PROLOG & CAPTER 1

41 1 0
                                    

Hi readers....
Bijaklah jadi pembaca
Jangan lupa ninggalin jejak dengan ngasih vote dan komen ya
Makasih yg udah baca
******************************
Bukittinggi, Februari 2018.

Tidak ada seorangpun yang ingin kehilangan seseorang yang dia sayang.

Itu pasti keinginan semua orang, begitupun denganku.

Aku masih teringat kejadian dua tahun lalu saat seseorang yang kusayangi dan kucintai pergi dari dunia ini tepat saat aku berulang tahun, kenyataan yang pahit memang, tapi aku harus menerima itu semua dengan ikhlas.

Kalian pasti berpikir aku adalah gadis yang rapuh karena kehilangan dia, ya kalian benar. Aku sempat rapuh setelah kepergian dia dari sisiku dua tahun lalu. Tapi itu hanya terjadi selama satu bulan setelah kepergiannya dari sisiku. Sampai kini aku tidak lupa untuk mengunjungi tempat peristirahatan terakhir pujaan hatiku itu.

Kesedihan memang sudah hilang dari hatiku, tapi luka itu masih ada dan mungkin akan selalu ada. Entahlah akupun tidak tahu luka itu kapan akan pergi dariku. Sebenarnya aku tau kalau bunda ingin melihatku menikah dengan orang yang kucintai. Tapi semenjak dia tiada aku tidak tertarik lagi dengan romansa-romansa yang selalu aku sukai itu. Dia seperti membawa hatiku pergi bersamanya.

Aku berasal dari kota kecil di Sumatera Barat, Kota Bukittinggi. Kalau kalian mampir ke kotaku pasti kalian akan ketagihan untuk kembali lagi kesini. Kota ini memiliki daya tarik kepada siapa saja yang berkunjung. Ditambah lagi ada banyak tempat wisata yang akan memanjakan mata kalian. Bisa dikatakan kota ini cukup romantis, aku fikir memang begitu. Setiap sudut kota ini selalu mengingatkanku akan sosok dirinya. Dulu sewaktu kami masih putih abu-abu, aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama di setiap sudut kota. Itulah yang membuatku enggan untuk berlama-lama disini, di kota kelahiranku ini. Dengan menatap setiap sudut kota ini, seolah-olah aku kembali ke masa putih abu-abu bersama dia.

Kini aku merasa sendirian di sini, aku berdiri di depan gerbang SMA Nusantara. Tempat aku menuntut ilmu beberapa tahun silam, tempat yang mempertemukan aku dengan dia. Saat semua orang sibuk dengan pasangannya datang ke acara reunian, aku malah sendiri. Kalau kalian kasihan melihatku, boleh saja. Tapi aku senang dengan kesendirianku ini.

"Alika" panggil seseorang kepadaku diantara kerumunan, aku pun menoleh melihat siapa yang memanggilku itu. Tanpa ada aba-aba dari siapa pun, kami langsung berpelukan. Dia Dita-sahabatku-, satu-satunya sahabat yang aku punya.

Aku mulai mengenal Dita ketika MOS, dia dengan gaya anehnya selalu berada di dekatku saat itu. Entah apa yang membuatku cocok dijadikan teman olehnya. Dan seolah takdir yang berpihak, aku dan dia selalu saja satu kelas dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Karena itulah kami menjadi sahabat.

Namun semenjak kuliah kami sudah jarang bertukar kabar, dia memilih melanjutkan pendidikan di universitas yang berbeda denganku. Dia memilih Universitas Negeri Padang(UNP) jurusan pendidikan fisika, aku sangat tahu kalau dia sangat berambisi menjadi guru fisika. Aku juga masih ingat perkataannya beberapa tahun lalu saat akan memilih jurusan SBMPTN. "pokoknya gue harus jadi guru fisika yang bisa buat muridnya mencintai fisika, biar tuh murid ngak kaya kita yang dapet guru pelit ilmu gitu". Mengingat tentang pelajaran fisika , aku pasti tidak akan lupa dengan kejadian itu.

*********

Saat itu aku duduk di kelas XI

Kalau di sekolahku, ketika ujian mid semester ataupun semester setiap angkatan itu duduknya dipisah, jadi siswa kelas XI dan XII itu duduk bersebelahan, kalau kelas sepuluh ujiannya pada sese ke-2. Kebetulan aku duduk di pojok sebelah kiri bersama siswa kelas XII. Baru pertama melihat soal fisika, kepalaku langsung pusing, bagaimana tidak Pak Beno-guru fisika- tidak ada menjelaskan materi yang keluar di soal bagian akhir. Dan bodohnya aku, aku juga tidak belajar sampai kemateri itu. Aku hanya belajar sampai materi yang diajarkan Pak Beno.

Dear My CaptainWhere stories live. Discover now