Rumah ini benar-benar menipu!
Dari luar terlihat seperti rumah biasa. Bergaya koppel dengan dominasi warna putih dan oranye tua, rumah ini memunculkan sensasi kehangatan. Dinding lengkungnya yang khas bergaya Edwardian dengan jendela-jendela klasik benar-benar menampilkan ilusi rumah tinggal yang nyaman.
Nyatanya, begitu Daniel melangkahkan kaki di koridor dia langsung disambut oleh beraneka lukisan yang terbingkai rapi dalam berbagai tipe pigora. Daniel serasa diseret menuju lorong seni yang sempit namun kaya akan talenta. Penampakan koridor rumah ini sangat berbeda dengan fasad bangunan yang sama sekali tak ada mirip-miripnya dengan galeri seni.
Langkahnya terhenti di salah satu lukisan. Mata tajamnya menyipit memperhatikan lukisan dengan seksama. Ini sebuah gambaran pemandangan yang sangat eksotis. Jiwanya bagai dibawa ke kesejukan alam dengan deburan air terjun yang nampak nyata, kolam jernih dengan bebatuan besar dan dikelilingi tanaman pakis liar serta bunga-bunga beraneka warna yang asing di matanya. Sementara gerumbulan pepohonan yang rapat mengilustrasikan hutan nan indah di tepi air terjun.
Sayang Daniel tak bisa meraba lukisan itu. Hasil karya penuh estetika di depannya dibingkai oleh kayu hitam dan dilapisi kaca tebal. Seolah membentengi diri dari sentuhan-sentuhan yang tak diinginkan. Namun, Daniel tahu nilai sebuah seni memang tidak untuk dijamah, namun untuk dinikmati.
"Kamu suka?" Nat tiba-tiba berdiri di samping Daniel.
Daniel menelengkan kepala. Mata hijaunya masih mengamati obyek di depannya, "Lukisan ini mengajakku untuk berlibur."
"Oh ya?" Nat ikut memelototi lukisan di hadapannya.
"Kenapa?"
"Aku sangat percaya bahwa potongan kertas mampu membuat jiwa seseorang tersentuh. Dan sudah terbukti padamu," Nat bersedekap, "Sepertinya aku tak akan menjual lukisan ini."
"Potongan kertas?" Daniel kebingungan, "Menjualnya?"
"Oh, aku punya toko souvenir kecil di bagian depan rumah. Kamu lihat ruangan yang gelap itu? Itu adalah tokoku. Well, lukisan ini salah satu benda yang kujual dan sejujurnya aku cukup senang menjadikannya koleksi pribadiku daripada memajangnya di etalase."
"Kamu pemilik toko souvenir?" Daniel ternganga kaget.
"Hanya toko kecil tapi sangat bisa kuandalkan untuk bertahan hidup," Nat tertawa kecil, "Ngomong-ngomong apakah kamu percaya bahwa lukisan ini adalah sebuah montase?"
Daniel ternganga. Spontan memajukan tubuhnya mengamati lebih jelas obyek indah di depannya. Terlapisi kaca tebal, Daniel tak bisa memastikan akurasi pernyataan Nat. Tapi sedikit kelopek di tengah obyek lukisan mulai meyakinkan Daniel. Dia tercengang saat menyadari bahwa kelopek itu adalah bagian dari sepotong logo dari kaleng....
"Sarden?" Daniel bertanya tak percaya.
Nat menganggukkan kepala, "Aku sangat senang menebak-nebak dari bekas apa saja tiap bagian yang menyusun lukisan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amore Mio (TAMAT)
Romance•• WARNING!!! •• •• Mengandung konten 21++ •• •• Cerita ini juga diterbitkan di Hinovel dengan judul Amore Mio oleh Eliyen •• Kawin lari? Seumur-umur Nat tak pernah memikirkannya. Tapi sejak bertemu dengan Daniel, jatuh cinta padanya, dan mengetahui...