Nayla's Pov"Nayla?"
deg, suara bariton yang khas sedang memanggilku.
Aku menoleh dan ternyata itu dia, Azam, Azam Abdullah. Dia adalah teman sekelasku. Dia lempeng, pendengar yang baik, orang nya asik, lumayan ganteng, dan tinggi semampai. Orangnya suka bercanda, suka memberi saran, kalau diajak ngobrol itu nyambung banget..
"Kenapa?" tanyaku.
"Udah fisika belum? Gak ngerti nih. Ajarin plis." pintanya dengan wajah seperti anak kucing yang sedang merengek meminta makan.
"aelah, malas bat gue." kataku hanya bercanda.
"memang kan kalo orang pelit tuh begitu lah. Belum pernah disabet kuncir kuda kah?" kesalnya sambil bercanda.
"Hahaha, gitu dong ngegas. Nggading bercanda, gih sini aku jelasin." ujarku serambi tertawa.Dia melangkahkan kaki ke tempat dudukku yang berada pas depan meja guru, namun selangkah menuju tempatku dia berhenti dan terdiam, wajahnya linglung seperti mencari sesuatu.
"Kenapa cuy?" tanyaku penasaran.
"Amma, lupa kubawa buku tulis, minta kertas dun hehe"..
"Bohh, ku kira kenapa kah. Memanglah ya alferdo kondruso tak bermodal. Nih!" kataku sambil menyerahkan selembar kertas.Ingin rasanya kupitaskan dia bak kutu "gepeng" yang menjalar pada rambut. Tapi itu dia, dengan segala kearifan lokalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merelakan
RomanceJika mencintai artinya merelakan, dan merelakan artinya kehilangan, sungguh aku akan memilih untuk tidak pernah mencintaimu. - 2006, yang tengah merelakan Disatu sisi aku mencintaimu, namun disisi lain aku juga menyangi sahabatku.