Nadia berjalan dengan perlahan menuju kelas Fisika IV. Beberapa orang menabrak bahunya. Tak ada satupun kata maaf yang keluar dari mulut mereka ketika dengan sengaja menabrak bahunya. Nadia memakluminya. Itu sudah ia rasakan sejak kekurangan yang ia miliki saat ini. Selama sekolah disini yang ia tahu kelas Fisika IV ada di lantai dua. Tapi ia tidak tahu dimana titik letak kelas itu.
Nadia menaiki tangga secara perlahan. Baru saja di anak tangga ke empat, seseorang menabrak bahunya kembali. Yang membuat keseimbangan badannya goyah. Saat ingin terjatuh ke belakang ada seseorang yang menahan badannya.
"Udah aku bilang kan, panggil aku kalau mau pergi." Ucapnya.
"Ma.. maaf ya Jo. Aku gak mau ngerepotin kamu." Ucap Nadia. Nadia memang selalu merasa bahwa ia merepotkan Jonathan. Padahal, Jonathan sangat ingin Nadia meminta bantuan kepada dirinya. Karena dengan begitu, Nadia akan sepenuhnya percaya kepada Jonathan.
"Udah aku bilang ratusan kali. Kita itu sahabat, udah seharusnya saling membantu. Kalau kamu bilang, bahwa kamu ngerepotin aku, tandanya secara gak langsung kita ini bukan sahabat." Jelas Jo.
"Enggak gitu Jo. Maafin Nadia. Nadia gak bermaksud begitu." Ucap Nadia. Sungguh, Nadia tidak bermaksud begitu.
"Yaudah, sekarang kamu mau ngapain ke atas ?" Jo sama sekali tidak tega melihat wajah Nadia yang merasa bersalah. "Aku mau ke kelas Fisika empat."
"Ngapain kamu kesana ?"
"Ini aku mau mengembalikan ini. Kamu inget kan sama cowok yang ada dikantin kemaren. Aku gak sengaja numpahin minuman ke baju dia. Jadi aku bertanggung jawab untuk membersihkan baju ini." Jelas Nadia sembari memberikan paper bag yang berisi baju Leo.
"Yaudah kita ke atas bareng. Kamu juga pasti gak tau kelas dia dimana." Ucap Jo. Nadia hanya tersenyum dengan lebar. Hanya Jo yang ia punya di sekolah ini. Ia sangat berterima kasih kepada Jo. Entah harus bagaimana berterima kasih kepada Jo.
Jonathan mengantarkan Nadia ke kelas Fisika IV. Para siswi memandang Jonathan kagum. Lalu meleparkan tatapan sinis kepada Nadia. Ada juga yang tidak menganggap Nadia saat di koridor lantai 2.
"Kamu inget namanya nggak ?" Tanya Jonathan ke Nadia. "Leonard. Namanya Leonard, Jo." Jawab Nadia yang diangguki Jonathan.
"Permisi, disini kelasnya Leonard kan ?" Tanya Jonathan kepada salah satu siswi.
"Iya, tuh dia di dalem. Paling lagi tidur." Jawabnya.
"Makasih." Lalu Jonathan dan Nadia menuju kelas. Mencari orang yang sedang tertidur. Dan satu satunya siswa yang tertidur berada di pojok belakang kelas. Para siswa dan siswi yang berada di kelas itu seketika terdiam ketika Jonathan dan Nadia memasuki kelas mereka.
"Dia Leonard bukan ?" Tanya Jonathan kepada siswa yang sedang duduk dimeja.
"Iya. Kalau bisa jangan diganggu. Dia kalau diganggu langsung marah." Ucapnya.
Jonathan tidak takut dengan ucapan siswa itu. Selagi niatnya baik, tidak apa apa bukan ? Jonathan memegang tangan Nadia untuk ke meja siswa yang bernama Leonard itu. Lalu, Jonathan mengetuk meja untuk membangunkannya.
"Permisi." Yang dibangunkan hanya diam. Mungkin karena ia memakai earphone di telingannya. Sudah Jonathan ketuk meja berkali kali, tapi yang dibangunkan tak kunjung bangun. Jonathan yang kesal segera mencabut earphone di telinga Leonard.
"Udah gue bilang jangan ganggu gue." Ucap Leonard tanpa melihat siapa yang mencabut earphone nya.
"Permisi, kamu Leonard kan ? Aku mau balikin baju kamu yang basah kemaren." Nadia berkata sembari memberikan paper bag nya di meja Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfecto
Teen Fiction"For the first time, gue ngalahin lo. Sesuai yang kita sepakati. Yang kalah harus melakukan apapun yang disuruh oleh pemenang. Gue mau lo, pacarin si buta." ucap Martin. *** Kalian akan mengenal sosok troublemaker SMA Duta Bangsa. Si raja perusuh da...