BAB 10. Pengakuan (1)

103 7 2
                                    

Karena kamu diciptakan untuk saya cita-citakan

------------------------------------------------------------------------------------------------ 


Hari keberangkatan (Pukul : 03.10 WIB)

Ting Tong Ting Tong

Ting Tong Ting Tong

Terdengar suara bel apartemen Elliot hingga mengganggu tidurnya. Ellpun terbangun.

"Anjir, siapa sih ?" sambil melihat jam yang terdapat di meja dekat kasurnya.

"Kurang kerjaaan, hoaam. Baru juga jam 3" Elliot sudah mengira siapa yang akan datang sambal menuju ke bawah untuk membuka pintu.

"Lu ya, kita kan janjiannya habis subuh dan itu masih 1 jaman lagi"

"Ya kita bisa lanjut tidur lagi" senyum Vanno.

"Ogah, hoaaaaaaam. Lu tunggu disini, gue mau tiduran lagi, ntar jam 4 bangunin gue" berlalu sambil nunjuk sofa untuk Vanno dan Elliot kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidur.

03.57 WIB

"Ell bangun, Ell bangun" sambal menepuk pipi Elliot.

"Hmm" suara dengkuran Elliot

''Bangun, jam 4. Sekalian sholat"

Elliotpun bangun sembari melihat jam dinakasnya, selanjutnya berlalu ke kamar mandi untuk mandi sekaligus wudhu sedangkan Vanno sudah mengambil wudhu di kamar mandi bawah.

"Lu keluar dulu, gue mau ganti baju"

"Emang pacar gak boleh lihat ?"Sambil tersenyum melihat Elliot yang hanya berbalut handuk.

"Ogah, lu sarap" Elliotpun menarik Vanno yang masih duduk di tempat tidur, sebaliknya Vannopun mengeraskan tangannya sambal menarik balik Elliot yang pertahanannya tidak terlalu kuat sehingga Elliotpun terjatuh di dada Vanno.

"Seandainya saya belum wudhu, saya udah mencium bibirmu Ell. Silahkan pasang baju" sambal menatap Elliot yang berusaha melepas diri.

"Gue kayaknya kudu ke rumah sakit deh habis ini" sambil mencoba berdiri sambal menepuk dada.

Selang beberapa menit, Vannopun kembali masuk dengan melihat Elliot sedang sholat.

'Gitu gak ngajak saya' bathin Vanno sambal mengambil sajadah satu lagi dan menepuk bahu kanan Elliot.

"Kenapa tidak memanggil saya untuk sholat ?" tanya Vanno selepas sholat

"Gue kira lu udah selesai sholat" sambil menyalami Vanno.

Vannopun mendekatkan dirinya ke Elliot dan Elliotpun dengan sendirinya menjauh namun kepala belakang Elliot ditarik mendekat.

"Ketika kita sedang berdua, harus sholat bersama dan saya imamnya. Paham Ell?" tatapan menusuk Vannopun mengintimidasi Elliot.

"Ogah, siapa banget lu" Vannopun terus mendekatkan diri ke Elliot sambil mencengkeram kedua tangannya.

"Sakit lu, okee okee. Ntar gue turutin mau lu"

"Great!. Terima kasih Elliot. Ayo, masih ada lagi yang harus disiapkan ?. Senyum Vanno sambil melepas cengeramannya.

Kuat juga nih bocah bathin Elliot.

"Údah, ayok" sambil berdiri dan mengambil ranselnya. Elliot hanya membawa 1 helai pakaian karena sepertinya mereka hanya menginap satu hari.

"Pakai mobil saya saja ya Ell"

"Oke, serah lu" dan akhirnya merekapun masuk ke dalam mobil Vanno dengan Vanno yang mengendarai. Mobil Vanno terbilang cukup simple namun tidak mengurangi dari glamournya karena warna mobilnya yang tidak terlalu familiar "black coffe".

"Van"Elliot memulai pembicaraan disaat mobil hamper setengah jam berlalu dari apartemennya.

"Iya ada apa ?" balas Vanno sambil melihat sekilas kepada Elliot sambil tersenyum.

"Hmm, gimana ya. Tapi gue bukan ge-er ya, cuman kok lu bisa suka ke gue sih ?. Kalau cakep sih, gue emang cakep, cuman diluar sono banyak orang yang cakep juga dan banyak juga kayaknya orang yang ga bakal nolak lu" tanya Elliot pada akhirnya karena selama didekatin dengan Vanno, Diapun merasa heran.

"Kamu memang narsis ya orangnya, jujur apa adanya. Haha" ketawa renyah Vanno, lalu disambungnya "Pertama kali kita ketemu, saya merasa nyambung saja denganmu dan kamu lawan bicara yang asyik menurut saya. Ketika itu, entah kenapa saya suka dengan bibirmu. Saya tidak munafik melihat orang dari fisik terutama, karena dari fisik, saya bisa memandang seseorang tersebut dewasa dan cerdas. Kamu memiliki itu Ell"

Vanno berhenti sejenak, hanya untuk merilekskan perkataannya selanjutnya "Selanjutnya, kedua kita dipertemukan lagi di maskapai yang sama. Entah kenapa, takdir seakan bermain dengan saya. Kamu yang sebelum kita berpisah sempat saya ucapkan do'a untuk bertemu kembali, akhirnya dipertemukan. Saya mungkin terlalu na'if menurutmu, karena terlalu percaya dengan yang namanya kebetulan. Namun, begitulah saya. Ketiga, dan ini yang membuat saya yakin untuk menyukaimu adalah, kamu yang ketika itu sedang putus dengan pacarmu. Bukankah, dewa fortuna sangat mendukung saya untuk mendapatkan dan menjagamu ?. Hingga pada akhirnya, saya berfikir untuk dapat memilikimu Ell, karena kamu diciptakan untuk aku cita-citakan" Jelas Vanno panjang lebar sambil tersenyum melihat Ell sekilas dan Elliot membuang muka sambil berkata "Lihat ke depan, saya eh maksudnya gue gak mau kenapa-napa"

Elliot secara jujur juga kembali berfikir terkait 'kebetulan' yang dimaksudkan Vanno dan tidak menafikkan atas apa yang barusan Vanno sampaikan. Elliot, selama ini tidak pernah dirugikan sih memang dengan keberadaan Vanno, bahkan sempat terpikir dengan adanya Vanno, setidaknya bisa melupakan sakit ditinggalkan oleh Angel. Sedangkan untuk hati, Elliot masih belum tahu, apakah dia mulai menyukai Vanno atau tidak karena yang dia tahu, dia cukup enjoy dengan keberadaan Vanno. Walaupun, rasa desiran hatinya sudah mulai tumbuh, namun terkadang Elliot seseorang yang tidak peka akan hal itu.

"kamu mikirin apa ?. Tersentuh dengan perkataanku ?" Senyum Vanno kembali.

"Ogah, gue gak habis pikir aja sama lu. Kalau dari wajah sih lu masih okelah, pasti banyak juga yang ngincer lu. Kenapa mesti gue"

"Saya tidak seperti kebanyakan cowok pada umumnya Ell, yang hanya cari fun, bahkan saya belum pernah pacaran karena saya janji ke diri sendiri, bahwa hubungan diawali dengan chemistry dan itu saya dapatin dari kamu"

"Ah, gelap. Gue mau tidur"

"Haha, kamu selalu seperti itu. Seperti anak kecil dan entah kenapa saya tidak rishi dengan itu, haha. Nah sekarang giliran saya, Apa kamu sudah mulai tertarik dengan saya?"

"Jangan mimpi ketinggian ya mas, gue gini-gini masih normal" sambil memandang Vanno dan menepuk bahu kirinya Vanno sedangkan Vanno dengan sigap memegang dagu Elliot untuk terus memandangnya sambil mendekatkan wajahnya ke muka Elliot.

"Kita buktikan selama 2 hari perjalanan ini ya Ell, saya bisa pastikan kamu takluk dengan saya" Balas Vanno sambil memandang Vanno dengan senyum membunuhnya.

Elliot ?

Hanya meneguk ludah dan lagi-lagi menepuk dadanya yang kembali tidak karuan. 



Hallo Readers, maaf ya author kemarin sedang sakit selama 6 bulan dan lagi menyelesaikan studi S2 juga. Dosen udah mulai nyari-nyari untuk segera nyelesaiin thesis. Huhu
Cuman, cerita bakal terus di apdet kok, dan author udah dapat pemeran yang pas nih untuk pemeran Elliot dan Vannonya :). Pada mau tau atau cukup teman-teman punya fantasi sendiri nih gimana postur dan wajah mereka ? Wkwkwk.

Send me a comment yaa, suara terbanyak bakal author turutin deh. Dan next chapter bakal seru banget, author bakal screenshotkan chat mereka berdua ketika liburan. Jadi, jangan lupa kasih bintangnya, add author juga loh. Bakal banyak keseruan yang bakal reader dapatin nih disini -)

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang