PAST

289 38 3
                                    

Masih belajar, mohon dimaklumi 😘

Selamat menikmati...









^^Dia yang tak tau apa-apa^^


Jimin hanyalah anak kecil yang selalu berfikir jika dia memiliki kelebihan, teman - temannya pasti mau bermain dengannya.


.


.
.
.
.
.
.

Setiap hari Jimin kecil hanya bermain dengan boneka beruang pemberian ayahnya. 3 boneka beruang berwarna coklat pudar dengan bulu yang sangat halus.

Boneka paling besar disandarkan pada dinding sedang sebuah boneka lagi berada ditangan kanannya, tak sepatah katapun keluar dari bibir mungil berisi Jimin.

Ia hanya menggerakan kedua boneka itu.

Karena

Semua percakapan ada dalam pikirannya

.
.
.
.
.
.
.

Hari ini hal tak terduga terjadi, jahitan tengah boneka besar terbuka. Tak terlalu lebar memang tapi gumpalan dakron yang menyembul diantara jahitan yang terbuka membuat Jimin kecil merasa sakit, bersalah dan takut.

Mata bulat coklat gelap menatap boneka ibu beruang itu tanpa berkedip, sesekali ia menunduk memainkan tangan boneka anak beruang di pangkuannya.

Cukup lama Jimin bergelut dengan pikirannya, hingga akhirnya ia memutuskan berdiri dan mengangkat boneka ibu beruang yang hampir sama besar dengan tubuhnya.

Ia membawa boneka itu ke sisi lain ranjang, meletakkannya di samping boneka anak beruang yang sejak awal tidak pernah Jimin sentuh.


Boneka anak beruang itu berlubang dan itu membuat Jimin takut.


Sebenarnya boneka anak beruang itu tidak berlubang seperti yang Jimin kecil bayangkan, tubuh boneka itu memang sengaja tidak diisi sebagai tempat memasukkan tangan, hanya saja Jimin tidak mengerti dan menganggap boneka itu menyeramkan.

Jimin mengamati kedua boneka itu, lalu mengubah posisinya menjadi tengkurap.

Setelahnya ia kembali ke sisi lain ranjang dan kembali bermain dengan boneka anak beruang yang bertubuh gembul.

.

.

.

.

.
.
.

Beberapa hari berlalu dan kejadian serupa terulang lagi, bagian bawah boneka anak beruang bertubuh gembul robek.

Jimin kecil terdiam cukup lama sambil memeluk boneka itu.

Kaki - kaki kecilnya bergerak ke sisi lain ranjang, dengan telaten jemari mungil Jimin menata 3 boneka beruang itu hingga saling memeluk satu sama lain.

.

.

.


.
.
.
.

2 hari berlalu...

Dua hari ini pula Jimin menghabiskan waktunya dengan memanjat pohon atau sekedar duduk didahan pohon yang tingginya tak lebih dari 3x tinggi badannya.

Ia mencoret atau membuat goresan pada batang pohon, tak ada senyum diwajahnya.


Beberapa kali ibunya mendapati Jimin menatap sedih boneka beruangnya.


Park In Ra, ibu Jimin merasa sangat bersalah tak pernah bisa menemani putranya itu bermain, hanya karena ia terlalu sibuk bekerja.

Sebenarnya mereka tidak hanya berdua si rumah itu, ada nenek dan kakek Jimin.

Tapi In Ra tidak begitu berharap mertuanya mau bermain atau sekedar menemani Jiminnya, sejak awal pernikahannya memang tidak direstui.

Namun In Ra begitu mencintai Park Hyung Gi, hingga ia rela meninggalkan keluarganya dan menyusul ke kampung halaman suaminya itu.

Saat ini Hyung gi sedang merantau keluar kota dan hanya pulang beberapa tahun sekali.

In Ra sangat bersyukur putranya tidak rewel dan sangat penurut.

Ia sempat khawatir kalau - kalau mertuanya melakukan hal buruk pada Jimin saat ia bekerja.

Tapi syukurlah hal itu tidak pernah terjadi, walau mereka tak juga menganggap Jimin ada.

"Jimin-ah"

Jimin menoleh lalu turun menghampiri In Ra.

In Ra tersenyum lembut, ia meraih tangan mungil putranya menuntun Jimin memasuki kamar mereka. In Ra dan Jimin menghampiri boneka beruang, didekatnya boneka sudah tersedia jarum dan benang.

Jimin kecil duduk disisi kiri In Ra, memperhatikan ibunya yang sedang mengobati boneka beruangnya.

"Jimin-ah, jika nanti Jimin punya adik. Jimin mau berjanji pada bunda?"

Jimin menatap In Ra tak mengerti

"Jika nanti Jimin sudah punya adik, Jimin tidak boleh minta susu lagi pada bunda. Jimin-ah mau janji?"

Jimin kecil mengangguk.

In Ra tersenyum, tangannya mengusap pelan perutnya yang sudah mulai membesar.

Ia sangat beruntung memiliki Jimin sebagai putranya.

In Ra memberikan boneka - boneka beruang yang sudah dijahit pada Jimin.

Senyum menghiasi wajah Jimin kecil, beruangnya sudah sembuh! Ia memeluk ibu beruang dan anak beruang bertubuh gembul.

In Ra menatap boneka anak beruang lain yang diabaikan oleh Jimin. Ia mengambil boneka itu dan menggerakan tangan boneka itu dengan tangan kanan yang dimasukan ke dalam boneka.

"Hai! Namaku little bear. Siapa namamu?"

In Ra mulai membuat suara lucu.

Jimin kecil menatap boneka itu lalu beralih menatap ibunya, ia ragu. In Ra  menggerakan tangan boneka itu meraih tangan mungil Jimin untuk bersalaman.

"Ji-Jimin"

Suara Jimin terdengar seperti bisikan.

"Hai Jimin, mulai hari ini aku akan jadi temanmu"

Senyum Jimin mengembang hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit. Jimin bergerak maju memeluk little bear erat.

To be Continue

Maaf pendek, sebenernya ini baru pengenalan dan bakal ku lanjutin kalau ada yang suka 😆

Kalau gak 😢 ku hapus aja mungkin hehe

PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang