BAB 11. Pengakuan (2)

130 10 2
                                    


Kenyamanan yang kamu berikan membuat aman bagiku  

------------------------------------------------------------------------------------------------  

Elliot terbangun dari tidur namun masih memicingkan matanya karena dia merasakan deruan nafas seseorang didepan hidungnya yang dia taksir hanya beberapa senti dari wajahnya. Elliot memberanikan membuka mata perlahan dan melihan wajah Vanno yang cukup dekat dengannya dan sambil tersenyum. Perlahan dimajukannya wajahnya hingga lebih kurang menyisakan 2 cm dan deruan nafas itu sangat lekat terasa.

Elliotpun kembali menutup wajahnya sedangkan Vanno tersenyum dengan wajah jahilnya. Vanno menurunkan sandaran tempat duduk Elliot sehingga Elliot mendadak membuka mata.

"Ouch. Lu gila ya!. Pelan-pelan kali" sambil melotot ke Vanno.

"Kamu mengharapkan saya menciummu, Ell ?"

"Ggg... Ogah. Lu ngapain tadi?"

Saya hanya ingin menurunkan sandaranmu, kamu tertidur cukup pulas. Namun jika memang kamu memintanya, saya akan berikan dengan sukarela" senyum Vanno kembali merekah.

"Ogah!. Mimpi lu. Kita nyampe mana ?" Mereka berhenti di salah satu supermarket.

"baru nyampe di Tawang. Saya keluar dulu, beli sesuatu"

Elliot hanya menganggukkan kepalanya sambal sedikit mengucek matanya. Vanno sebenarnya tidak suka menunggu sehingga dia melihat-lihat mobil Vanno sambil sedikit membuka dashboardnya. Ada buku yang menarik perhatian Vanno dan sepertinya agenda Vanno.

Elliot penasaran dan membuka buku tersebut.

Sibuk juga nih orang bathin Elliot karena terlihat dalam 2 minggu ke depan jadwalnya cukup padat untuk menghadiri seminar,workshop dan lain sebagainya. Sambil terus membukanya hingga dia berhenti di sebuah puisi yang sepertinya di tulis Vanno.

Ketidaktahuan Logika

Gemuruh hati, gelisah diri

Gejolak dada, rytme tak bernada

Penat, semuanya berkelabat

Siapakah dia tuan ?

Datang tanpa persetujuan, pergi tanpa pamitan

Meninggalkan bekas yang tak dikenal

Tak beraturan, membualkan pusing yang tak karuan

Siapakah dia tuan ?

Apakah rindu yang mereka sebut ?

Apakah itu cinta yang mereka ucap ?

Mungkin...

Malu !

Tanpa pengetahuan logika, diri ini hina diterkam cinta

Merongrong dikala senja, melihat pucuk purnama seorang kekasih hitam hilang entah kemana

Rindu dan Cinta

Barangkali itu dia

Karena seorang kekasih pergi entah kemana

Meninggalkan semua ketidakteraturan yang merajalela

Surabaya, 7 Agustus 2016.
Vanno Bagaskarta

Puisi buatan dia ? boleh juga. Eh, tanggal 7, itukan hari putus gue.

"Udah puas bacanya ?"

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang