Esther menyunggingkan sebuah senyuman pada seorang anak kecil yang terus memperhatikannya karena pakaiannya yang terlalu mencolok. Rabbit Bandana berwarna putih merah muda dan baju atasan berwarna kuning cerah, dengan bawahan rok selutut.
Esther memandang balik anak laki-laki yang mengenakan jumpsuit kotak kotak dengan dalaman kaos berwarna biru muda cerah tersebut.
"Siapa namamu, anak manis?" Esther berjalan ke arah anak tersebut sebelum pada akhirnya bertanya.
"Nanon. Nanon Kolapat." Sahut anak lelaki kecil yang masih berusia di bawah lima tahun itu.
"Mau bermain bersamaku?" Tawar Esther sembari memberikan sebuah lollipop berbentuk bola pada Nanon.
Nanon mengambil lollipop tersebut sembari tersenyum dan mengangguk.
Push menarik rambut di kepalanya dengan kuat. Ini sudah kasus penculikan dan pembunuhan anak yang kelima kalinya dalam satu bulan terakhir. Dan sampai sekarang dia masih belum bisa mendapatkan pencerahan dan petunjuk mengenai siapa pelakunya.
"Minumlah dulu, P." Ucap Tawan sembari memberikan kopi kalengan yang baru saja ia beli.
Push membanting surat kabar yang ada di tangannya ke meja di hadapannya.
"Kau tahu, aku masih berpikir kalau ini perbuatannya." Ucap Push sembari mengambil kopi yang diberikan oleh Tawan.
"Kau akan terus merasa bersalah kalau kau terus berfikiran seperti itu, P." Ujar Tawan sembari mendekatkan kursi yang didudukinya ke arah Push.
"Bekas kematian yang ada pada tubuh anak-anak itu sama seperti bekas kematian yang ada pada anak kami, Tay!" Seru Push sembari kembali menarik rambut di kedua sisi kepalanya yang kemudian ia benturkan ke atas meja.
"Itu tidak bisa dijadikan dasar untuk kau menuduhnya sebagai pelaku, P." Sahut Tawan lagi.
Bagaimanapun Tawan sangat mengenal baik seseorang yang dimaksudkan oleh Push.
Push mengangkat kepalanya dari atas meja dan memandang lekat Tawan dengan tatapan sendu.
"A-aku melihat sosoknya di tempat kejadian perkara kasus ketiga, Tay." Ucap Push dengan ragu.
Sebelumnya Push sudah memutuskan untuk tidak mengatakan ini kepada siapapun sebelum ia memastikan bahwa memang orang yang ia maksud adalah pelakunya atau bukan.
"Sosoknya langsung menghilang sebelum aku sempat menghampirinya."
Tawan bangkit dari duduknya dan menarik kerah seragam Push, "Punpun sudah dipenjara, P!" Seru Tawan kemudian. "Tidak ada alasan bagi Esther untuk balas dendam, terlebih untuk... menyakiti dan bahkan membunuh anak-anak kecil tak berdosa itu." Nada bicara Tawan menjadi sedikit menurun ketika mengucapkan sepuluh kata terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
criminal; thai idols ✅
Fanfictiona bunch of oneshoot collection of Crime Stories starring by Thai Idols