MEMORIA | 03

12K 1.2K 91
                                    

Seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun itu tengah memanjat sebuah pohon yang bisa dibilang lumayan tinggi. Kaki kecilnya berpijak pada salah satu ranting yang besar kemudian kedua tangannya berusaha untuk meraih benda yang ada di atas ranting pohon tersebut.

Miko mencoba untuk mengambilkan tas sekolah Mika yang dilemparkan oleh salah satu teman-temannya di sekolah. Dia tidak tahu kenapa Mika sering di usili seperti itu. Tapi yang jelas, Miko akan selalu ada untuk Mika.

"Miko! Kamu turun aja, nanti jatuh!" Teriak Mika kecil dengan perasaan takut, cemas, serta was-was.

"Dikit lagi, nanggung tau." Jawab Miko dari atas pohon sambil berusaha meraih benda bewarna pink dengan gambar Barbie tersebut.

"Udah nggak usah! Aku nggak mau kamu sampai jatuh, biar nanti aku bilang sama Pak Satpam supaya diambilin. Kamu turun sekarang!" Perintah Mika.

Miko tidak mendengarkan ucapan Mika, dia berusaha menarik tas itu dan akhirnya tas itu jatuh dan hampir saja mengenai dirinya. Namun Miko malah mengkhawatirkan Mika yang berada di bawah.

"Kamu nggak kejatuhan kan tadi?!" Tanyanya cemas.

"Aku nggak apa-apa. Kamu cepet turun Miko! Aku marah kalau kamu bandel kayak gini." Mika berjalan mengambil tasnya dengan cemberut.

Miko kemudian langsung turun dengan gesitnya, setibanya di bawah dia langsung menghampiri Mika. "Marah lagi, nggak bosen apa?" Tanya Miko.

Mika memandang wajah masam, "aku marah karena kamu bandel dibilangin! Tadi kalau kamu jatuh gimana?! Terus kamu kenapa-kenapa, aku nggak mau kamu sakit." Kata Mika. ".... temen aku cuma kamu soalnya." Lanjut Mika dengan nada sedih.

Tidak tahu kenapa, semua murid di kelasnya selalu menatap Mika dengan aneh. Tidak ada yang mau mendekat kepadanya, padahal dia tidak mempunyai kesalahan apa-apa. Hanya Miko saja yang mau berteman baik dengannya, dan selalu menolong Mika kapan pun dan di mana pun. Mereka selalu berdua ke mana-mana. Bahkan tak segan-segan Miko ikut Mika bermain boneka, dan begitu sebaliknya Mika ikut Miko untuk bermain bola basket di lapangan komplek mereka dikala sore hari.

"Kamu tenang aja, aku nggak akan kenapa-kenapa. Aku juga nggak akan kemana-mana, aku bakal selalu di dekat kamu." Jawab Miko.

"Janji?" Tanya Mika.

"Janji."

Miko terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya. Nafasnya tersengal seakan dia habis mengikuti lari marathon. Dia mengusap wajahnya dengan gusar.

"Mimpi apa sih gue sebenernya, kenapa ada nama Mika di mimpi gue?" Tanyanya bingung. Dia melihat jam di ponselnya ternyata masih jam 4 subuh. Dia beranjak dari kasurnya lalu melangkahkan kakinya keluar.

Laki-laki itu menuju ke halaman rumahnya, hawa dingin langsung menyapanya. Hari yang masih gelap membuat Miko merasa sedikit rileks akan suasana tersebut.

Miko berjalan menuju jalan yang ada di depan rumahnya ia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat di komplek tersebut.

Tidak memerlukan waktu yang lama cukup 3 menit dia sampai di tempat itu, lapangan Yang ada di dekat rumahnya yang berada di komplek Graha Indah.

"Entah apa yang bikin gue ke sini, tapi setiap ngelihat tempat ini seakan-akan gue punya kenangan di sini tapi gue nggak tahu apa-apa." Ucap Miko dengan memperhatikan kesekelilingnya. Kosong, sepi, dan dingin. Begitulah definisinya.

"Mimpi itu juga datang lagi, sosok anak kecil bernama Mika. Nama yang sama kayak cewek yang sebangku sama gue," gumam Miko.

"Gue seakan ngerasin sering ke sini, tapi gue nggak inget sama sekali." Katanya hampir frustasi. Karena berusaha untuk mengingat pun dia tetap tidak bisa.

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang