Imperfecto | Sekolah

7.5K 131 8
                                    

             Nadia mulai pergi dari rumahnya a.k.a panti asuhan. Dia pergi melewati trotoar. Sudah dua tahun ia melewati trotoar ini. Semua orang mengenalnya. Ada yang menganggap nya ada juga yang mengabaikan keberadaannya.

"Pagi nak Nadia !" ucap seseorang dari sebelah kanan. Nadia tersenyum. Seperti itu contohnya.

"Pagi juga Pak Beymas !" ucap Nadia melambaikan tangannya ke sebelah kanan. Pak Beymas adalah salah satu tetangga panti asuhan. Ia sering berkunjung ke panti. Ia pria paruh baya yang baik. Setiap pagi ia keluar untuk menyiram tanaman nya. Dan, selalu menyapa Nadia ketika Nadia lewat.

"Hati hati di jalan nak." ucap Pak Beymas. Nadia mengangguk, "Iya pak. Nadia pergi sekolah dulu ya !" Nadia kembali melambaikan tangannya, menandakan bahwa ia akan pergi ke sekolah.

Nadia berjalan kembali. Terdengar suara yang ramai di sebelah kiri. Tandanya bahwa ia telah melewati tukang sayur yang sering berjualan di daerah itu. Nadia sudah hafal betul setiap langkahnya. Jika ia sudah melewati tukang sayur, berarti ia harus berbelok ke kiri.

Tak tak tak

Suara tongkat Nadia terus menerus memukul jalanan. Nadia mengayunkan tongkatnya ke sebelah kiri. Dan, itu menghasilkan bunyi.

Sudah tiang ternyata. Batin Nadia. Tiang salah satu menjadi petunjuk Nadia untuk pergi ke jalan raya. Ia pun berbelok ke kiri. Nadia terus berjalan. Setelah ia merasa sudah berjalan sedikit jauh, ia mengayunkan kembali tongkatnya. Benar dugaannya. Ia sudah sampai di halte. Nadia pun duduk di situ. Ia menunggu bus sekolah datang.

Suara kendaraan di depannya berhenti. Lalu suara pintu yang dibuka berbunyi. Nadia tahu, bus sekolah sudah sampai.

"Ayo Nadia, bangku tinggal sedikit yang kosong." Ucap sopir bus sekolah.

"Iya Pak. Makasih ya Pak." ucap Nadia. Nadia masuk ke bus sekolah, lalu ada yang menarik tangannya.

"Sini aja Nad. Samping aku." Nadia tersenyum. "Makasih ya Jo." ucap Nadia.

Pria itu tersenyum dan bus pun berjalan. Pria di samping Nadia, memperhatikan Nadia.

Cantik. Pujinya dalam hati.

"Jangan liatin aku terus Jo. Nanti kamu suka sama aku gimana ?" Nadia berkata hanya untuk candaan.

"Jangankan nanti. Aku juga sudah menyukaimu Nad." ucap Jo.  Nadia tertawa. Jo tahu, bahwa ucapannya tadi dianggap Nadi bahwa rasa sukanya adalah rasa suka sebagai teman. Nyatanya tidak.

Jonathan Elvan Syahreza menyukai Gavrila Nadia Evelyn bukan sebagai teman. Melainkan rasa suka antara lelaki dan perempuan.

_____

Nadia sudah sampai di sekolahnya. SMA Trisakti, sekolah paling bagus sekabupaten. Nadia bisa bersekolah berkat beasiswa nya. Nadia berjalan, dituntun Jo ke kelas Biologi I. Jo menuntun Nadia hanya sampai di depan kelasnya.

"Disini aja Jo." ucap Nadia.

"Yaudah, belajar yang bener Nad. Aku gak mau beasiswa kamu dicabut." Jo hanya tersenyum melihat tingkah Nadia. "Iya, kamu juga. Banggain orang tua kamu."

"Yaudah, aku ke kelas dulu. Nanti kita ketemu di depan kelas kamu. Kita ke kantin bareng." Jo pergi sambil teerseyum, kepada Nadia. Kemudian melambaikan tangannya, Nadia pun ikut membalasnya.

Nadia masuk ke dalam kelas. Kelas pagi ini sangat ribut. Perkumpulan lelaki lelaki nakal terdengar dari belakang kelas. Sedangkan suara perempuan perempuan yang menggosip terdengar dari depan.

ImperfectoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang