sebelum berbicara. "Nama saya Agita, kalian bisa panggil Gita, saya pindahan dari daerah Bandung. Saya harap, kita bisa berteman akrab". Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia makin mengembangkan senyumnya.

"Karena hanya ada 1 bangku kosong yang tersisa, kamu duduk di situ ya" perintah guru itu sambil menunjuk satu-satunya bangku yang kosong.

Agita melangkah menuju bangkunya. Saat ia berjalan, mata murid-murid lelaki tidak lepas memerhatikan Agita.

"Agita, ya?" Sapa seorang murid perempuan yang kini menjadi teman sebangkunya. Ia menyodorkan tangannya, mengajak berkenalan dengan Agita. Agita menerima salaman tangannya. "Panggil Gita aja" pinta Gita dengan senyum manisnya.

"Gue Nadia. Kalo lo butuh apa-apa, gue bisa kok bantuin lo" balas Nadia dengan sangat ramah.

***

"Nah, Git. Ini batagor favorit gue. Apalagi harganya murah, tapi porsi bikin kenyang! Nih gue traktir buat lo sebagai hari pertama jadi murid SMA Bina Bangsa, tadaaaa!", Sahut Nadia dengan ceria.

Raut muka Gita pun terlihat seceria Nadia, "Ya ampun! Serius nih kamu traktir aku? Thanks ya, Nad!". "Btw Git, jangan pake aku-kamu dong, gue gak biasa, hehe" Nadia terkekeh di akhir ucapannya. "Oh iya iya sorry, Nad. Belum terbiasa gue". "Siiiip, gitu dong Git!".

Mereka melahap batagornya dengan sesekali mengobrol dan tertawa bersama.

***

"Bacot! Tutup mulut lo!"

Bugggg.

"Mati lo anjing, mati! Mati!!!"

Buggg.

"Raffa cukup Raffa! Udah!". Tenaga Rizki alias teman Raffa itu tidak berhasil menahan Raffa yang kian menjadi karena emosinya.

Tidak seperti Rizki, murid-murid yang lain menonton kejadian itu dengan sorakan-sorakan seperti supporter.

"Maju sini lo bangsat! Maju!" Perintah Raffa pada lawannya yang mulai kewalahan, namun masih bersiap melawan serangan Raffa. Ketika Raffa kembali maju untuk meninjunya lagi...

Buggg.

Semua terdiam, termasuk Raffa dan juga lawannya.

Ketika Raffa maju untuk meninjunya tadi, lawannya itu tiba-tiba menarik lengan seorang murid perempuan yang sedang menonton kejadian itu hingga akhirnya Raffa tak sengaja meninjunya. Pukulannya cukup keras, karena tak lama gadis itu mengeluarkan darah dari hidungnya.

Raffa tidak tega membiarkannya terluka begitu saja. Ketika itu juga emosinya surut, walau belum sepenuhnya.

Dilihatnya, gadis itu gemetar, memegangi pipinya, serta terduduk lemas di bawah.

"So...sorry, gak sengaja gue."

Perlahan-lahan ia mendekati gadis itu. Dengan sangat hati-hati, ia menyelipkan poni gadis itu ke telinganya. Di saat itu juga, ia membaca nametag yang tertempel pada seragam gadis itu.

Agita Gladisya Fera.

Raffa sangat terkejut ketika melihat darah yang keluar dari hidungnya.

Dia benar-benar tidak tega. "Gue anter ke UKS ya?"

Aaaaaaaaaaaaaa!!!!!

***

Huhuuu this is ma first time!

Ini pertama kalinya aku bikin cerita, semoga kalian suka ya!

Jangan lupa vote dan comment oke!

Aku bakal hargain saran & kritikan dari kalian kok kalo ada yang kurang dari cerita ini.

Have a nice time to read ok!

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang