CHAPTER 22

10 0 0
                                    

Now playing :
look at me now -Charlie puth

.
.
.

Hati - hati!,bila sudut bibir anda naik terangkat itu tandanya anda tersenyum.
😊

Here we go!

"Katanya udah jelasin ke dia... masa iya gak nanya langsung?" Jawab Shila acuh. Arsya menghela napas pelan,"apa hak saya nanya seperti itu kedia,terlebih lagi dia nampak perhatian sekali sama kamu!".

Perempuan itu menyernyit bingung,dari mana ia tahu pria tadi begitu perhatian padanya. "Kamu lupa?,saya liat kamu di cafe lalu sama dia." Sambung Arsya seakan tahu.

Semilir angin masuk melalui jendela,membiarkan siempu-nya rumah merasa sejuk. Gorden besar putih itu terbang terkena terpaan lembut angin. Hening,sejak pernyataan lelaki itu.

"Ehm,mm oh jadi tahu dari situ..." ujar gadis itu berusaha tetap terlihat santai.

Arsya menatap datar gadis dihadapannya.
"Oke,jadi dia itu...dia itu.... hmmm...,kak Arsya bisa gak kalo gak kepo!"

Arsya semakin gemas dan geram dibuatnya,tangannya terangkat dan beralih mengacak - acak rambut Shila.

"Ihhh...makin menyebalkan saja!" Gerutu Shila tak henti.

Ide jahil itu menyeruak kedalam otaknya,smartphone hitam yang tergeletak sembarang tempat itu menjadi pusat utama perhatiannya. Dengan gerak cepat,ia meraih smartphone kecil itu. "Kakak!,cisssss..."

Arsya menoleh dan tersenyum,warna cokelat yang terbalut diwajahnya tak mengurangi ketampanannya. "Wajah jeleknya donggg!"

Arsya mencoba memasang wajah jelek,nampaknya tak membuahkan hasil. Ia tetap saja terlihat tampan.

"Disuruh jelek malah makin cakep!" Celetuk Shila kesal. Arsya terkekeh mendengarnya. "Permisi non?" Terdengar ketukan setelahnya. Keduanya menoleh kearah pintu kamar. "Boleh kakak yang bukain?"

Shila mengangguk,pria itu berjalan pelan mendekat kearah pintu. Memutar handle pintu berwarna gold. "Iya,ada apa mbok?"

"Eh,maaf den... si Mbok mau antar ini!jadwal cemilan non Shila." Ujarnya seraya menatap nampan besar ditangan. Dahi Arsya berkerut,"sayang?ini makanan kamu?" Panggilnya pada Shila. Gadis itu menoleh cepat sebelum akhirnya ia berjalan cepat menghampiri. "Makanan kamu yang dimobil aja belum habis!" Tambah Arsya seraya merangkul pinggang Shila. Si Mbok tersenyum ramah.

"Kak?!" Sergahnya. Ia takut Mbok Inah berpikiran bahwa ia berpacaran dengan guru privatnya dulu. Ya,walaupun Arsya dengannya berbeda 2 tahun saja.

"Ehm,sini Mbok...makasih ya!" Jawab Shila setelah meraih nampan besar itu. Wanita paruh baya itu tersenyum lantas berlalu pergi. "Ehehehehe..." kekehan Arsya membuatnya geram. Ia meletakkan nampan itu diatas nakas. Arsya yang tengah terduduk diatas kasur king size-nya Shila masih asik tertawa pelan.

"Terus aja..." gerutu gadis itu.

"Dugaan saya jadi benarkan?" Gadis itu hanya berdeham pelan setelahnya.

Arsya suka gadis itu,ia terlihat berbeda dari yang lain. Mengapa?entahlah,mungkin karena ia telah jatuh hati padanya. "Shila?" Panggil Arsya.

Gadis itu menoleh pelan,"apa?".

Lelaki itu berdiri dan berjalan mendekat,ia bersandar pada dinding. "Apa pernah kamu merasakan jatuh cinta?" Pertanyaan itu terlontar bersamaan dengan senyuman menatap langit - langit. "Hmm,pernah!...bahkan sebelum aku rasakan manisnya cinta. Aku justru disuguhkan pahitnya..."

My class brother the idol of the heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang