Hai Yang ter-Selamat Tinggal-kan

13 4 0
                                    

***Sudut Pandang W-34***

Jam dinding masih menunjukkan pukul tiga pagi,belum ada yang bangun di sini.Aku sudah menguatkan niatku untuk meninggalkan semua ini,Profesor,Sean,dan dia yang kucintai.Biarkan angin dingin,indahnya senja,gerimis di kelamnya malam yang menyaksikan perasaanku pada dia.Aku tak ingin kehilangan dia,namun jika aku melanjutkan hidup ini,itupun percuma.Sabhna takkan pernah bisa bersama denganku hingga akhir,manusia dan robot tidak bisa saling jatuh hati.Kuputuskan kapsul tempatku mengisi daya kurusak,kuhancurkan seperti rasa ini yang hancur oleh semua apa.

"Epleketek besh glontang",suara pengisi dayaku yang kuhancurkan dengan sengaja.

Aku tak tahu,senang ataukah sedih harus mengakhiri sedih yang bersebrangan dengan bahagiaku bisa bertemu Sabhna.Kuharap aku bisa senang,meski aku tahu itu takkan terjadi.Aku bukan manusia yang bisa pergi ke akhirat,kembali pada penciptaNya.Penciptaku yang bertanggung jawab atas duka.Kuharap dia menyesal menciptakanku,aku berharap setelah semua ini aku tak diciptakan kembali.Tersiksa.Bahagia.

Tak lama,Sabhna bangun.Dia tersenyum padaku,dan duduk di ruang tammenatapnya..Dia terus memandangku hangat.Aku menangis bila mampu,mengingat ini adalah hari terakhirku dengannya.Tak tahan rasanya rasa sedih yang berkelanjutan ini.Aku akan menghabiskan hari ini bersamanya.Sabhna tiba-tiba mengatakan sesuatu padaku.

"Kau jangan pergi ya,jangan meninggalkanku seperti mantan kekasihku,itu jahat."

Aku masih tersenyum menatapnya.

"Maaf,semua yang datang bisa pergi,Sabhna.Bukannya begitu? Aku juga tidak ingin kau meninggalkanku,temani aku hingga akhir ya?"

Sabhna menangis,dia memelukku erat.Dia diambang kesedihan,apakah dia juga mencintaiku? Iyakah? Tentu saja tidak,aku sadar siapa aku.Aku adalah apa yang tak pernah teejawab,mereka boleh mengatakan bahwa aku sebuah mesin,tapi dengan emosi yang kumiliki,tetapkah aku sebuah robot? Bukankah layak aku disebut manusia? Tentu saja tidak.Apa aku ini? Apa tujuanku ada? Apa yang bisa kulakukan di sini? Aku tak bisa berbuat apapun selain mencintai,tanpa dicintai balik.Memang sakit,apakah aku diciptakan untuk sakit?

"Sabhna! Ayo ke taman,aku ingin habiskan waktu denganmu."

Sabhna hanya mengangguk dan menggandeng tanganku menuju taman,pagi itu sungguh indah.Bahagia.Sangat bahagia,aku merasakannya,dengannya,seorang yang kucinta sepenuhnya,aku tak pernah berharap dia mencintaiku,aku hanya ingin bahagia bersama.Kami bernyanyi,menari,berbagi kebahagiaan di taman.Hingga siang tiba.Dayaku tersisa 20%,aku tak tahu apa yang harus kukatakan di saat terakhirku dengan Sabhna.Akhirnya sesuatu terucap begitu saja dariku.

"Sabhna,kamu cantik.Kamu jangan menangis.Meski seseorang yang kau sayangi penuh tanpa separuh.Jangan menangis,nanti bintang di matamu meredup.Jangan sedih,nanti dunia gelap.Aku ada di sini."

Sabhna memelukku dan dia menangis

"W,aku tahu kau bukan manusia,apakah aku salah bila aku mencintaimu? Salahkah aku bila aku ingin bersamamu tiap denting jarum jam? Salahkah aku yang menangisi kepergianmu? Memang benar juga kita tak bisa bersama hingga akhir."

Aku seakan menyesal untuk mengakhiri hidupku,namun memang benar,aku tak bisa dengannya hingga akhir.Kuputuskan,daripada aku jatuh kian dalam ke lubang cinta yang dalam.Aku takut tenggelam dan tak bisa melepasnya.Aku juga takut menyaksikannya menikah seperti orang dewasa lainnya.Aku takut melihat dia menggandeng tangan pria lain yang benar-benar memenangkan hatinya.Aku tak punya hati,tapi perasaan di dalam hati aku miliki.Kian larut hingga siang jadi petang.

"Sabhna,ayo kita buat api unggun!"

"Ayo,tapi untuk apa?"

"Untuk jadi saksi cinta kita? Haha."

Kami mengumpulkan ranting pohon yang gugur seperti cinta yang tak sampai.Cukup banyak kami kumpulkan,tak sebanyak cinta dan canda yang kami bagikan.Cukup,cukup untuk menutup kisah kami,kisah kami yang sebentar lagi.Kami bakar tumpukan ranting dengan hangatnya cinta yang baru mulai,namun akan diselamat tinggalkan.

Api unggun menyala,hangat seperti kasih kita.Tak terasa dayaku 5%,benar-benar ujung tanduk dari kisah singkatku.

"Sabhna,aku mencintai kamu penuh."

"Aku juga,aku tak peduli kau apa atau apapunlah."

Sabhna memelukku erat,aku hanya memejamkan mata,berdoapun aku tak bisa,aku hanya benda yang tak punya Tuhan.Pintaku hanya Sabhna hidup bahagia sebagaimana manusia biasa hidup,sebagaimana remaja bahagia di masa mudanya.Semoga dia mendapatkan pria baik yang mampu membuatnya bahagia,lebih baik dari mesin hidup beremosi.

"Sabhna..."

"Ya?"

"Kamu baik-baik saja di sini ya?"

"Kok begitu? Kau pergi? Kau meninggalkanku?"

"Aku akan selalu ada di hatimu,meski akan dihimpit oleh cinta yang lain,dan kau akan melupakanku."

Sabhna menangis.

"Kau bohong,kau bilang kau akan ada di sini selamanya!?"

"Aku tak kuasa lagi,semakin dalam cinta ini,aku semakin berat melepaskanmu,kau suatu saat akan menikah dengan pria sungguhan.Berbahagialah kau,segalaku."

Sabhna hanya memelukku erat dengan air mata deras.Hingga aku pergi.Benar-benar pergi,kuharap dia mengenangku sebagaimana cinta penuh yang layak dikenang,tapi aku sadar aku bukan nyawa yang pantas dicinta,tapi salahkah aku bila ingin dicinta?

0%,aku benar-benar pergi.Sabhna berteriak,semuanya mendatangiku,Prof berusaha mengisi dayaku.Percuma,hanya percuma yang ada.

Selamat tinggal,Sabhna.Pertama dan terakhirku.Yang kulupakan meski aku memaksa untuk mengenang.

Wildan Hazballah
XI TME 3
34

U.U

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diambang MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang