Chapter 5

558 14 2
                                    

Laren terbangun di malam hari dengan nafas tersenggal dan keringat sekujur tubuh. Mimpi itu lagi dan lagi. Laren melihat jam di sampingnya, menunjukan pukul 01.00. Laren memutuskan untuk pergi ke dapur, meminum segelas susu hangat dan makanan ringan untuk menenangkan pikiran nya yang kacau kali ini.

Mimpi itu memang sudah biasa bagi Laren, setiap hari dan setiap kali Laren tertidur di malam hari. Tidak aneh memang bagi Laren, namun tetap saja mimpi itu membuat Laren selalu ketakutan setiap terbangun.

Laren berjalan menuruni beberapa anak tangga dengan hati-hati, karena takut membangunkan yang lain. Berjalan menuju dapur dan menyalakan lampu. Membuka kulkas dan menemukan beberapa makanan ringan. Laren mengambilnya dan berjalan mencari susu untuk dia minum. Namun yang ada hanya susu dingin di dalam kulkas.

"Ya udahlah bawa aja siapa tau bisa tidur malem ini" Ucap Laren pada dirinya sendiri.

Setelah membawa makanan ringan dan susu tadi, Laren kembali ke kamarnya. Laren memakan makanannya dan mencoba mengeluarkan laptop untuk mencoba menulis beberapa bait kata.

Malam ini, mimpi buruk itu kembali. Kau tau tidak? Bahkan untuk bernafas saja aku harus berusaha sekuat mungkin. Sedangkan kau? Ah kau bahagia sekali saat ini bukan? Membuat aku terpuruk sendirian seperti ini, dan kau hanya tertawa sendirian oh bukan, kau tidak sendirian. Banyak orang yang membersamai mu, yang mendukungmu. Sementara aku? Hanya pecundang masa lalu yang tidak akan pernah dibersamai oleh siapapun.

Bandung, 29 Januari 2017.

Laren menutup laptopnya, dan menarik nafas dalam kembali. Laren mencari obat penenangnya di dalam tas, dan meminumnya. Laren baru bisa tenang dan tertidur setelah meminum obat itu. Selamanya akan seperti itu, sebelum ada yang mau menariknya dari ruang gelap dan hampa itu.

🌚

Laren terbangun dari tidurnya dengan posisi yang masih sama, di atas meja belajar dan laptop yang menyala di sampingnya. Laren terbangun karena mendengar beberapa kali ketukan yang berasal dari pintu oleh asisten rumah tangganya itu.

"Bangun atuh neng, ini teh udah jam setengah tujuh neng Laren mau sekolah kan hari ini teh? Ko engga bangun-bangun atuh. Bangun neng"

"Iya Laren udah bangun bi udah" Teriak Laren

"Bibi udah siapin makanan neng Laren dibawah ya, bibi turun dulu"

Laren segera masuk ke dalam kamar mandi dan bergegas mandi lalu mamakai seragam dan hanya sempat memakai bedak tabur saja dan menyisir rambutnya seraya berjalan menuruni anak tangga.

"Laren ko kamu kesiangan? Emang kamu hari ini tidak ada jadwal sekolah?" Tegur Setiawan

Laren hanya melengos, dan berdecak melihat jam sudah menunjukan pukul 7.00

"Bi mana bekal Laren?" Teriak Laren

"Ini neng Laren, siangkan bangunnya jadi telat berangkat ke sekolahnya"

"Iya bi makasih udah bangunin, Laren berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Pamit Laren pada Bi Asih, Asisten rumah tangganya.

Setiawan yang melihat kejadian itu, tercengang. Karena, Laren tidak pernah melakukan itu pada dirinya selama ini. Dan jika diajak berbicarapun hanya sesekali anaknya itu menjawabnya dan kata yang dikeluarkan tidak lebih dari lima kata saja.

"Apakah aku ini terlalu kejam padanya?" Gumam Setiawan

🌚

Laren menunggu angkutan umum yang lewat dari tadi, namun tak ada tanda-tanda kemunculan angkutan umum itu akan datang. Sementara, waktu sudah menunjukan pukul 07.10. Sudah terlambat sekali dia bersekolah hari ini. Laren mendumel dari tadi, berbicara pada diri sendiri kenapa dia bisa bodoh sekali kesiangan tadi bangun tidur.

Laren melirik ke kanan dan kiri mencari taxi, atau angkot yang lewat. Namun Laren hanya menemui laki-laki yang mengganggu nya seharian kemarin di sekolah menaiki sepeda motor. Laren ingin sekali menyapa dan ikut nebeng ke sekolah.

Tiba-tiba Akmal berhenti di depan Laren, dan melihatnya dari atas sampai bawah.

"Laren ko lo belum berangkat ke sekolah? Malah bengong disini. Ini udah jam 07.15 loh lo ga takut kesiangan?" Tanya Akmal yang kini sudah ada di hadapan Laren

"Eumm.. Iya aku kesiangan, boleh ikut? Dari tadi aku nungguin angkot atau taxi ga ada yang lewat. Boleh ya mal?" Pinta Laren dengan sedikit sungkan

"Yaudah naik aja, bareng kan kita sekelas"

Akmal menjalankan motor dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Laren.

"Akmal ko bisa ada di sini? Emang kamu rumahnya daerah sini juga?" Tanya Laren, yang sejak tadi berfikir kenapa ada Akmal secara kebetulan seperti itu lewat di depan rumahnya.

"Gue kan emang tinggal di komplek itu, rumah gue diujung jalan rumah lo. Bentar, lo engga tau gue satu komplek sama lo?" Akmal hanya tersenyum dibalik kaca helm, meski sudah tau jawaban apa yang akan diberikan Laren. Akmal tetap saja bertanya.

"Oh aku baru tau, berarti nanti aku bisa ikut bareng aja ya ke sekolah sama kamu? Lumayan irit uang kan hehe"

"Hemm iya iya, yaudah lo emang ga bakal turun? Ini udah depan sekolah loh"

"Eh?"

Laren turun dari motor Akmal dengan berlari, dia melihat jam di tangannya, menunjukan pukul 07.20.

"Argghhhh"

Laren membuka pintu gerbang yang kebetulan sekali tidak dikunci. Laren berlari sepanjang koridor menuju kelasnya.

"Assalamualaikum" Salam Laren ketika masuk kelas, semua mata menatapnya. Kelas yang tadinya ramai mendadak sunyi karena dikira yang masuk adalah guru.

"Ah Laren kirain gue tadi bu Sri"

"Untung si Laren"

"Ngagetin anjir"

Laren bisa duduk dan menyimpan tasnya di atas meja. Laren berucap syukur berkali-kali atas kebaikan waktu dan semesta kali ini.

*****

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang