186. Jenazah Simpanan

2.2K 45 5
                                    

Arientala.com
Jenazah Simpanan
SambungFacebookTwitterGoogle+

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Episode :
JENAZAH SIMPANAN
======================

Nenek Katai Ning Rakanini delikkan matanya yang besar sebelah, kedua tangannya yang berwarna hitam pekat berkilat bersiap untuk melepaskan pukulan sakti kearah makhluk raksasa bertanduk yang kepalanya menjulur dari dalam lubang atap yang hancur karena pukulan bocah sakti Dirga Purana ( baca episode sebelumnya ) Jabang Bayi dalam Guci.

Sesaat lagi kedua tangannya yang berwarna hitam mengkilat melepaskan sebuah pukulan sakti yang bernama Dalam Sesat Mencari Ketentraman, Resi Kali Jagat berteriak mencegahnya "Tahan, Jangan!!" Nenek Katai Penguasa Rumah Ketentraman dan Keselamatan memalingkan wajahnya kearah Resi Kali Jagat, Hidungnya yang dicanteli anting-anting emas bergoyang-goyang sementara urat besar terlihat menonjol di pelipisnya pertanda menahan amarah "Ampusena! Apa maksudmu menahan serangan ku? Tidakkah kau dengar apa yang diucapkan makhluk ini? Dia menginginkan orok dalam Guci! Dia pasti sudah menjadi salah satu kawanan Gerombolan Sukma Merah!"

Resi Kali Jagat menghela nafas sesaat. "semoga berkah Hyang Jagatnathaturun atas diri kita semua, Apa kabar Arwah Ketua Penguasa Candi Miring? Lama kita tidak berjumpa" makhluk dengan tanduk berkilat keluarkan tawa keras kemudian Wujud kepala Raksasa bertanduk bercahaya merah keluarkan satu letusan kecil dan berubah menjadi gumpalan asap kelabu.

Asap kelabu itu kemudian berputar layaknya topan dan memasuki ruangan candi melalui lubang diatas atap. Gumpalan asap kemudian bergulungmembentuk satu sosok yang berdiri dihadapan Resi Kali Jagat dan Nenek Ning Rakanini, sekejapan mata kemudian gulungan asap pun akhirnya sirna meninggalkan satu sosok yang tidak lagi berbentuk raksasa seperti sebelumnya, sosok kali ini merupakan sosok seorang kakek bertubuh kekar berjanggut dan berkumis berkeluk berwarna hitam.pakaiannya merupakan jubah biru yang bagian atasnya tidak dikancing sehingga memperlihatkan bulu dadanya yang lebat. Wajah kakek ini terlihat pucat tak berdarah sehingga jalur urat membayang biru dibalik kulit wajahnya.

sepasang matanya berwarna putih menjorok keluar dengan lensa berbentuk titik kecil dan di kepalanya yang botak terlihat sebuah tanduk tunggal mencuat dari keningnya. Tanduk tersebut tidak terlalu besar namun memancarkan cahaya merah berpendar. "Semoga berkah Para Dewa menyertaimu Sahabatku Ampusena, maafkan kelancangan ku wahai Penghuni Rumah Ketentraman dan Keselamatan" ucap sosok Arwah Ketua sembari mengedipngedipkan matanya yang juling kearah Nenek Ning Rakanini.

Sang Nenek merutuk dalam hati sembari menurunkan kedua tangannya, kedua tangan tersebut pun perlahan kembali kewarna asalnya. sementara Resi Kali jagat menggelengkan kepalanya untuk kemudian berkata "berbilang tahun kita tidak berjumpa, sungguh tidak dinyana dapat bertemu denganmu disini wahai Arwah Ketua, gerangan apakah yang membawamu ketempat ini?"
"wahai Sahabatku Ampusena, tak usahlah lagi kita berpanjang cakap,maksud kedatanganku kali ini adalah meminta kau untuk memberikan saja jabang bayi dalam guci itu kepadaku, toh disini tidak ada orang yang mau menampungnya, bagaimana Ampusena? Kau tidak keberatan bukan?"ucap Arwah ketua sembari melirik kearah guci bening yang berisi bayi merah yang tergeletak diatas meja batu. M

Mendengar apa yang dikatakan oleh Arwah Ketua, Nenek Katai Ning Rakanini menjadi meradang, alisnya yang menyambung menjadi satu terlihat terjungkat "Kowe, jangan sembarang omong! siapa bilang aku tidak mau menampungnya? aku Cuma khawatir tidak bisa menjamin keselamatannya!" hardik Sang Nenek.

Arwah Ketua memandang sinis kepada Nenek Ning Rakanini "Ampusena, kau sudah mendengar sendiri bukan? Nenek ini tidak mampu menjaga Guci itu, jadi sebaiknya kau titipkan saja kepadaku."ucap Kakek Bertanduk ini sambil terkekeh. "Kurang ajar! Makan Pencarianmu!"jerit Nenek Ning Rakanini, Nenek satu ini tampaknya sudah tidak bisa lagi mengendalikan emosinya sehingga tanpa bisa dicegah lagi tangan kirinya mencabut tusuk konde yang tertancap di batok kepalanya dan dengan secepat kilat ditusukkannya tusuk konde tersebut kearah perut Arwah Ketua! "Ning Rakanini! Jangan!" Resi Kali Jagat Berseru tertahan Namun tak kuasa Mencegah,

Lanjutan Serial WIRO SABLENG. karya MIKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang