Arientala.Com
aplikasi|berita|puisi|sejarah|cerita|teknologi|tips dan trikEnter keywords
Search
Si Pengumpul Bangkai
SambungFacebookTwitterGoogle+WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Episode :
SI PENGUMPUL BANGKAI
================================
Delapan ratus tahun sebelum Peristiwa Malam Jahanam di Mataram, di Satu Bukit di tengah Hutan Lasesatbuntu. Hujan Turun begitu deras ditingkahi deru angin yang bertiup kencang. Sesekali terlihat kilasan petir menggelegar sabung menyambung menyambar pucuk-pucuk pepohonan. Udara malam yang gelap pekat sesaat tampak terang oleh cahaya petir yang bergeredepan. Di tengah guyuran hujan deras dan angin yang menderu kencang diatas bukit kecil tersebut tampak seorang lelaki sedang bersemadi. Hujan deras dan angin kencang yang menerpa kulit tubuh dan wajahnya tidak dirasakannya sama sekali, Sang lelaki tampak hening tenggelam dalam semadinya. Rambut, kumis dan cambang yang tumbuh serabutan tak terpelihara menunjukkan dirinya sudah lama bersemedi di tempat tersebut.Tak ada sesuatu yang luar biasa dari diri lelaki tersebut terkecuali caranya bersemadi, Tubuhnya yang tidak ditutupi sehelai benangpun bersemadi dalam posisi sungsang! Kedua kakinya bersila menghadap keatas sementara kedua tangannya bersidekap diatas kepala. Lelaki tersebut bersemadi dengan hanya bertumpu pada lehernya!. Untuk menjaga keseimbangan tubuhnya yang tertekuk sedemikian rupa dada dan perutnya yang hanya berupa kulit pembungkus tulang disandarkan pada satu-satunya batang pohon beringin yang tumbuh di puncak bukit tersebut.
Kembali kilat menyambar di langit hutan Lasesatbuntu, saat cahaya yang hanya sekejapan mata itu menerangi seantero bukit, satu pemandangan yang menggidikkan di depan mata terhampar! Bukit kecil yang ada di tengah hutan Lasesatbuntu tempat dimana sang pria aneh tengah bersemadi ternyata bukan terdiri dari tanah atau pasir batu semacamnya, gundukan bukit kecil dengan pohon beringin tunggal di puncaknya tersebut ternyata merupakan satu bukit kecil yang terbuat dari satu timbunan besar bangkai atau mayat manusia! Satu keanehan lagi yang terjadi adalah seluruh bangkai yang jika ditaksir berjumlah ribuan tersebut tak satupun yang mengalami proses pembusukan.
Tak ada bau busuk maupun anyir darah yang keluar dari tubuh mayat-mayat tersebut! Sebagai gantinya dari tubuh-tubuh malang tak terkubur tersebut keluar hawa berwarna lembayung yang bergerak meliuk-liuk bagaikan asap, Asap lembayung dari ribuan mayat tersebut bergerak dan berkumpul menjadi satu lalu masuk kedalam lubang hidung, mulut, telinga dan seluruh pori-pori tubuh sang pria yang sedang bersemadi! Sementara tak jauh dari kawasan bukit bangkai, diantara pepohonan raksasa yang tumbuh memenuhi kawasan hutan Lasesatbuntu, terlihat berkelebat satu bayangan dari satu makhluk tinggi besar berbulu. Makhluk ini memiliki kedua tangan yang lebih panjang dari kedua kakinya, kedua kaki dan tangan yang memiliki jari-jari panjang terlihat lincah menyambar dahan dan tangkai pepohonan.
Makhluk besar berbulu tersebut terlihat mendukung seorang pria pada punggungnya. Walaupun memiliki tubuh besar dan mendukung seseorang di punggungnya, namun hal tersebut tidak menyulitkan dan mengurangi kecepatannya dalam bergerak berpindah dari satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya. Sementara itu pria yang berada dalam dukungan makhluk berbulu tampak menyeka wajahnya yang basah oleh air hujan beberapa kali, kecemasan tampak jelas tergambar diwajahnya.
"Laeberuk, tolong berhenti sebentar.." ucap sang pria sembari mengelus tengkuk makhluk besar tunggangannya. Makhluk ini mengeluarkan suara gerangan pendek lalu menyambar satu dahan yang cukup kuat dari sebuah pohon randu raksasa kemudian berdiri dengan kedua kakinya di dahan tersebut. Sementara itu pria yang berada dalam dukungan monyet raksasa yang dipanggil dengan sebutan Laeberuk perlahan turun dari punggung piaraannya dan memandang keseluruh pelosok hutan Lasesatbuntu yang hitam kelam.
Pria satu ini memiliki wajah yang lumayan gagah, kumis serta cambangnya terpelihara dengan rapi. pakaian yang dikenakan adalah sejenis rompi dari kulit binatang dan celana terbuat dari kulit kayu, pada pinggangnya terikat satu kantung terbuat dari kulit pohon Damar. "ada yang aneh dengan tempat ini,aku merasa sudah dua kali kita melewati Pohon Randu raksasa ini. tampaknya sedari tadi kita hanya berputar-putar disekitar tempat ini sahabatku Laeberuk... hutan ini benar-benar seperti namanya, Hutan Lasesatbuntu... ada jalan masuk belum tentu ada jalan keluar..."gumam si penunggang beruk raksasa. "tiada jalan lain selain kembali meminta bantuan Datuk tanpa bentuk tanpa wujud" batin sang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lanjutan Serial WIRO SABLENG. karya MIKE
AventuraLanjutan dari Episode 185. Jabang bayi dalam guci