III

50 7 3
                                    

Untuk A, ketiga kali.

Mungkin, karena aku terlalu sering berangan - angan, kau juga menganggapku hanya sebuah bayang - bayang. Bukan salahmu memang. Sepenuhnya ini salahku, yang memilih berjuang tanpa punya sesuatu yang bisa kujadikan alasan.

Sesekali, aku juga ingin tahu kemana aku akan pulang. Aku ingin kau menjadi seseorang yang menjadi tempatku berhenti, saat aku terlalu lelah karena telah jauh berjalan. Tidak ada yang salah kan, jika aku berpendapat demikian?

Aku juga ingin seperti orang lain. Memiliki tempat bercerita saat aku ada beban, memiliki bahu yang kokoh saat aku butuh sandaran, memiliki lengan yang hangat saat aku kedinginan, memiliki jari yang siap menghapus tiap air mataku yang bercucuran.

Entah sampai kapan, A. Aku rela menjadi sosok bayangan, yang selalu melihatmu dalam diam, saat yang bisa kulakukan hanyalah mencintaimu tanpa perlu sebuah alasan.

Apa kau tahu, A?
Kau bagaikan udara bebas. Namun, aku tetap memilih untuk sesak napas, agar kau tak kewalahan dan merasa ' lepas ' dariku sang pembawa duka.

Aku sudah lama disini, A. Aku sudah sangat lama berdiri didepan pintu ini, bahkan sudah kuberi kunci itu padamu. Yang perlu kau lakukan hanya membuka pintu itu, A. Tapi kau tak bergeming, bahkan hanya untuk memegang gagang pintu saja, kau tak mau A.

Bahkan, aku tak pernah ingin kau lihat, walau tanpa sengaja. Apa aku sebercanda itu dimatamu, A? Kisah ini belum sempat kita mulai, A. Kau bahkan belum sempat kugapai. Dan kisah kita sudah harus segera usai.

A. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang