Part 1

4.4K 268 25
                                    

Happy Reading 💝💝💝

Valerie menatap wajah pria setengah baya di depannya dengan alis terangkat bingung. Pria itu mengulurkan tangannya dengan senyum merekah yang membuat wajah tampannya terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sudah menginjak lebih setengah abad.

"Kau tidak ingin mengucapkan salam perpisahan denganku, Ms.Grayson?"

Valerie mengerjap. Sungguh ia tidak mengerti dengan ucapan pria yang merupakan atasannya ini. Tadinya Valerie hanya diminta ke ruangan ini setelah menyelesaikan meeting penting yang mengharuskannya mewakili CEO. Tapi bagaimanapun juga, sebagai bawahan yang baik, tangan Valerie segera menyambut uluran tangan itu dengan benak yang masih dipenuhi tanda tanya.

"Terimakasih untuk kerja kerasmu selama dua tahun ini. Aku sangat beruntung pernah memiliki sekretaris berkompeten sepertimu."

Otak Valerie segera bekerja cepat mencerna ucapan Jerremy Hudson, atasannya. Dan ketika makna ucapan itu berhasil ditangkapnya, raut wajah Valerie seketika berubah panik. Kakinya bergerak tak tentu menunjukkan kegusarannya.

"Apakah anda akan memecat saya, Sir?" Suara Valerie tidak bisa menutupi rasa paniknya. Ia bahkan langsung berdiri dari kursinya dengan ekspresi memelas yang kini membingkai wajah cantiknya. "Saya mohon, jangan pecat saya! Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini."

Jerremy tersenyum melihat ekspresi Valerie yang menurutnya menggelikan. Valerie memang terkenal dengan sifatnya yang ekspresif. Kebahagiaan atau kesedihan wanita itu terlalu mudah untuk dibaca oleh orang lain. Jerremy sangat menyukai kinerja sekretarisnya itu. Cerdas, disiplin, jujur dan selalu memiliki semangat tinggi dalam melakukan apapun. Semua pekerjaan Valerie nyaris sempurna di mata Jerremy.

"Aku tidak mengatakan akan memecatmu, Ms.Grayson."

Valerie mengerjab. Bibirnya yang tadi sudah akan berkomentar kembali terkatup rapat. Binar kelegaan langsung terpancar dari netra hijaunya. "Bisa anda jelaskan maksud salam perpisahan ini, Sir?" Valerie kembali pada posisi duduknya ketika ketenangannya mulai pulih.

"Mulai besok aku akan berhenti bekerja. Putraku akan menggantikanku disini." jelas Jerremy dengan senyum hangatnya seperti biasa.

"Kenapa tiba-tiba seperti ini, Sir? Apa terjadi sesuatu pada anda?" tanya Valerie tanpa bisa menutupi rasa khawatirnya yang mendadak menguak ke permukaan. Pasalnya kabar ini terlalu mendadak hingga membuat Valerie memikirkan sesuatu yang tidak baik. Valerie sangat mengagumi sosok hangat Jerremy. Baginya, pria paruh baya itu bukan hanya sekadar atasan, namun juga seorang ayah yang selalu bisa mengertinya. Tentu saja mendengar kabar seperti ini, membuat perasaan kehilangan Valerie muncul.

Jerremy tertawa kecil. "Aku baik-baik saja. Sudah waktunya bagiku untuk menikmati hari tuaku tanpa pekerjaan-pekerjaan menyebalkan ini. Memangnya, kau pikir apa gunanya aku memiliki putra?"

Valerie mengangguk paham. Walau Jerremy belum bisa dimasukkan kategori golongan tua yang harus berhenti bekerja, tapi Valerie sangat mendukung keputusan atasannya itu. Jika memang Jerremy memiliki putra yang bisa diandalkan, kenapa tidak?

"Mungkin putraku akan sedikit menyulitkanmu. Tapi aku yakin kau bisa mengatasinya dengan baik."

Valerie tidak terlalu mengerti maksud ucapan Jerremy, namun kepalanya tetap mengangguk untuk memberikan jawaban yang sopan.

Tapi tunggu!

Menyadari sesuatu yang menarik, mata Valerie membola antusias. Bukankah Jerremy hanya memiliki satu orang putra? Alexander Hudson, yang selama ini ditempatkan di perusahaan cabang yang berada di Kanada.

Yes, Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang