"Ma.. maaf. Gue gak sengaja." Ucap Donna dengan pelan. Ia dengan cepat berlari menghampiri Nadia, lalu berjongkok di sampingnya.
"Lo gapapa kan Nad? Maaf ya, gue gak sengaja."
Nadia tersenyum lebar, "Iya, aku gapapa kok. Donna lanjut main aja."
"Pergi lo sana." Ucap Leo dengan menatap dingin ke arah Donna. Donna yang sudah mulai takut dikarenakan Leo pun mundur perlahan.
Setelah Donna dan siswa lainnya mulai untuk tidak terfokus pada kedekatan Nadia dan Leo, Leo pun memegang tangan Nadia yang siap untuk memasang earphone kembali. Apa dia sepolos itu? Bukan kah seharusnya dia berpindah ke tempat yang lebih aman, agar tidak terkena bola kembali?
"Ikut gue." Ucap Leo. Nadia yang selalu keras kepala tentu saja melepaskan tangannya segera dari Leo.
"Gak mau, nanti kalau aku pergi, aku ga dapet nilai. Nanti aku dikira bolos pelajaran."
"Ck, ikut atau gue angkat lo secara paksa." Nadia yang mendengar itu diam untuk beberapa detik. Leo yang baru ia kenal tidak lebih dari seminggu ini, sifatnya sangat lah berani. Apa ia seberani itu untuk mengangkat dirinya?
"Aku ikut, asal Leo ga boleh ajak aku jauh jauh dari lapangan." Leo terdiam, yang berartikan bahwa ia setuju. Namun, Nadia tetap saja duduk terdiam, tidak menunjukkan bahwa ia akan berdiri dan ikut dengannya.
"Bilang iya dulu, baru aku mau ikut." Leo memutarkan mata nya malas, "Iya."
Nadia tersenyum karena dirinya kali ini menang. Lalu mulai berdiri dan mengeluarkan tongkat nya dari saku, lalu memanjangkannya agar bisa ia pakai.
Leo yang yakin akan lama jika Nadia dibiarkan berjalan sendiri langsung memegang tangan Nadia yang kosong, dan menuntunnya dengan cepat.
"Leo, mau kemana? Ini.." Nadia berusaha meraba raba benda benda yang ada di kanan nya. Tongkat yang ia pakai tidak berguna saat ini, karena Leo yang menuntunnya.
'Ini.. kemana?'
Bahkan, tangan kanan nya sudah tidak bisa meraba raba apapun. Lalu setelah beberapa detik berjalan dengan cepat, Leo berhenti diikuti Nadia. Tangan Nadia yang terlepas dari Leo mulai meraba sekitar nya kembali. Hanya dinding di sebelah kirinya, lalu ia mulai meraba ke depan. Ada pintu, tapi pintu apa?
Terdengan bunyi pintu yang sudah terbuka kuncinya.
'Leo punya kunci ruangan sekolah?'
"Leo.. kamu mau ajak aku kemana?" Tanpa menjawab, Leo segera menarik tangan Nadia pelan, menandakan bahwa Nadia harus mengikutinya perlahan.
Satu langkah..
Dua langkah..
Perasaan nya tidak enak, Nadia segera menarik paksa tangannya dari Leo untuk kedua kalinya. Leo yang tersadar, melihat Nadia di belakangnya.
Nadia mencium bau pengap yang tidak ia sukai. Ia sangat membenci bau seperti ini.
'Ini apa? Gudang?'
Nadia segera memundurkan langkahnya, dan menggenggam erat tongkatnya.
"Aku gamau ikut. Aku takut." Ucap Nadia sembari menggeleng pelan.
Leo yang berada di depan Nadia segera menghampiri gadis itu, "Gausa takut. Gue ga bakalan ngapa ngapain lo Nad."
Nadia tetap diam di posisi nya, dan tetap menggenggam erat tongkatnya.
"Percaya sama gue, oke? Gue yakin lo suka tempat ini." Leo perlahan memegang tangan Nadia, dan gadis itu pun mulai mempercayai apa yang dikatakan oleh Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfecto
Teen Fiction"For the first time, gue ngalahin lo. Sesuai yang kita sepakati. Yang kalah harus melakukan apapun yang disuruh oleh pemenang. Gue mau lo, pacarin si buta." ucap Martin. *** Kalian akan mengenal sosok troublemaker SMA Duta Bangsa. Si raja perusuh da...