CAPTER 2

20 2 0
                                    

Bukittinggi, Februari 2018

"Aku bakal bahagianin kamu, Al" kata-kata Bagas saat hari kelulusan itu masih jelas di otakku, aku tersenyum miris bila mengingat itu semua.

"kamu jahat Gas"

Buktinya dia pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan aku disini yang masih menyimpan kesedihan.

Aku berharap jika aku kembali ke Surabaya lagi, aku bisa bangkit dari keterpurukan ini. Ya kupikir aku harus bisa. Aku harus bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah tiada disisiku lagi.

Begitu acara reunian itu selesai, dengan sedikit basa-basi dengan Dita dan suaminya, aku berpamitan kepada mereka. Aku segera menuju rumah mama Bagas di kompleks Talang, tidak jauh dari SMA Nusantara. Sudah lama rasanya aku tidak kesana, terakhir aku kesana dua tahun lalu, saat memberi penghormatan terakhir kalinya kepada Bagas.

"Assalamualaikum" ku ketuk pintu rumah bewarna coklat itu dengan hati-hati, takut mengganggu sang pemilik rumah.

Sesaat kemudian pintu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang masih cantik walaupun sudah tidak muda lagi. Aku tersenyum kepada nya dan segera mengambil tangan wanita itu untuk ku beri salam. Lama sekali ku salami tangan wanita yang ku kagumi itu, dia adalah mama Bagas -Wita-. Tak terasa air mata sudah mengalir di pipiku saat melihat tante Wita. Tante Wita pun kulihat berkaca-kaca, segera dia merangkulku kedalam pelukan hangatnya. Jadilah kami saling berpelukan untuk melepas kerinduan.

"aduhhh, maaf Al saking seneng nya ketemu kamu, tante lupa nyuruh kamu masuk", Tante Wita melepaskan pelukannya dariku dan menggiring aku masuk ke dalam rumahnya yang didominasi oleh warna coklat.

"mau minum apa Al?"

"kaya orang asing aja sih tan, aku mah bisa bikin sendiri"

Tapi, tante Wita bersikukuh kalau aku harus meminum minuman buatannya, akhirnya aku hanya meminta tante Wita membuatkan teh manis.

Sepeninggal tante Wita ke dapur, aku bangkit dari sofa. Aku melihat-lihat foto yang tergantung di dekat televisi. Disana aku bisa melihat foto bayi laki-laki mungil menggunakan topi, bayi itu adalah Bagas ketika berusia tiga tahun. Bagas pernah memperlihatkan kepadaku foto masa kecilnya, makanya aku tahu.

Aku tersenyum melihat foto-foto Bagas, disana foto Bagas lengkap. Mulai foto Bagas yang masih bayi sampai foto Bagas di depan pesawat.

**********

Tak terasa aku sudah berbincang-bincang selama satu jam bersama tante Wita, waktu berjalan sangat cepat sekali jika aku berbicara tentang Bagas.

"kamu pengen lihat kamar Bagas ngak Al" tawaran tante Wita sangat menggiurkan, tanpa fikir panjang aku menganggukan kepala. Dari dulu Bagas tidak pernah mengizinkan aku untuk masuk ke kamarnya, entah kenapa.

Saat pertama kali masuk ke kamar Bagas, aku seolah-olah bisa merasakan aroma parfum yang biasa digunakan Bagas.

"maaf baru bisa memberikan ini kepadamu sekarang Al", Tante Wita memberikan sebuah kotak bewarna coklat kepadaku.

"iya tante, ngak apa-apa kok tante. Maafin Al ya tan baru bisa kesini sekarang"

    Sambil duduk di single bed Bagas, aku membuka kotak yang diberikan tante Wita. Ternyata isinya cincin dan sebuah surat. Tanpa aku sadari tante Wita sudah meningglkanku sendiri disini. Sepertinya dia mengerti kalau aku butuh waktu untuk sendiri. Segera ku baca surat itu

Untuk Alika

   Sebenarnya aku bukanlah seseorang yang ahli dalam hal membuat puisi dan aku bukanlah orang yang romantis. Tapi khusus untuk kamu, aku akan memcoba merangkai kata-kata yang menurutku romantis. Jangan tanya aku belajar dari mana ya Al,

   Makasih udah temenin aku mulai dari lulus SMA sampai sekarang. Aku tahu kamu wanita hebat, tidak mudah menjalin hubungan jarak jauh denganku. Disaat semua orang sibuk dengan kencan romantis pada malam minggu, kita malah sibuk chatingan di BBM karena aku sedang jauh dari kamu. Saat kamu nelpon aku, kadang aku tidak mengangkatnya karena aku lagi flight.

   Orang bilang pacaran anak SMA itu hanya cinta monyet Al. Tapi bagiku, kamu bukan hanya sekedar cinta monyet, kamu masa depanku. Kamu masih ingat ngak pertemuan pertama kita? Aku tahu kamu pasti tidak akan lupa. Entah kenapa semenjak aku melihatmu di ruang ujian itu aku mulai tertarik kepadamu. Sampai saat ini hatiku masih betah menyimpan namamu di dalamnya.

   Al, bolehkah aku bertanya satu hal kepadamu?

"will you want to be a my wife, Alika Rahma Putri?"

I hope you say "yes" Al

Your future husband,

Bagaskara Raja Bumi

  Aku bahagia mengetahui Bagas melamarku, memintaku menjadi istrinya.
"Yes, i will Gas"

Tapi itu tidak akan menjadi kenyataan. Aku tidak akan bisa bersatu dengan Bagas.

    





Dear My CaptainWhere stories live. Discover now