Menuju hari Kehilangan

12 3 0
                                    

Nayla's Pov

.

Hari demi hari pun semakin cepat berganti. Tidak terasa hari yang sangat ku takutkan akan menghampiri. Hari dimana aku tidak akan melihat rembulanku lagi. Hari dimana, tak akan ada suara bariton yang akan ku dengar lagi. Hari dimana, aku dan dia tak akan bertemu lagi.

.

Akhir-akhir ini kami disibukkan dengan beberapa simulasi serta ujian-ujian lainnya, dan hari ini adalah ujian nasional yang akan dilaksanakan selama 4 hari. Tentu saja aku serta siswa yang lain sudah mempersiapkannya jauh hari. Mata ujian pertama adalah Matematika. Kami sedang mengulang kembali pelajaran yang telah kami pelajari di depan ruang ujian.

"Nay, siap kah?" tanyanya yang tiba-tiba menghampiriku.
"Ha, ooh insyaAllah siap. Semangat ya." kataku.
"Semangat juga ya Nay." ujarnya dengan senyum kecilnya.

.

Empat hari untuk ujian telah selesai. Selanjutnya kami tinggal menunggu hasil, sembari mempersiapkan untuk pendidikan ke jenjang selanjutnya. Alhamdulillah, aku mendapatkan beasiswa kedokteran di salah satu universitas terfavorit di Indonesia. Sedangkan Azam, sedang mengikuti tahap tes untuk AKPOL. Itu cita-citanya sedari dulu, menjadi seorang Perwira. Aku senang dengan apa yang dia cita-citakan, dan aku juga senang mendapatkan beasiswa kedokteran, namun kesenangan itu ditimpa dengan kenyataan bahwa aku harus siap berpisah dengannya. Berpisah demi melanjutkan pendidikan masing-masing.
Sedih? Tentu.
Merasa kehilangan? Pasti.
Tapi apalah daya aku, memangnya aku siapa? Menghambat cita-cita seseorang demi egoku semata. Kurasa, perasaan ini harus ku ikhlaskan dalam diamku. Kurasa, perasaan ini memang harus ditutup serapat-rapatnya. Aku juga tidak tau, apakah perasaan ini sementara atau selamanya. Aku juga tidak bodoh, bertahan dengan seseorang yang mungkin saja dia bukan jodohku kelak. Tapi untuk sekarang, jujur aku menyukainya.

MerelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang