4. SI MANIS

12 2 0
                                    

"Gue udah mati belum?"

"Belum."

Dengan cepat Agita membuka matanya. Tepat di depannya sekarang adalah seorang murid lelaki yang wajahnya penuh memar.

"Lo Agita?"

"Emm, iya, iya gue..."

"Oke, gue lepasin ya. Biasa aja dong, gak usah deg-degan gitu. Kedengeran loh kenceng banget debarannya"

Rona merah di pipi Agita terlihat muncul. "Makasih udah nolong gue"

"Engga, gue minta maaf udah nabrak lo. Makanya jangan lari-lari, mau ke mana sih buru-buru gitu?"

Agita menunduk, ia malu terlihat gugup di depan lelaki itu. "Kelas. Iya gue mau ke kelas". Agita langsung berjalan ke arah kanan, ia mempercepat langkahnya.

Pertama, dia takut kelasnya sudah memulai pelajaran. Kedua, dia takut terus-menerus salah tingkah di depan lelaki itu.

"Hey! 11 IPA 5 ke kiri, manis!"

Agita diam mematung. Dia baru sadar, seharusnya ke arah kiri, bukan ke kanan. Satu tepukan mendarat di jidatnya oleh tangannya sendiri. Dia pun balik kanan. Lalu berjalan cepat menghampiri lelaki itu.

"Nama gue Gita, bukan manis"

"Abisnya lo manis sih, gimana dong?"

Mampus! Gue makin deg-degan. Ya Tuhan.

"Ih! Mau gue manis kek mau gue pait kek, panggil gue Gita!"

"Yaudah deh maaf. Biasa aja dong jangan marah-marah. Lagi marah aja manis, apalagi kalo lagi senyum" godanya sambil menaikan sebelah alisnya.

Bego! Kenapa gue jadi marah-marah sih.

Agita tidak menanggapinya lagi. Dia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Masih seperti tadi, langkahnya dipercepat.

Dari kejauhan, Agita terlihat hampir sampai ke ruang kelasnya. Dan saat beberapa langkah lagi ia sampai, lelaki itu berteriak, "085722346571. Telepon aja kalo kangen!"

Agita hanya mematung. Tidak berbalik badan. Semua murid yang sedang belajar langsung mengintip lewat jendela. Ada yang mengintip, ada yang keluar kelas. Siapa yang bisa fokus belajar jika mendengar orang teriak-teriak?

Guru yang sedang mengajar di kelas 11 IPA 5 alias kelas baru Agita itu keluar dari kelas dan langsung berkacak pinggang sambil memelototi ke arah lelaki yang tadi berteriak. "Raffa! Sini kamu!"

Agita terkejut dengan seorang guru yang keluar dari kelasnya, takut menghukum Agita karena telat masuk kelas. Namun ternyata guru itu tidak mengenalinya karena Agita merupakan murid baru.

Yap, murid baru dengan sejuta peristiwa yang terjadi di hari pertama di sekolah barunya.

Karena Raffa tidak menuruti perintah guru itu, akhirnya guru itu yang mendatanginya.

***

Suasana di ruang guru begitu sepi. Hanya ada beberapa guru di sana, karena guru yang lain sedang mengajar.

"Bu Tita cantik, tadi yang teriak bukan saya kok, percaya deh"

"Raffa Ragatha! Kamu itu laki-laki, dan suara teriakan tadi itu suara laki-laki. Tidak mungkin kalau murid perempuan yang tadi, teriak dengan suara laki-laki."

"Murid perempuan? Oh, si manis itu ya Bu?" Dengan cepat ia melebarkan senyumnya ketika mengingat gadis itu.

"Raffa! Ini waktunya serius!"

"Oh enggak bu saya belum bisa serius, masih sekolah saya. Kan harus kerja dulu biar bisa menafkahi."

"Raffaaaaa!!!" Kini Bu Tita berteriak, namun Raffa terlihat menahan tawanya.

"Iya apa cantik?"

"Cukup! Kamu sekarang ke lapang, hormati bendera sampai jam 2 siang!"

"Oke siap cantik, laksanakan!" Di akhir kalimatnya, ia melakukan sikap hormat pada Bu Tita. Lalu langsung berjalan menuju lapang.

Namun, bukan Raffa namanya jika saat kena hukuman malah nongkrong di kantin.

***

Saat Bu Tita pergi ke ruang guru, itu menjadi kesempatan bagi Agita untuk masuk kelas tanpa hukuman.

Saat ia sudah duduk di bangkunya, Nadia yang sedang mengerjakan tugas berhenti sejenak. "Lo kemana aja sih?"

"Sumpah Nad, ini hari pertama gue tapi rasanya gue udah seabad sekolah di sini. Ada aja gitu yang bikin sial"

"Itu mungkin karena lo belum terbiasa aja"

"Ah tau deh" Agita menenggelamkan wajahnya.

"Btw, badan lo udah enakan Git?"

Untuk menjawab pertanyaan Nadia, ia mengangkat kepalanya, "udah kok". Agita tersenyum.

Drrrt. Drrrt.

Ponsel Agita yang disimpan di saku roknya terasa bergetar. Saat dicek, ternyata ada notif dari whatsapp. Nomornya tidak dikenal.

Maaf gue gak sengaja. Badan lo udah enakan?

Melihat Agita mematung saat memegang ponselnya, Nadia menjadi penasaran. "Kenapa sih?"

"Ini nih, lo kenal nomor ini gak?"

"Oh itu. Katanya sih dia mau daftar jadi pacar lo Git"

"Hah? Daftar apaan?"

"Cie, kok jadi penasaran gitu sih?" Nadanya seperti menggoda.

"Eh, bentar. Ini orang aneh itu? Lo kasih nomor gue ke orang aneh itu Nad?"

Nadia benar-benar tertawa, "Hahaha. Jangan bikin orang nunggu lama Git. Nyesel lo nanti"

Agita mencubit lengan Nadia hingga ia meringis, "ih ngeselin banget sih lo".

Drrrt. Drrrt.

Hei manis, bales dong. Nyesel loh kalo gak dibales. Gak usah dibikin ribet karena gak tau ini siapa. Masukin kontak aja, terus kasih nama 'Raffa calon pacar ku'.

***

Anyway, gimana nih sampe sini ceritanya?
Bosenin? Atau bikin greget?

Please jangan berhenti di kamu aja, bantu recomend ke temen-temen kamu juga ya.

Dan jangan lupa vote & comment.

Salam manis dari Agita!

OUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang