Aku menarik ujung dress yang terasa sangat ketat ini, terlalu pendek hingga mengekspos seluruh paha dan kakiku. Jujur saja aku merasa risih, karena aku belum pernah memakai pakaian seperti ini.
Aku melihat pantulan diriku di depan cermin, yap! Kau persis seperti Daisy, Verone. Gumamku pada diriku sendiri.
Aku terlihat seperti jalang, bukan seperti diriku sendiri.
Seketika bahuku terasa lunglai.
Tapi, demi pria itu akan ku lakukan apapun.
Aku berjalan keluar dari kamar, suara pria dari kamar Daisy terdengar sangat nyaring saat aku melewati kamarnya.
Well, who cares...
Aku menaikan bahu acuh lalu menuruni tangga, mengendap keluar dari rumah agar Rose tidak mengetahuinya. Wanita itu pasti akan heboh.
Angin malam terasa membuat tulangku terasa ngilu saat membuka pintu, aku tidak biasa keluar pada malam hari selain di balkon kamarku.
Aku mengelus bahu dan lenganku guna menghangatkan tubuh, terlihat api unggun dari kejauhan dan sepertinya orang-orang sedang makan malam bersama seperti biasanya.
Aku mengitari jalan lain, berusaha untuk tidak terlihat oleh mereka semua dan membuatku malu.
Mengendap pelan menuju rumah belakang yang selama ini dipakai oleh pekerja itu menginap.
Terdapat beberapa kamar, aku mencari kamar yang pernah dijelaskan oleh Anthonio dan gotcha...
Aku mengetuknya dengan pelan...
Takut orang lain mendengarnya dan pasti akan menimbulkan kehebohan di sini.
Aku terus mengetuknya, hingga jemariku pegal namun tidak ada sahutan dari dalam.
Aku menggigit jemari kukuku seraya menoleh ke kanan dan kiri, aku memutar kenop pintu dan ternyata tidak dikunci.
Aku memasukinya dengan jantung yang berdegub kencang, mungkin ia akan mengira diriku sangat lancang dengan memasuki kamar orang lain tanpa dipersilakan dahulu.
Tapi semakin lama aku berada di luar sini, semakin orang lain akan mengetahui keberadaanku.
Aku membuka pintu, gelap.
Aku meraba dinding, mencari saklar lampu dan akhirnya menemukannya.
Lampu menyala dengan terang, namun seketika aku tertunduk lesu tak menemukan seorang pun di dalam sini.
Wajahku berubah masam, mengapa pada saat yang tepat seperti ini dia malah tidak ada.
Kemanakah dia?
Bukankah kemarin ia mengundangku kemari?
Aku keluar dari kamarnya dengan perasaan sedih, berjalan lunglai meninggalkan tempat itu.
Hatiku hampir saja hancur, kali pertama kencan dan gagal membuatku tak lagi bersemangat. Ini adalah kencan pertamaku, dan tidak semulus yang aku bayangkan ternyata gagal dan lagi-lagi aku harus menahan malu pada diriku sendiri, aku memang tidak pandai dalam hal seperti ini.
Aku berjalan lunglai memasuki mansion, pria itu tidak ada. Sial, batin ku. Aku telah memoles wajah secantik mungkin dengan dress yang super ketat, seperti yang selalu Daisy lakukan.
Aku mengacak rambut menuju kamar, sesaat aku menundukan kepala, aku seperti merasa seseorang dengan tubuh tinggi dan dada telanjang yang hanya mengenakan jeans sobek di bagian lutut menghalangi jalanku.
Aku mendongak dan sedikit terkejut.
Pria ini, yang aku cari.
Anthonio menatap lamat-lamat tubuh ku, membuatku sedikit gugup jika diperhatikan seperti itu.
