CHAPTER 24

6 1 0
                                    

"Ya udah,kakak sama Syahrul ke kelas ya!. Nanti kalau disetujuin sama ayah,chat aja ke kakak. Oke?!" Ucap Rifly seraya memakai tas ranselnya kembali. Gadis itu tersenyum mengangguk seraya ibu jari dan telunjuknya disatukan membentuk huruf 'O'.

"Thanks for time Shila..." tangan Syahrul melambai.

Gadis itu balas melambaikan tangannya. Pelajaran akan segera dimulai,Pak Diman sebagai guru piket berkeliling meminta semua masuk kedalam kelas masing-masing. Wajah garangnya menambah kesan horor ketika ia lewat atau bahkan menoleh. "Shil?" Panggil seorang pria yang tiba-tiba memasuki ruang kelas.

"Ari?" Shila nampak heran dengan keberadaan pria itu dikelasnya. Jelas-jelas ini bukan kelasnya.

Pria itu berjalan pelan menghampiri,"istirahat aku mau ngomong sebentar sama kamu,bisa?". "Bisa,hmm. Mendingan kamu ke kelas sekarang. Bisa di hukum kalau ketauan Pak Diman!" Jelas Shila yang dibalas anggukan oleh Ari.

Kemudian gadis itu memilih duduk dan menunggu guru datang.

"Sri?"

"Hmm?" Sahabat Shila yang sejak memasuki kelas lebih asik menatap smartphonenya hanya menjawab dengan dehaman tanpa menoleh. "Sriii!"

"Apa?" Akhirnya gadis bernama Sri itu menoleh dengab wajah datar. "Menurut lo gue ikut camping atau gak?"

"Camping dimana?,siapa yang ngajakin?"

Terdengar helaan nafas gadis itu sebelum akhirnya menjawab. "Kak Rifly sama ka Syahrul,tapi gak tau camping dimana...". Sri menyernyit bingung, "kok lemes gitu,harusnya lo seneng kali!"

"Seneng sih,tapi... kira-kira gue diizinin sama ortu and ka Arsya gak ya?"

"Arsya?siapa tuh?"

Shila menepuk keningnya,ia lupa. Mengenai Arsya baru ia dan kedua pria tadi yang mengenalnya. Gadis itu menggaruk tengkuk dan menyisipkan rambut ditelinganya. Hal yang sering ia lakukan ketika merasa gugup.

"Ehm...ee... kapan-kapan aja kali ya gue ceritanya!"

"Main rahasia-rahasiaan ya?" Tanya Sri pelan. Shila menggeleng pelan.

"Pagi semua!" Seorang guru dengan kemeja krem datang memasuki kelas. Gadis itu haruslah berterimakasih pada guru itu,berkatnya ia tak harus menjelaskan lebih jauh lagi mengenai Arsya. Bukan tidak ingin,tapi ini mungkin belum saatnya.

                             *****

Keadaan kantor besar ini cukup ramai,beberapa karyawan asik mengetik sesuatu pada benda tipis dan memiliki banyak tombol itu. Sebagian lainnya terlihat mondar-mandir memberikan berkas-berkas yang selesai dikerjakan.
Diruangan lain beberapa orang tengah melakukan pertemuan kerja.
Beberapa pria juga wanita berbaju biru juga sibuk membersihkan lantai,kaca,dan benda lainnya. Sisanya terlihat membawa nampan besar,memberikannya pada karyawan lain disetiap ruangan pada gedung ini.

"Permisi!" Terdengar ketukan setelahnya. "Masuklah..." suara berat seorang pria dari dalam ruangan utama itu terdengar.

"Ada apa Selena?" Tanya pria tadi pada seorang perempuan bertubuh ramping dengan rok mini selututnya, ia membawa beberapa berkas yang siap di tanda tangani.

"Ini pak beberapa berkas yang kiranya mau bapak lihat dan disetujui..." sodor gadis bernama selena itu.

"Oh oke... biar saya lihat dulu. Oh iya,apa Arsya sudah datang?"

"Belum pak,mungkin sebentar lagi!" Jelas wanita itu. Tiba - tiba terdengar suara seseorang memasuki ruangan itu. "Assallamu'alaikum..."

"Waalaikumsallam...Syukurlah kamu sudah datang Arsya. Papa menunggu kamu sedari tadi..." jawab pria berjas abu-abu itu setelah Arsya mendekat dan mencium punggung tanganya. Wajah pria itu sangat bersemangat pagi ini. Tak ada lagi wajah kusut dan datar yang selalu ia berikan,semuanya terasa berbeda. Selena dengan cepat meraih tas kerja juga jas hitam itu dan menaruhnya diruangan Arsya yang bersebelahan.

My class brother the idol of the heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang