Laren sampai sudah di kantin sekolah, setelah berkeliling dengan ketidak tahuan nya tentang sekolah ini. Disana Laren memesan makanan yang baru Laren temui lagi saat itu. Setelah satu tahun Laren berhenti makan itu, Mie bakso. Dulu, Laren senang sekali makan Mie bakso. Setiap hari, tidak pernah bosan. Tapi semenjak satu tahun itu Laren sudah lama tidak makan Mie bakso. Dan semenjak keadaan tak lagi sama, menurut Laren Mie bakso bukan lagi makanan favorit nya.
Laren mendekati penjual Mie bakso dan memesan satu mangkok untuk mengisi perut yang belum diisi karena melewatkan sarapan tadi pagi.
"Bang pesen satu bakso nya, dibening aja pake sambal dikit"
"Iya tunggu sebentar"
Laren berjalan mencari meja kosong, dan menemukan meja kosong dekat pintu masuk kantin. Laren menunggu makanan nya datang di meja kosong itu sendirian. Karena Laren masih menyesuaikan diri dengan sekolah dan keadaan baru nya.
"Hey anak baru" Sapa Akmal dari kejauhan membuat semua orang menoleh, tidak terkecuali Laren.
"Eh kak" Balas Laren kikuk karena semua tatapan di kantin itu berpusat pada dirinya.
Laren terkejut, karena dia bertemu lagi-lagi dengan cowok aneh ini.
"Gue duduk disini ya" Akmal berjalan gontay, seolah tidak ada masalah dengan tatapan seluruh penjuru kantin yang tertuju padanya dan Laren.
"Eh boleh kak" (Belom juga gue iyain udah duduk aja sendiri) ucap laren dalam hati
"Jangan canggung gitu, mana manggil gue kakak lagi. Kita tuh seumuran, sekelas lagi. Masa sih gue dipanggil kakak sama lo"
"Hem, nama nya siapa tadi?" Laren berfikir keras mengingat nama laki-laki di depannya kini karena baru saja tadi dia berkenalan dengan laki-laki ini di kelas.
"Kan tadi gue udah kenalan sama lo, gue Akmal. Yang tadi kenalan sama lo, lo beneran ga inget gue?"
"Oh iya iya aku ingat, Akmal" Jawab Laren cepat meski masih menerka-nerka.
Mie bakso yang ditunggu Laren akhirnya datang diantar ke meja. Laren sudah tidak sabar mencoba kembali makanan favorit dulu nya itu
"Neng ini bakso yang dipesen nya tadi"
"Oh iya mang makasih" Laren tersenyum ramah dengan menganggukan kepala.
Dan senyuman itu mengingatkan sesuatu untuk Akmal, Akmal tersenyum melihatnya. Tidak percaya, perempuan itu bisa tersenyum ramah seperti itu lagi.
"Kenapa senyum-senyum? Ada yang lucu?" Tanya Laren penasaran dengan mata mendelik sebal dan nada tak bersahabat.
"Engga ko, lucu aja gitu lo makan bakso kaya udah setahun aja ga makan haha" Jawab Akmal bohong dengan tawa sumbang yang dibuat-buat.
"Oh"
Akmal merasa canggung untuk pertama kalinya mengobrol dengan perempuan di depannya. Karena sudah satu tahun lebih dia tidak bertemu dengan dia, apalagi mengobrol seperti ini lagi. Akmal merasa tenaga nya terkuras hanya karena memikirkan bagaimana cara untuk mengakhiri kecanggungan ini.
"Gue juga mau pesen makan dulu ke sana, liat lo makan jadi ikut laper juga. Tunggu sini ya, gue ke sini lagi nanti"
Hanya anggukan balasan dari Laren sebagai pertanda bahwa dia mengerti. Karena Laren tau, saat makan seperti ini tidak baik banyak bicara.
Laren terus berfikir saat makan, berfikir tentang kenangan-kenangan kejam itu saat dia makan bakso seperti ini. Tarikan nafas dalam yang terus dilakukan Laren menarik perhatian Akmal dari kejauhan.
"Lo kenapa Laren? Ko terus narik nafas gitu kaya mau lahiran" Akmal bertanya dengan nada bercanda
Namun yang ditanya hanya memajamkan mata, dan menarik nafas sekali lagi. Nafsu makan Laren siang ini menguap entah kemana. Bukan hanya Akmal yang membuat nafsu makan Laren hilang, namun kenang itu masih saja menghantui dimana-mana dan kapan saja.
Akhirnya Laren pergi meninggalkan Akmal sendirian di meja itu, dengan Mie bakso yang belum habis dimakan. Laren benar-benar badmood hari ini. Seharusnya Laren semangat hari ini, mengingat hari ini adalah hari pertama nya sekolah dan membuka lembaran baru.
Akmal bingung dibuatnya, karena Laren tiba-tiba pergi dari hadapannya tanpa sepatah kata pun. Akmal merasa Laren marah karena candaan nya tadi. Dan lagi, sorot mata Laren saat pergi tadi seperti sorot mata Laren saat tahun itu.
"Woy Laren mau kemana? Tungguin eh ini bakso lo belum dimakan habis duh bakso gue juga baru aja dateng. Laren woy" Akmal berteriak sambil berlari menyeimbangkan langkah dengan Laren.
Namun yang dipanggil tak menoleh sedikit pun, atau sekedar berhenti sebentar. Laren tetap melangkah, dengan tatapan kosong. Tanpa berniat untuk berhenti meski sebentar. Laren mempercepat langkah, dan menuju toilet untuk memperbaiki hati nya yang tak karuan ini.
Akmal bisa saja mengejar dan menahan gadis itu untuk tetap di kantin, namun Akmal pikir itu percuma karena dia tau betul bagaimana Laren. Jadi dia membiarkan Laren pergi, dan hanya membututi dari belakang untuk memastikan bahwa Laren baik-baik saja
🌚
Istirahat berakhir, setelah cukup lama hanya mematung di dalam toilet, Laren akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kelas. Kelas dalam keadaan riuh, karena guru mata pelajaran hari ini belum masuk. Laren masuk kelas dengan ukiran senyum ramah kepada setiap siswa yang ada, bukan bermuka dua tapi Laren harus bisa beradaptasi dengan mereka secepat mungkin.
Laren mengubah raut wajah dengan seramah mungkin kepada setiap teman yang menyapanya. Namun, raut wajahnya berubah seketika ketika yang menyapa itu adalah Akmal.
"Larennn, woy tadi lo kemana? Gue nyariin padahal bakso lo belum habis, buang-buang makanan dih dasar temen setan" Cerocos Akmal terhadap Laren tanpa henti dengan menahan tangan Laren.
Laren malas menjawab pertanyaan Akmal, namun Akmal adalah teman baru di kelas ini. Jadi Laren harus bisa bersikap seramah mungkin dengan teman-teman sekelasnya.
"Hemm tadi aku sakit perut, ke toilet dulu soalnya bakso tadi pedes banget. Engga dihabisin deh" Laren tersenyum kikuk untuk menutupi kebohongan yang dibuatnya.
"Padahal lo bilang, gue tadi tuh nyariin sampe ke rumah semut tau" Akmal memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
"Sorry ya mal"
"Iya gapapa ko gue sana dulu ya" Pamit Akmal karena Bu Sri, guru biologi sudah masuk kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT
Teen FictionHanya cerita tentang 'misteri' alasan dibalik sifat seseorang yang susah sekali untuk berbicara. Bukan karena dia bisu, melainkan ada hal lain yang dia sembunyikan. Mungkin karena rindu atau masalalu. Yang membuat dia bisu seperti itu dari orang bar...