Bab 185-Merebut Geliga Naga

1.7K 28 0
                                    

  BARANGKALI cara terbaik yang wajar saya lakukan ialah, keluar dari ruang rumah yang melemaskan itu. Tinggallah Andi Kamarool yang tidur mati. Tetapi cara itu bukanlah perbuatan yang terpuji. Hanya orang yang mementingkan diri sendiri saja yang sanggup melakukan perkara tersebut. Adat berkawan sudah senang sama- sama dilalui dan dirasai.

Persoalan itu, mungkin cara mendadak dalam kepala. Agak sukar untuk membuat keputusan. Setelah difikirkan dengan semasak- masaknya, saya memutuskan tidak akan meninggalkan Andi Kamarool sendirian. Biarpun apapun yang akan berlaku, saya tetap bertahan di ruang tamu. Tidak akan lari ke mana-mana, tetap bersama-sama Andi Kamarool.

Saya renung lelangit ruang tamu semuanya nampak macam biasa. Saya toleh ke arah dupa, asap kemenyan tetap mengepul. Dengan hati- hati tubuh Andi Kamarool saya goncang. Dia tidak juga membuka mata, malah makin lena tidurnya. Saya dekatkan bibir ke telinganya.

"Andi bangun ," bisik saja.

"Hummm...," terdengar suara dengan mata terpejam. Gegendang telinga saya menangkap, suara orang sedang bercakap dalam bahasa yang sukar dimengertikan. Tidak dapat dipastikan dari arah mana suara itu datang. Dan suara itu hilang begitu saja.

HATI

SUPAYA hati jadi tenang dan aman, saya pun membaca surah- surah Quran mana yang teringat oleh saya ketika itu. Pada peringkat awalnya, saya tidak dapat membaca dengan baik. Ada saja benda- benda pelik yang berlari di lantai. Semuanya saya tentang dan semakin hebat saya membaca, makin hebat pula kejadian- kejadian luar biasa yang saya alami.

"Ya Allah, beri aku kekuatan," pohon saya dalam hati.

Andi Kamarool yang terbujur terus bangun, berjalan ke setiap sudut ruang dengan mata tertutup. Bersilat dan menari. Semua yang terjadi membuat saya lemas dan cemas. Lebih dari sepuluh minit Andi Kamarool melakukan perkara tersebut. Ayat- ayat Al- Quran yang saya baca mula jadi lintang pukang. Tidak tentu arah.

"Bummmmmm.......Ahhhh..."

Saya lihat Andi jatuh di lantai. Bergolek macam gasing dan berhenti sebaik saja tubuhnya terkandas di tepi dinding. Aneh sungguh, dia tidak juga terjaga atau membuka mata. Tidurnya bertambah lena dengan dengkur yang memang. Saya mengigit bibir sambil merenung ke arah dupa yang baranya sedang marak.

Secara mengejut, bara dalam dupa terus menyala. Apinya menjulang mencecah langit rumah. Beberapa ekor cicak yang terkena bahang panas, jatuh terkapar di lantai.

Belumpun sempat saya memadamkannya, api yang menjulang segera mengecil dan akhirnya hilang. Tetapi, ketul-ketul bara dalam dupa terus merah menyala serta mengeluarkan bunga api kecil, berterbangan berlegar-legar dalam ruang. Macam ada kuasa tertentu yang meniup atau menghembusnya.

ASAP

SEMUA kejadian aneh yang tidak masuk akal itu, berlangsung kira- kira setengah jam lebih. Mungkin kerana dimasuki asap kemenyan atau memang sudah kepenatan menyebahkan mata saya berair.

Dua tiga kali saya menguap, badan terasa amat letih. Akhirnya, saya rasa mengantuk sekali. Saya sedar, kalau saya terlena atau tertidur dengan sendirinya saya tidak dapat membaca ayat- ayat Quran.

Akibatnya, mungkin saya berdepan atau mengalami perkara- perkara yang lebih dahsyat lagi. Kerana itu. saya harus berjuang agar tidak terlelap walaupun sesaat. Sepasang biji mata saya jengkilkan. tangan terus mencampakkan butir- butir kemenyan ke perut dupa menambahkan lagi keadaan pengap di dalam ruang oleh asap kemenyan. Saya renung ke arah Andi Kamarool. dia tetap seperti tadi, tidur mati dengan dengkur yang keras.

"Andi.....," pekik saya dengan harapan Andi akan terjaga. Harapan saya tidak berhasil. Andi Kamarool terus berdengkur.

"Huuuhhhhh......."

Siri Bercakap Dengan Jin, Tamar Jalis ( Jilid 14 )(COMPLETE)Where stories live. Discover now