EMPAT

15 1 0
                                    

HAPPY READING GUYS

Terlihat di sebuah kamar ber-cat biru langit, gadis cantik dengan piyama berwarna biru langit ber-gambar doraemon tengah serius dalam membaca novel yang dia genggam di kedua tangannya. Tapi keseriusan itu harus terbuyarkan karna adanya gedoran pintu yang sangat kencang yang mengganggu ke-konsenan gadis cantik itu dalam membaca.

Dia Tata.

TOK TOK TOK

"TA BUKA TA. WOY BUKA WOY" teriak seseorang dari balik pintu.

Seseorang di balik pintu itu adalah Erland, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak kandung Tata.

"Ck, punya abang kok suka teriak-teriak" gumam Tata sembari melangkahkan kakinya untuk membuka-kan pintu untuk sang kakak tercintah nya itu.

"Lama amat gila, gue nyuruh bukain pintu bukan nyuruh sikat kamar mandi" ucap Erland dengan menggebu-gebu sembari menyelonong masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur berwarna biru langit ber-gambar doraemon itu.

"Gajelas" gumam Tata sembari menutup pintu kembali dan menaiki kasurnya untuk melanjutkan membaca novelnya yang sempat terhenti tadi.

"Dek" panggil Erland dengan mata terpejamnya.

"Hmm" dehem Tata dengan pandangan yang masih fokus terhadap novelnya.

"Lo beneran jadian sama es kutub?" tanya Erland tanpa merubah posisinya.

Terlihat jelas kerutan-kerutan terpatri di keningnya "es kutub?" tanya Tata kepada Erland.

"Marchel dek" jelas Erland.

"Oh dia, gatau gue juga" ujar Tata tanpa mengalihkan pandangannya tehadap isi novel tersebut.

"Lah, bisa gatau gitu. Gimana sih?" decak Erland.

"Lah, selo dong. Ngegas amat lo kek tayo" ujar Tata sembari menaruh novelnya yang sudah selesai di baca itu di atas nakas.

"Bang" kini giliran Tata yang memanggil Erland.

"Napa?" sahut Erland sembari membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk tersebut.

"Lo,  udah lama temenan sama Marchel?" tanya Tata sembari menatap sang kakak dengan serius.

"Gue kenal dia pas masuk SMA dan hari pertama MOS" jelas Erland sembari mengingat kembali pertemuan pertama kali dia dengan sosok pria tampan ber-sifat dingin tersebut.

Tata tak menyahuti, dia mengatupkan mulutnya rapat-rapat dengan pandangan serius. Karna dia ingin mengetahui dan mengorek informasi lebih banyak dan lebih dalam lagi tentang pria tampan dengan sifat dingin-nya itu yang telah menge-klaim dirinya untuk di jadikan gadis dari pria dingin tersebut.

Erland yang mengerti dengan tatapan yang adiknya itu tunjukan, dia melanjutkan ceritanya "Awal gue kenal Marchel, gue agak ragu sama Marchel. Karna tatapan yang tajam, sikapnya yang dingin dan irit bicara itu yang ngebuat gue engga nyaman mau jadiin Marchel sebagai teman. Tapi karna seiring berjalan-nya waktu dan kita sekelas, gue jadi tau kalo dia orang baik. Sikap asli dia juga sebenernya hangat. Entah karna faktor dan permasalahan apa sampe sikapnya berubah kaya gitu. Akhirnya gue mutusin buat temenan sama dia, dia juga welcome nerima gue. Marchel ngenalin gue sama ke-empat teman-nya. Yaitu Nevan, Vano, Nathan sama Fadhil. Waktu itu mereka ber-empat beda kelas, jadi kita cuma kumpul pas jam istirahat, jamkos ataupun pulang sekolah. Marchel itu bisa di bilang Bad Boy. Ya, you knowlah sikap seorang Bad Boy gimana? Dia juga suka terlibat dalam tawuran, balap liar, dan sejenisnya. Jangan kaget kalo sewaktu-waktu lo liat dia lari keliling lapangan ataupun di jemur di lapangan. Dan satu lagi, jangan kaget kalo lagi belajar suka ada yang teriak-teriak manggilin nama Marchel dari luar gerbang" cerita Erland dengan panjang dan lebarnya.

M A R T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang