191. Jabrik Sakti Wanara

3.6K 74 26
                                    

Arientala.Com
aplikasi|berita|puisi|sejarah|cerita|teknologi|tips dan trik

Enter keywords
Search
Jabrik Sakti Wanara
SambungFacebookTwitterGoogle+

Kucuran air dingin perlahan berjatuhan membasahi sepasang tangan renta milik Ki Tanu Mangir. “SubhanAllah…” ucap sang kakek kala merasakan kesegaran yang mengalir dari kucuran air dari bedeng bambu yang terletak di samping Surau.

Suasana subuh yang hening dan senyap terasa demikian damai kala terdengar suara gemericik air yang berbunyi saat kakek penjaga Surau tersebut terlihat mengambil wudhu dan bersuci diri. Setelah selesai bersuci,
Ki Tanu Mangir pun berjalan memasuki Surau dengan langkah ringan. Kala itu suasana Surau masih terlihat lengang, tidak terlihat seorang jamaahpun berada di dalam Surau. namun saat sang kakek memalingkan wajahnya ke salah satu sudut ruangan, dilihatnya seorang bocah tertidur pulas sembari meringkuk didalam kemulan sehelai kain sarung kumal. Sang kakek mengerutkan kening karena merasa tidak mengenali bocah yang sedang tertidur lelap ini. Ki Tanu Mangir kemudian memperhatikan si bocah lebih seksama,

Yang menjadi perhatian pertama Ki Tanu Mangir adalah Rambut Si Bocah yang panjang dan berdiri kaku keatas serta sebagian besar sudah berwarna putih. “anak ini masih kecil namun hampir seluruh rambutnya sudah memutih…” gumam Ki Tanu Mangir masih menatap rambut sang bocah yang nampak diikat secarik kain Lurik.

Tubuh bocah kecil ini terlihat kurus dan ringkih, namun begitu tubuhnya terlihat bersih dan tidak berbau pertanda sang bocah pandai mengurus diri. Bocah cilik ini tidak memakai baju atasan sehingga tulang dada dan rusuknya terlihat dengan jelas.

Satu-satunya pakaian yang dikenakan bocah ini selain kain sarung adalah sehelai celana pangsi sebatas lutut. “kasihan anak ini…”ucap Ki Tanu Mangir sembari mengusap rambut sang bocah. Kakek penjaga Surau ini kemudian beranjak bangkit untuk Melaksanakan Shalat Subuh. Setelah menyelesaikan panggilan Illahi, Sang Kakek kemudian berjalan mendekati si bocah yang masih tertidur pulas. “Bangun Nduk… Sudah Pagi…” ucap Ki Tanu sambil menepuk bahu si bocah.

Bocah yang ditepuk bahunya kemudian terlihat membuka mata lalu perlahan bangkit duduk sembari mengusap-usap wajahnya. “Assalamualaikum, Kyai… maaf saya numpang tidur di Surau tanpa permisi dulu sama Kyai…” ucap bocah cilik ini sembari mencium tangan Ki Tanu Mangir. Sang Kakek terlihat tertegun melihat kesopanan dan tutur kata si bocah yang terdengar halus dan terpelajar.

“Waalaikumsalam, anak baik… jangan panggil saya Kyai… saya hanya penjaga Surau Kecil ini saja. saya malu kalau dipanggil Kyai, saya ini belum pernah naik Haji… panggil saja saya Ki Tanu Mangir…” ucap Ki Tanu Mangir sembari menatap bocah dihadapannya dengan seksama.

“Namamu siapa Nduk? Aki rasanya belum pernah melihat wajahmu di daerah ini…” Tanya sang kakek. “Saya memang bukan orang asli sini Ki, Nama saya Sakti Wanara, tapi banyak orang sering memanggil saya dengan panggilan Jabrik atau Uban…” ucap sang bocah lugu sembari mengusap-usap rambutnya yang berdiri kaku tegak.

“saya tidak punya tempat tinggal Ki, saya hanya singgah sebentar karena lelah semalaman berjalan. Saat saya melihat surau ini saya langsung memutuskan untuk beristirahat sebentar…” ucap si bocah sembari terpekur menatap lantai surau. “aki tidak marah kan?”ucap si bocah perlahan. Ki Tanu Mangir tertawa lepas mendengar pertanyaan si bocah cilik.
“Semua orang itu diterima di rumah Allah Nduk, selama beritikad baik dan memiliki hati yang suci bersih…” ucap sang kakek sembari mengusap kepala bocah yang bernama Sakti Wanara ini. “kau sudah makan Nduk?” lanjut sang kakek. Bocah cilik ini tidak menjawab pertanyaan si kakek melainkan memandang berkeliling. “belum ada yang datang Shalat Ki?” ucap si bocah tanpa disangka oleh Ki Tanu Mangir.

Wajah si kakek terlihat berubah sedih. “belum cah bagus, orang-orang di desa sekitar nampaknya mulai enggan pergi ke surau… “ ucap Ki Tanu Mangir sembari menghela nafas berat. Tiba-tiba si bocah jabrik bangkit berdiri lalu kembali mencium tangan ki tanu mangir “saya permisi ambil wudhu dulu Ki…”ucap si bocah sambil berlari menuju keluar Surau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lanjutan Serial WIRO SABLENG. karya MIKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang