2. TRAUMA

11 4 0
                                    

"Gue anter ke UKS ya?"

Ketika Raffa bersiap untuk menggendongnya...

Aaaaaaaaaaaaaaa!!!!

Berhenti!!!

Cukup!!!

Gita teriak sekaligus menangis sejadi-jadinya. Wajahnya tambah pucat.

Murid-murid yang menyaksikan kejadian itu terdiam.

Dari kerumunan penonton itu, seorang murid lelaki berlari menghampiri Agita.

Ia menegakkan bahu Agita yang bungkuk, dan benar dugaannya bahwa ia adalah gadis itu, Agita.

"Gita! Sadar Git!"

Aaaaaaaaaaaaa!!!

Teriakannya semakin keras, berbalapan dengan tangisannya.

"Gita! Ini gue, Git! Sadar!"

Agita berhenti berteriak. Namun masih terisak. Tangannya tak lepas memegangi pipinya yang terasa sangat linu itu.

"Ini gue, Aldy. Tenang, gue di sini Git."

Agita terdiam, sedikit terisak. Belum sempat ia melihat wajah lelaki itu, Agita pingsan karena tubuhnya sudah sangat lemah.

***

"Git? Lo udah sadar?" Tanya Aldy pada Agita yang masih membuka matanya perlahan.

Agita meneliti suasana sekelilingnya dengan keadaan masih terbaring. Banyak kotak obat. Ya, UKS.

Dia melirikkan matanya ke kanan, ada Nadia di sebelahnya. Lalu melirik ke kiri, di sebelahnya ada...

"Aldy?" Agita bergumam.

"Gimana? Udah enakan?"

Agita mengangguk, menjawab pertanyaan Aldy.

"Sorry ya Git, gara-gara gue ngajak paksa lo nonton yang berantem tadi, lo jadi kayak gini". Nadia sangat merasa bersalah.

"Gapapa kok Nad, hehe"

"Btw, kalian berdua udah pada kenal ya?" Nadia penasaran, karena dari awal bel istirahat sampai saat ini, Gita selalu bersama Nadia dan belum berkenalan lagi dengan siapapun.

Perlahan Gita bangkit untuk duduk di atas kasur UKS itu. Karena masih lemas, Aldy membantunya.

"Gini Nad, gue sama Aldy tuh temen dari kecil. Dari kapan ya Dy?"

Agita melempar pertanyaannya pada Aldy. "Sejak kita kelas 3 SD. Dari kecil kita satu kelas. Sampe SMP pun kita masih sekelas, dan gue  sampe sekarang masih gak ngerti kok bisa sampe gitu ya Git, hahaha" Aldy tertawa di akhir kalimatnya, dengan maksud menghibur Agita.

"Ooooh jadi lo sebenernya males gitu sekelas sama gue? Euhhh rasain tuh". Aldy sedikit meringis karena Agita mencubit lengannya.

"Sedeket itu ya kalian?" Nadia masih penasaran, belum puas dengan jawaban dari mereka.

"Rumah kita juga dulu sebrangan ya Git. Dulu sering banget tiap lo bangun tidur, pasti lo buka jendela kamar terus lo nguap, bau mulutnya kecium sampe kamar gue tau. Hahaha" kali ini Aldu benar-benar terbahak di akhir kalimatnya. "Gila lo Dy! Gak separah itu kali. Hahaha" Agita sama terbahaknya seperti Aldy.

Nadia merasa sudah cukup penasarannya. "Wah wah, ini bisa-bisa reuni di UKS nih".

Mereka bertiga tertawa bersama.

"Eh Git, kalo boleh tau, kok bisa sih lo sampe sebegitu kerasnya teriak tadi? Terus seluruh badan lo juga gemeter gitu, kenapa sih?"

Agita terdiam, termasuk Aldy. Agita tidak mau membicarakan itu.

"Gue...itu nad..." Agita mulai berucap dengan terpatah-patah.

"Trauma. Gita punya trauma Nad." Aldy menyambung kalimat Agita yang belum selesai.

"Serius?" Nadia melontarkan pertanyaannya pada Agita. Agita hanya mengangguk.

"Eh Nad, batagor yang tadi belum lo bayar!" Agita mengalihkan pembahasan obrolan, ia tidak mau mengungkit lagi masa lalunya.

"Ya ampun, lupa gue. Malah nonton yang berantem lagi. Oke deh gue ke kantin dulu ya. Ntar lo ke kelas dianter Aldy aja ya Git."

Agita hanya mengangguk, lalu tersenyum.

Manis. Itu satu kata yang ada di benak Aldy ketika ia melihat senyum Agita lagi.

Ketika punggung Nadia terlihat semakin jauh dan kini tak terlihat lagi, Agita memukul lengan Aldy. "Ih! Kok lo kasih tau Nadia kalo gue punya trauma? Kan lo tau gue tuh ga suka..."
Belum selesai, kalimatnya pun terpotong oleh Aldy. "Sssttt" sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Agita.

Deg. Deg. Deg.

Rasa itu masih ada.

"Dengerin dulu gue ya Git. Nadia bakal lebih ngejagain lo setelah dia tau semua ini. Dia bukan cuma pendengar yang sekedar ingin tahu, nggak. Percaya sama gue."

Agita terdiam.

"Bel masuk bentar lagi nih. Lo udah enakan? Mau ke kelas apa mau di sini aja?"

Agita masih terdiam. Bukan karena penjelasan dari Aldy tadi. Ini karena mereka sudah 1 tahun tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sedikit pun.

Namun ketika hari ini bertemu Aldy, Agita merasa tetap masih dekat seperti dulu. Bahkan, hatinya merasakan itu lagi.

***
Sorry kalo cerita nya ngebosenin yaa. Tapi untuk seterusnya gak bakal bosen kok. I promise!

Thanks untuk kalian yang udah baca cerita aku ini. Jangan lupa vote & comment, dan kasih tau temen-temen kalian ya.

Next, have a good time!

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang