6

34 6 0
                                    

Idul fitri.

Irtiza langsung datang ke Aceh, tanpa memberi celah untuk Rania mempertanyakan keseriusannya. Rania sampai bingung sendiri.

"Assalamualaikum." Suara itu tidak berubah. Tetap teduh seperti dulu.

Irtiza lalu tersenyum kepada Ayah Rania, lalu berjabat tangan.

Rania juga menyalami Ibu Irtiza yang tersenyum ramah sekali.

"Ayah sudah menyampaikan jawaban Rania waktu itu." Disambut anggukan dari Ayah dan Ibu Irtiza.

"Jadi baiknya di segerakan." Kata Ayah Irtiza.

"Dua minggu lagi apa cukup untuk mempersiapkan semuanya?" Irtiza akhirnya berbicara.

"Saya tidak bisa berlama-lama di Indonesia, Bapak, Ibu dan Rania sudah tahu bukan?" Lanjutnya lagi.

"Nak Irtiza sudah pernah bilang, saya sekeluarga pun setuju, dan Rania ikut ke Turki setelah ini." Ayah menggenggam jari Rania.

====

Alhamdulillahirabbil'alamin.

Ayah terlihat berdoa khusyu setelah ijab kabul. Membuat airmata Rania refleks menetes.

Rania mencium tangan Irtiza. Berserobok kedua bola mata Rania, bertemu bola mata teduh berwarna coklat tua.

Setelah rangkaian acara selesai, Irtiza mengamit tangan Rania, tiba-tiba.

"Sudah disiapkan barang-barangnya?"  Irtiza menatap Rania. Membuat Rania sukses salah tingkah.

"Udah." Rania menarik tangannya.

"Siap-siap ya, ba'da zuhur kita ke bandara." Katanya sambil tersenyum. Kemudian membiarkan Rania puas berpamitan dengan Ayah dan Ibu.

====

Berat sekali rasanya meninggalkan Aceh. Airmata Rania tidak berhenti mengalir semenjak meninggalkan rumah.

Tangan Irtiza menelungkup begitu saja diatas tangan Rania.

"Yuk!" Mata Irtiza berbinar.

"Kemana?" Rania refleks menoleh kebingungan, berlinangan airmata.

"ke Syurga!" Irtiza menyengir lebar.

Terbang pesawat yang ditumpangi mereka ke Turki.

Terbang bersama mimpi-mimpi Rania dan Irtiza mengejar syurganya Allah.

IrtizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang