"AL............. BANGUN SEKARANG JUGA, anak gadih pamaleh" ini adalah kali ke sekian bunda membangunkanku, tapi aku masih saja bergelung dibawah hangatnya selimut. Sebenarnya aku masih ingin melanjutkan tidurku di pulau kapuk ini, tapi aku sadar alaram yang satu ini tidak bisa untuk dimatikan begitu saja. Dengan malas kulirik jam putih yang tergantung di dekat nakas. -08.00- angka yang kulihat dari jam itu
"gawat, gue telattttt" gerutu ku, segera aku bergegas ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi pagi dengan cepat kilat. Bagaimana tidak bergegas, aku sudah booking tiket pesawat rute Padang-Surabaya yang akan take off jam 13.00. Kalau aku lelet bisa hangus tuh tiket.
"Al pamit ya bunda, ayah, dan udaku yang ganteng tapi masih jombs"
Dengan tergesa aku berpamitan pada bunda, ayah dan udaku. Sempat-sempatnya aku mengusili uda yang berusia lima tahun di atas usia ku. Kalau kalian penasaran sama udaku baiklah akan ku beritahu siapa dia sebenarnya ( ya elah Al, ceritain aja kali. Mana tahu salah satu readers falling in love sama uda lo).
Namanya Zainuddin Firdaus -ingat dia bukan engku Zainuddin nya encik Hayati loh- biasanya kami panggil Zai, hanya keluarga saja yang memanggilnya Zai, kenapa? katanya sih dia malu dipanggil Zai, alasannya karena Zai itu nama orang tua. Jadi kalau dia memperkenalkan dirinya kepada orang-orang sebagai Firdaus, nama pangilannya Daus.
Dasar uda Zai, udah untung dikasih nama sama ayah dan bunda. Pernah suatu hari uda Zai bertanya kepada bunda dan ayah kenapa dia memakai nama tua, bukannya nama barat seperti nama Kevin atau William.
"karena dulu bunda sangat suka baca bukunya Buya Hamka yang judulnya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" biarpun bunda gaul pada masanya, tapi kalau soal novel-novel klasik bunda sangat tertarik. Bahkan rak buku di rumah penuh dengan koleksi novel klasik bunda.
Aku saja yang membacanya sudah sakit kepala mencerna setiap maksud kata yang disampaikan penulis. Itu baru beberapa lembar yang aku baca, tak terbayang bagaimana bunda memahami novel-novel klasik yang jumlahnya ratusan.
Alasan uda Zai masih belum mau menikah sampai saat ini katanya sih "masih mau sukses dulu", sebuah alasan klasik. Aku tahu itu hanya alibi Uda Zai, mencari-cari alasan agar tidak selalu didesak untuk menikah oleh ayah dan bunda. Saat ini aku dan uda Zai menjadi gunjingan tetangga karena kami yang masih belum menikah.
Emang salah ya kalau Uda Zai yang usianya 31 tahun masih betah jadi bujang dan aku yang baru menginjak 26 tahun masih betah dengan status singgle.
Entah siapa pencetus kalau wanita yang belum menikah diatas usia 25 tahun dikatakan perawan tua dan kalau laki-laki yang belum menikah diatas usia 30 tahun dikatakan bujang lapuk.
"Hello tetangga ini urusan hidup gue, mau nikah atau ngak itu bukan urusan kalian" ingin rasanya aku berteriak kepada para tetangga yang selalu menggunjingkan ku dan Uda Zai. Tapi aku masih bisa mengontrol emosiku yang sudah hampir meledak itu.
Aku heran sama Uda Zai hanya tersenyum mendengar gunjingan para tetangga itu. Aku sempat ragu apakah udaku itu masih normal atau sudah menyimpang jadi penyuka sesama -gay-. Namun aku bisa bernapas lega ketika aku tidak sengaja mendengar Uda Zai sedang marayu seseorang di telpon, dan itu adalah wanita. Kenapa aku tahu itu wanita?, karena Uda Zai selalu mengaktifkan speaker ketika sedang menelpon di kamarnya. Aneh memang uda ku satu itu, kayak orang tua saja dia kalau menelpon suka mengaktifkan speaker hp.
******
Bandara Internasional Minangkabau ( BIM)
Akhirnya aku sampai juga di BIM yang seakan tidak pernah tidur, selau ramai pengunjung. Kulirik arloji mungil yang berada di tangan kananku, masih pukul 11.30. Aku menghembuskan napas lega karena tidak sampai terlambat. Padahal aku tadi sedikit cemas kalau saja travel yang kutumpangi dari Bukittinggi menuju BIM tidak tepat waktu. Dari Bukittinggi saja ke BIM memakan waktu hampir dua jam, belum lagi macet di daerah Silaing. Kira-kira butuh waktu dua jam lebih untuk sampai di bandara yang memiliki iconik atap rumah gadang itu.
YOU ARE READING
Dear My Captain
RomanceIni tentang Alika yang takut untuk membuka hati dan jatuh cinta kembali kepada seorang yang berusaha meluluhkan hatinya. Dia terlalu takut untuk kembali ditinggalkan karena dia memiliki kisah yang sulit dilupakan dengan seseorang dari masa lalu. "ak...