2. Sepertinya...

18 3 4
                                    

Hehehe....maaf ya, baru update

Happy reading...

     "Oh lo suka lagu itu," Angger berhenti sejenak " Kalau gitu, sama gue suka juga nggak?"

Hening sebentar....

"Hah, Lo bercanda?" Icha bertanya dengan polosnya.

Angger tersenyum, hingga memperlihatkan dekik yang semakin membuatnya manis. Setelah itu ia menjawab, "iya".

Icha menghela nafasnya pelan, " ehmm, permisi bapak. Jalan keluar ada di sebelah sana, mohon bapak sekarang pergi. Karena saya tidak mau ada korban amukan saya dipagi yang cerah ini." ujar Icha selembut mungkin sambil menunjuk pintu kelas.

"Oh, maaf bu atas ketidak sopanan saya. saya mohon undur diri, permisi" Angger keluar dengan tawa pecah.

"Gue udah seneng tadi padahal, ampek deg-degan gini" gerutu Icha jadi kesal karena dikibuli.

•••

Beberapa hari setelah MOS, barulah Icha bercerita pada Via, karena ia meresa aneh dengan dirinya. Icha bercerita dari awal Angger mengajaknya berbicara sampai adegan 'penembakan'yang awalnya sempat membuatnya kesal, tapi sekarang justru membuatnya deg-degan saat memikirkannya.

"Lo suka kali ama dia, " ujar Via dengan santainya.

Icha diam, mungkin saja itu terjadi. Karena sejak adegan 'penembakan' itu,  Icha jadi sering deg-degan bila dekat dengan Angger. Tak hanya dekat, bahkan melihatnya saja Icha bisa langsung salah tingkah.

"Tapi kalo lo  emang suka sama dia, lo harus rela sering patah hati."
Icha mengerutkan kening, " maksudnya?"

"Ciee, Penasaran. suka beneran ya? "

"Eh, eng....engak kok. Ta... tapi mungkin aja. " Icha jadi gugup

"Gak pa-pa kali cha, ngaku aja. Kita kan berhak suka sama siapa aja."

Icha mengacak rambutnya frustasi. " iya, iya...gue suka ama dia. puas lo" wajah lcha sudah bersemu merah saat ini karena pengakuannya itu.

Via tertawa nyaring karena melihat wajah Icha yang seperti kepiting rebus.
"Haha... Haduh sakit perut gue, " Via mengatur tawanya. " ehem, gini...tadi pas dikantin.  Angger kan baru masuk, Yang ngehadang langsung banyak banget. Ciwi-ciwi semua lagi. Trus rata-rata dari mereka tuh minta kenalan sambil minta no Wa. " via menjelaskan panjang lebar.

Icha langsung murung. ia jadi sedikit pesimis karena ternyata banyak yang menyukai Angger, slain diri nya.

"Tuh muka gak usah dibuat melas gitu napa, kesempatan masih banyak anak muda. Jangan lah kau menyerah hanya karena saingan yang kelewat banyak! " ujar Via memberi semangat, sambil merangkul Icha.

Icha langsung tersenyum," Iya, Vi. gue gak pa-pa kok!"

"Iya deh iya..."

"Udah ah, yuk pulang! ." Icha berdiri.

"Yuk, bokap gue udah juga nunggu digerbang. "

Mereka berdua pun keluar dari kelas, Dan berpisah di depan gerbang karena Via yang dijemput oleh ayahnya. Sedangkan Icha pulang dengan menaik angkutan umum.

Sesampainya di rumah,  Icha langsung disambut dengan pemandangan yang tak asing lagi, yaitu kedua adik laki-lakinya yang bertengkar karena berebut mainan. Icha tak pernah bosan melihat pertengkaran mereka berdua, karena menurutnya itu sangat lah lucu. Ia jadi melupakan soal Angger sejenak.

"Ai, Alfin tuh nakal. Mainan aku direbut! " Alfan mengadu pada icha

"Enggak Ai, Aku cuma pinjem. Lagian, aku ajaki n tukeran mainan Alfan gak mau. " alfan membela diri.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang