Gavrila Nadia Evelyn

10.1K 131 6
                                    

             Kriiing...

Jam weker berbunyi. Menandakan bahwa sekarang sudah pukul 4.30 pagi, Nadia mengayunkan tangannya ke sebelah kanan, untuk bisa mematikan jam weker tersebut. Setelah mati, ia bangun, lalu menyibakkan selimutnya. Ia meraba raba, meja nakas. Lalu, setelah beberapa detik, ia mendapatkan tongkatnya. Ia pun memanjangkan tongkatnya agar bisa ia pakai. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk mandi agar bisa pergi ke sekolah.

Setelah beberapa menit mandi, ia memakai seragamnya dengan pelan pelan, karena takut berantakan. Akhirnya ia selesai memakai seragamnya. Ia mengambil tongkat nya lagi. Nadia mulai berjalan keluar, dan ia bisa mendengar bahwa ibunya sedang memasak. Nadia bisa mencium aroma masakan ibunya.

"Cepat sekali kamu selesai Nad. Padahal ibu saja baru bangun." ucap ibunya.

Ibu Dela namanya. Tidak. Ibu Dela bukanlah ibu kandungnya. Melainkan.. ibu dari anak anak yang ada di panti asuhan ini.

"Udah kebiasaan bu." Nadia hanya tersenyum simpul. "Oh ya !  Brian dan Briana udah pada bangun bu ?" tanya Nadia.

"Belum. Kalau sama ibu, mereka kan paling susah dibangunin. Kamu aja yang bangunin. Kalau sama kamu pasti takut. " Ucap Bu Dela seraya memotong bawang.

Setiap pagi, memang ibu Dela selalu masak. Untuk sarapan Nadia, Brian, dan  Briana.

Gavrila Nadia Evelyn.
Gabriel Brian Jonathan.
Gavrila Briana Evelyn.

Mereka bertiga, bersaudara. Nadia sendiri adalah anak sulung. Sedangkan Brian dan Briana merupakan adik kembar Nadia. Di panti asuhan, hanya mereka bertiga yang sekolah. Karena panti asuhan tidak bisa membiayai anak yang lain untuk bersekolah. Nadia dan adik adiknya sendiri bisa sekolah, karena keluarga dari orang tuanya masih membiayai mereka.

"Kalau gitu Nadia bangunin mereka dulu ya bu." Nadia berjalan dengan pelan.

"Kiri.." ucap nya. Ia sudah sangat hapal tata letak barang barang yang ada di panti asuhan.

Tongkat nya terus menerus memukul lantai. Setelah itu tangannya meraba raba ke depan. Ketemu ! Ia sudah sampai di depan kamar Brian dan Briana. Ia bisa menemukannya karena ada gantungan papan dengan huruf B&B, artinya Brian dan Briana. Kemudian, Nadia membuka pintu nya. Dan mulai berjalan kembali dengan tongkatnya. Ia terus berjalan, dan tiba tiba tongkatnya ia angkat tinggi. Lalu memendekkan tongkatnya. Ia meraba raba kembali menggunakan tongkatnya. Setelah itu ia merasa sudah menyentuh kasur. Ia memindahkan tangannya, dan menemukan seorang anak kecil. Lalu, ia meraba kepala seorang anak kecil itu. Rambutnya pendek, berarti itu Brian.

"Brian.. bangun yuk." ucap Nadia sambil menggoyangkan tubuh Brian.

"Brian.. mandi. Ayo bangun, sekolah. " ucap Nadia kembali.

"Nghh.." Brian hanya mengeluarkan dengkurannya. "lima menit lagi kak." ucap nya.

"Yaudah, kalau kayak gitu, kakak nggak bakal beliin kamu sepeda pas hari ulang tahun kamu." ancam Nadia.

"Ehh ya ! Brian bangun." Brian dengan cepat terbangun. Ia akan sangat menurut jika kakaknya sudah mengancamnya dengan sebuah sepeda. Karena tahun ini, Brian sangat ingin mempunyai sepeda.

"Cepet mandi. Tapi bangunin Briana dulu ya. Kakak akan menunggu kalian di meja makan. Kalau selama dua puluh menit kalian nggak selesai, sepeda kalian nggak kakak beli." ancam Nadia.

"Siap komandan !" ucap Brian.

Nadia berdiri lalu memanjangkan kembali tongkatnya. Lalu keluar menuju meja makan.

Itu lah keseharian Nadia. Sebagai anak panti dan sebagai.. manusia buta.

*****

Hai guys !!

Jangan lupa like, comment, dan follow ya !!

Kira kira mau update hari apa aja ?

ImperfectoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang