Bagian ketiga....
.
.
.
Jinyoung melompat dari ranjang ketika tahu pemilik suara familiar itu. NYONYA BAE yang lain atau ibu dari Bae Jinyoung. Dan Daehwi melakukan hal yang sama, wanita kecil ini bergegas turun dan pergi ke kamar mandi. Setidaknya ia harus mandi dulu sebelum bertemu ibu mertuanya.
Jinyoung mengambil kemeja dan memakainya asal sebelum ia membuka pintu. Meski otaknya tak habis pikir ibunya akan datang sepagi ini yang menghancurkan kegiatannya bersama Daehwi.
.
.
.
"Apa kau masih bisa di sebut seorang istri, Daehwi." Ibu Jinyoung menatap marah ke arah Daehwi yang duduk di sofa dengan kepala menunduk ke bawah. "Jam berapa ini?! Apa kau berkhayal menjadi seorang ratu. Bisa bangun sesuai keinginan mu dan mengabaikan tugas mu sebagai wanita bersuami" katanya lagi dengan ujung tangan yang tak henti menunjuki muka Daehwi dengan segala amarah.
Jinyoung mengepal tangannya, ia benci melihat istrinya di tindas seperti ini. Langkahnya semakin cepat turun dari tangga "Berhenti menyakitinya Ibu.!" Jinyoung segera memeluk tubuh istrinya, Daehwi tidak akan menangis di hadapan mertuanya. Tapi Jinyoung sangat tahu, wanitanya ini sedang menahan rasa sedih yang teramat dalam.
"Aa! bela terus Bejin. Sampai saat dimana wanita bodoh ini akan besar kepala dan menghancurkan hidup mu!" Matanya membulat semakin marah.
"Cukup Ibu! Jika kau datang untuk ini, akan lebih bagus jika ibu pulang saja" ucap Jinyoung dengan nada kesal.
"A.. kau berani membentak ibumu hanya karena wanita bodoh in..
"Ku bilang STOP mom!" Nadanya semakin marah. Daehwi diam semakin takut. Dari awal ibu mertuanya itu sangat membenci dirinya.
"Ya Ya bela terus Taun Putri mu itu." Ibu Jinyoung berjalan kesisi lain "kita lihat sampai batas mana wanita bodoh ini akan menutupi wajah iblisnya itu" ucapnya semakin menjatuhkan harga diri Daehwi.
Jinyoung menggetarkan gigi semakin marah. Ia hendak berdiri dan melabrak ibunya. Sampai sebuah tangan melingkar diantara pinggangnya. Jinyoung melihat Daehwi sekilas, wanita ini menggeleng tidak setuju dengan tindakan Jinyoung.
"Ibu, tolong tinggalkan kami" pinta Jinyoung dengan nada gemetar menahan marah.
Ibu Jinyoung membuang muka tak acuh, dengan rasa kesal ia pergi dari rumah itu. Saat pintu tertutup barulah si manis menangis dalam diam. Ia diam namun air mata terus mengalir di pipinya. Daehwi selalu berpikir dimana kesalahannya, kenapa mertuanya itu sangat tidak suka padanya.
"Menangislah, sayang. Hari ini aku memberi ijin padamu"
Tangisannya kian memuncak, ia tak lagi bisa menahan emosi yang terpendam dalam dirinya. Tubuhnya gemetar mewakili rasa sakit yang dirasakannya.
"Ke..Ke..kenapa Ibu tidak suka pa..pada ku, Jinyoung" tanya Daehwi dalam tangisan. Suara nyaris tak terdengar.
Jinyoung mengelus punggung istrinya "No,baby. Ibu hanya lelah, itu sebabnya dia marah-marah tak jelas padamu" ucap Jinyoung berusaha menenangkan hati istrinya.
Daehwi masih menangis. Jinyoung mengangkat dagu Daehwi untuk berhadapan dengan matanya. Suaminya memberi senyum tulus, mau tak mau Daehwi ikut tersenyum karenanya.
"Tetaplah tersenyum sayang, aku tidak suka melihat mu menangis." Ia berulang lagi menciumi ujung kepala Daehwi. Dan Daehwi semakin tersenyum, hatinya lulu hanya karena sifat manis suaminya itu. Bahkan ia lupa dengan rasa kesal tadi pagi.