Part 11

26 2 0
                                    

    Kini ku hanya terdiam melihat kebahagiaan mereka, aku hanya bisa melihat dan TIDAK merasakan apa yang mereka rasakan.
   Sesekali Nur mengajak bunda dan ayah untuk bermain bersama, dan tak lama mengajak ku.

"Kak Nafa ayoo main bareng"
"Ih! Ngapain sih Nur ngajakin orang garing gitu"
"Maksud kak Nieke?"
"Lupain aja sekarang kita kebalkon aja yuk, ayah bunda mw ikut?"
"Waah Bunda sih mw saja, tapi Bunda banyak kerjaan" kata Bunda sambil menggarukan kepala.
"Ayah bagaimana?" ajak kak Nieke.
"Boleh saja, ayah senggang malam ini"
"Yeay"

  Kak Nieke dan Nur langsung menarik ayah menuju balkon kamarku, memang balkon tapi ada penutupnya.
  Bunda mendekatiku yang sedang tertunduk sedih dan bergelimang air mata

"Jangan jadikan kejadian tadi sebagai tangisan, Nafa. Namun jadikan sebagai pembelajaran. Kau tau kan? Kak Nieke memang keras kepala padamu, kau tau apa yang membuat kak Nieke seperti itu?"

"Tidak Bunda"
"Dia iri padamu"
"I-ri? I-ri karna a-pa Bunda?"

"Saat Nafa belum lahir, kak Nieke yang paling disayang oleh Ayah dan Bunda. Ayah dan bunda sangat memanjakannya. Hingga akhirnya kau lahir, kak Nieke awalnya sangat senang namun ketika beberapa bulan berlalu, kak Nieke benar² iri dan selalu membuat perhatian agar ayah dan bunda memanjakannya seperti sebelum Nafa lahir. Dan sejak awal dari situ, kak Nieke tidak suka dengan Nafa hingga saat sedewasa ini"

"Aku perusak hubungan kak Nieke, ayah, dan bunda ya?"
"Tidak nak, itu salah kami juga. Kami terlalu senang kehadiranmu datang kedunia, sampai kami lupa kalau ternyata kami punya dua anak"
Aku memeluk bunda dengan santai, aku akhirnya tw, apa yang membuat kak Nieke benci padaku itu karna aku juga.

Maaf kak Nieke
Karna aku kau hampir terlupakan

Sister [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang