CHAPTER 2

30 3 0
                                    

PRANG..

"KAK RHEA!!"

Rachel terus menerus menggedor pintu kamar Rhea setelah mendengar suara pecahan.

"Ada apa?"

Ketiga cowok itu berlari cepat menuju depan kamar.Alan segera mendobrak pintu tersebut.

1 kali...

2 kali...

3 kali...

BRAK..

Pintu terbuka dan nampak seseorang dengan rambut yang berantakan,mata sembab,dan bau alkohol menyeruak.Mereka mendekat,tapi Alan memberi isyarat untuk berhenti,sedangkan ia terus mendekat.

Ia segera merebut satu botol yang berada ditangan kakaknya itu.Rhea tersentak dan reflek melemparkan vas yang berada didekatnya tepat dikepala Alan.

"Awh"

PRANG..

Alan mengerang bersamaan dengan jatuhnya botol dari tangannya.Ia limbung,
darah mengucur deras dari dahi kanannya.Libra dan Adit menghampiri.

"Ponsel...tolong"

Dengan gemetar,Alan mencari kontak seseorang.

"Ha-halo tante,Rhea kambuh.Tolong cepet kesini ya"

"..."

Sambungan terputus.Libra membantu temannya itu berdiri.Tertatih keluar dari kamar.Pusing berat mendera.Pandangan kabur,berkunang-kunang.Sebenarnya sudah beberapa tahun ia sering seperti ini.Tapi entah kenapa ia belum kebal terhadap luka seperti ini.

Tak lama dua orang datang dengan tergesa-gesa.

"Rhea dimana?" tanya salah satu orang tersebut.

"Dikamar,Tante" balas Alan pelan.

Satu orang lagi menangani luka Alan.

"Lagi?" tanya orang itu sambil membersihkan darah yang membekas hampir setengah wajah Alan.

Alan hanya mengangguk.

"Rhea bisa sembuh kan Om?"

"Mudah-mudahan.Doakan saja.Selama Om dan Tante ada,kami akan berusaha"

"Lukanya lebar ini.Kita kerumah sakit ya.Om ngga bawa peralatannya"

"Ngga usah Om.Perban aja"

"Tapi--"

"Aku mau nemenin kakak,please." ucap Alan sendu.

Melihat sahabatnya itu,Libra dan Adit sangat prihatin.Benar-benar sedih.
Membayangkan saja sudah sulit.

Dengan langkah sempoyongan Alan berjalan menuju kamar kakaknya.Rhea sedang bersama Tantenya--Clara.Ia terduduk dipojok ruangan sambil menangis.

"Permisi"

Clara segera mundur setelah Alan datang.Ia mengusap lembut rambut kakaknya.
Mencium keningnya dan menggendongnya ke ranjang.

Semua orang meninggalkan ruangan itu.

"Al,mending lo kerumah sakit aja ya.Nanti tambah parah" bujuk Rachel.

Tapi Alan hanya menggeleng dan meminta diantarkan ke kamarnya.Tak butuh waktu lama,ia tertidur.

Adit menghela nafas kasar.Sedangkan Libra duduk lemas di meja belajar.
Bagaimana pun,mereka menganggap Alan adik.Karena umurnya yang masih muda.

🍃🍃🍃

Suara alarm memaksa seseorang untuk membuka mata.Ia memijat pelipis nya yang tiba-tiba terasa pening.Ia segera bangun dan menyalakan lampu di kamarnya.Saat ia berjalan ke meja rias,telapak kakinya tertusuk pecahan botol.

"Pecahan?"

Ia mencoba mengingat-ingat.Tak lama ia tersentak.Segera ia mencabut pecahannya,mengelap darahnya dan memperbannya.Tak peduli kakinya akan sakit jika berjalan.

Ia berlari keluar kamar.Mengetuk daun pintu yang berada di hadapannya.
Beberapa lama tidak ada sahutan,ia memutuskan memutar knop pintu.Kamar berwarna coklat kayu terlihat.Disana 3 orang masih tertidur lelap.Tapi atensinya hanya fokus ke 1 orang yang bergelung dibawah selimut.

Ia melihat perban yang menutupi setengah luka di kening adiknya itu.Raut mukanya menunjukkan lelah,sedih,takut.

"Maafin kakak ya.Gara-gara kakak kamu jadi seperti ini"

Ia mengecup pelan kening cowok di hadapannya.Ia beranjak keluar dari kamar.
Menuruni anak tangga menuju dapur.

"Non Rhea bangun.Ada apa Non? Ada yang bisa bibi bantu?"

Bi Lastri.Pembantu yang bekerja di rumah keluarga Anggara hampir dari ia kecil.

"Ngga Bi.Suntuk aja dikamar.Bibi kok udah bangun,baru jam 2 lho."

"Bibi tadi juga pengin bangun aja.Terus ke inget belum beresin dapur."

Rhea mendengus."Bi,Rhea capek hidup kek gini."

"Udah Non,ngga usah dipikirin.Itu udah masa lalu Non.Kita maju terus aja dan menjadikan masa lalu kita menjadi pelajaran"

Rhea mengangguk.Lalu ia pergi menuju kamarnya.Ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.Dan berharap esok ia menjadi lebih baik.

🍃🍃🍃

Bel SMA Dewantara berdering.Dan setelah ini momen yang paling dibenci seluruh pelajar yaitu,Upacara.Pagi yang panas melengkapi.

"Itu Badak lama banget kasih amanat.Kek mau mati aja dia"

"Mungkin dia mau beranak lagi"

Adit melongo mendengar jawaban Libra barusan."Lah ape hubungannye tong?"

"Nah kalo dia mau beranak.Otomatis dia cuti,mangkanya dia kasih amanat sepanjang Terusan Suez"

"Hilih teori lo ngga berlaku menurut Albert Einstein" sahut Adit sambil berkacak pinggang.

"Situ tau dari mana?"

"Dia kakek gua hahaha"

Tawa Adit menggelegar hingga seluruh orang menoleh kearahnya.

"ADIT!! LIBRA!! HORMAT BENDERA SAMPAI UPACARA SELESAI!!"

Mereka berdua digiring ke tengah lapangan.Alan yang sedang menjadi petugas upacara hanya menggelengkan kepalanya pelan.

🍃🍃🍃

660 words

Chapter 2 dah up.
Cewek kok minum alkohol ya.
Btw kasian Alan ya sampe luka gitu.
Next chapter bakal lebih seru.

By : Vella_Chan
At : Selasa,20 November 2018

MY HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang