Untukmu, seseorang yang akhir - akhir ini selalu memenuhi pikiranku.
Hai, A. Masih ingat denganku?
Ini aku, seseorang yang masih saja mengharapkanmu, walau tahu kau bahkan tak pernah mau melihat kearahku. Entah mengapa, jika itu tentangmu, tak pernah timbul rasa ragu - ragu dihatiku.Seharusnya aku paham, A. Apapun yang tak sejalan, pasti berakhir dengan perpisahan. Bahkan sebelum aku dan kau bertemu di persimpangan jalan, kau sudah harus cepat - cepat ku-ikhlaskan.
Dekat denganmu, memang membuat hatiku senang sekaligus bimbang.
Senang karena kau seperti akan memberi kepastian. Sementara bimbang, karena ternyata bukan dengan-ku saja, kau berkasih sayang.Siapa yang salah, A?
Kita yang tak pernah satu warna dan rasa? Atau aku, yang selalu berharap akan ada kisah yang diawali dengan kata ' kita ' ?Entah mengapa, A.
Aku menyayangimu dengan sebegitunya. Bahkan saat aku tahu, bukan diriku yang kau ajak berkasih cinta. Bahkan dengan tiap tetes air mata yang jatuh karenamu, selalu kubiarkan saja.Memang benar, sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik akhirnya. Tapi, jika apapun yang berlebihan itu bersangkutan dengan dirimu, diriku selalu menolak untuk melakukannya secara berkecukupan.
Dirimu memang seperti bintang dilangit malam, A. Memang tak pernah bisa kugenggam. Namun, hanya dengan memandangmu dalam diam, cukup membuatku merasa seperti wanita yang paling bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.
ŞiirTulisan ini khusus kupersembahkan untukmu, yang tak pernah tahu bahwa aku selalu menyimpan rasa. Seperti titik dalam sebuah kalimat, kita juga berakhir tanpa alasan yang tepat. -Nug.